Part 39

15.6K 883 15
                                    

13 Mei 2022

•Happy Reading•

Lelaki dengan tinggi badan kurang lebih sekitar seratus delapan puluh centimeter itu berdiri tepat di samping pohon cemara dekat taman kampusnya ditemani oleh teman-temannya.

Dosen mengatakan pelaksanaan KKN akan diselenggarakan minggu depan, dan akan menggabungkan beberapa fakultas.

Kalian tahu apa yang dipikirkan Alfaris? Alfaris sangat mengkhawatirkan Aurel dan calon anaknya. Alfaris khawatir jika harus meninggalkan keduanya.

Tidak mungkin kan Alfaris harus bolak-balik antara kota dan desa untuk memastikan keadaan istri dan anaknya? Terlebih di trimester awal seperti ini, Aurel masih sangat rentan dan yang pasti sangat membutuhkan Alfaris.

Tidak mungkin juga Alfaris membawa Aurel ikut bersamanya, karena menurut Alfaris itu akan lebih membahayakan Aurel dan kandungannya, karena tempat Alfaris KKN adalah di kampung, fasilitasnya pun terbatas. Aurel juga pasti tak betah.

"Gimana? Udah ambil keputusan, Al?" tanya Azka yang datang tiba-tiba menghampiri Alfaris bersama Rey dan Ardi.

Alfaris menggeleng pelan, "gue nggak tau."

"Mending di ajak aja, biar lo nggak kepikiran," usul Rey.

"Nggak segampang itu."

Azka dan kedua temannya menghela nafas kasar. "Kalau gue sih terserah lo aja, gue yakin lo bisa ambil keputusan terbaik."

"Kalau Aurel pengen ikut, nanti gue pikirin lagi. Tapi kalau Aurel nggak mau ya itu lebih baik, gue nggak mau ngambil resiko kalau Aurel kenapa-napa di sana, Aurel juga sebelumnya nggak pernah tinggal di kampung."

***

Di lorong kampus, keempat remaja laki-laki itu berjalan beriringan ke arah parkiran kampus mereka.

"Hari ini Aurel nggak berangkat?"

"Nggak," jawab Alfaris.

Azka mengangguk lalu beralih ke arah Rey. "KKN lo dimana, Rey?" tanya Azka.

"Sama kayak kalian lah."

"Rara?"

Rey menggeleng tidak tahu, ia juga belum memikirkan itu sekarang.

"Lo berdua ribet amat yak, mau KKN aja mikir seribu kali dulu," hardik Ardi enteng menyindir Alfaris dan Rey.

Rey menjitak keras kepala sahabatnya, "lo juga kalau punya pacar pasti ada perasaan gimana gitu kalau mau di tinggal."

"Kalau virtual gimana? Kan emang biasa nggak ketemu."

"Ya itu sih derita lo!"

"Tapi perlu di garis bawahi lagi, Rey bilangnya kalau punya, lo kan nggak punya pacar Di," sindir Azka mengundang gelak tawa Alfaris dan Rey, sedangkan yang di sindir malah memasang wajah datar.

Percakapan mereka terhenti saat mendengar sebuah nada dering dari salah satu ponsel mereka.

"Punya lo Al."

ALFARISWhere stories live. Discover now