Apocalypse 2

1.2K 136 25
                                    

hai, maaf semalam gak apdet dan malah up siang gini. semalam aku belajar buat tes hari ini, dan untungnya udah kelar, gitu...

selamat membaca fellas
<3

***

Hari-hari berlalu dan kedekatan antara Jeongwoo dan Travis tetap berlanjut, kali ini dengan disertai perasaan sepihak Travis yang telah dikembangkan kepada pihak lain. Setelah malam-malam yang dipenuhi dengan renungan dan bayangan figur Jeongwoo, Travis mengakui bahwa Jeongwoo telah menggenggam penuh hatinya.

Pada awalnya, tentara itu bersikeras meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang dia tengah rasakan kepada Jeongwoo bukanlah sebuah perasaan khusus dalam artian romantis. Bahwa dia sesungguhnya hanyalah mengagumi Jeongwoo. Bentuk kekagumannya atas keteguhan Jeongwoo yang bertahan hingga sekarang. Luar biasa bahwa bahu tersebut dapat berdiri tegar dengan semua duka yang telah dialaminya. Travis berpikir, mungkin apabila itu dia,dia mungkin tidak akan bisa menangani seperti yang Jeongwoo telah lakukan.

Akan tetapi, bagaimanapun, rasa bungah yang timbul manakala Jeongwoo meminta bantuan kepadanya tidak pernah enyah. Perlahan-lahan kegembiraan telah ditumbuhi seiring pihak lain bergantung pada Travis. Apalagi, sulit untuk menghindar dari perasaan bunga-bunga ketika Jeongwoo memperlihatkan senyum sangat cerah di suatu momen tertentu.

Travis antara menjadi bodoh dan idiot atau menyangkal dengan keras.

Travis telah berjuang dengan pemikiran yang ditanamkan dalam kepala, bahwa orang yang merupakan tuan dari perasaan asing yang melanda dirinya adalah seorang teman. Jeongwoo adalah sosok yang mengangumkan dan itulah sebabnya mengapa dia selalu menatap Jeongwoo dengan berbinar; karna dia kagum. Jeongwoo itu baik, tidak sungkan menolong orang lain, senyumnya cantik, dan Travis suka kedua matanya ketika dia sedang tersenyum lebar. Tapi tidak mungkin dia suka kan? Kan?

Tapi... Pukulan itu akhirnya datang di suatu siang...

Kegiatan bersih-bersih selama dua jam akhirnya berhenti. Dua figur laki-laki berkumpul di sebuah bangku di tengah-tengah orang-orang yang berkeringat setelah bersih-bersih. Yang satu tengah duduk nyaman di bangku dan yang lainnya berdiri; yaitu Choi Hyunsuk dan Park Jeongwoo.

Masing-masing memiliki gurat lelah di wajah mereka. Hyunsuk memiliki sebuah handuk putih kecil yang digantung di lehernya. Dia bertatapan dengan Jeongwoo yang mengeluh sembari punggung tangan mengusap pelipis yang berpeluh. Yang lebih tua kemudian meloloskan tawa lepas singkat, lalu dia meraih tangan Jeongwoo yang berdiri di hadapannya, agak menyamping. Jeongwoo diajak duduk di sebelahnya dan Jeongwoo menurut dengan mudah.

"Lain kali, jika kita bersih-bersih, aku akan kabur..."

Hyunsuk tergelak. "Terlambat, aku terlanjur tau tempat pelarianmu."

"Haaauu.. tidak mungkin, tidak percaya."

"Aku tau, di atap kan. Atau kamu bersembunyi di bawah tangga gedung timur."

"Hyung kamu tahu terlalu banyak!!" Jeongwoo berdecak. Merajuk.

Tanggapan Hyunsuk adalah cekikikan dengan kedua tangan memegang kedua ujung sisi handuk dilehernya, dan kepala dimiringkan ke belakang. Pandangannya kemudian jatuh lagi pada Jeongwoo yang masih menujukkan raut merengut, lagaknya macam anak kecil, dia tersenyum hangat. Lantas mengelus rambut belakang Jeongwoo berkali-kali dan berkata manis.

"Baiklah... Hyung tidak akan mencarimu dan pura-pura tidak tahu,"

"Hyung tidak mencariku tapi orang lain bisa melakukannya."

"Aku bisa hentikan orang lain."

"Dengan apa?"

"Ku bilang kalau kamu tidak akan hadir karena kelelahan setelah bermain seharian penuh dengan anak-anak kecil di lantai pertama."

𝐀 𝐏𝐋𝐀𝐂𝐄 𝐘𝐎𝐔 𝐂𝐀𝐋𝐋𝐄𝐃 𝐇𝐎𝐌𝐄 ; 𝐇𝐀𝐉𝐄𝐎𝐍𝐆𝐖𝐎𝐎Donde viven las historias. Descúbrelo ahora