Part 57

14.9K 776 96
                                    

2 Oktober 2022

•Happy Reading•

"Aku, hamil."

Alfaris diam tak menunjukkan ekspresi apapun. Lelaki itu berasumsi sendiri bahwa Fania sedang berusaha membohonginya.

Keterdiaman Alfaris membuat Fania gelisah, "ini anak kamu," sambung Fania.

Alfaris menatap Fania intens. "Fania, kehamilan itu bukan sesuatu yang bisa di jadikan candaan," tegur Alfaris tak suka.

"Aku lagi nggak bercanda, apa bukti testpack ini kurang kuat untuk buat kamu percaya?" Fania kembali membuka tasnya dan mengambil sebuah amplop dari dalam sana. "Uni surat dari dokter, yang pasti valid."

Alfaris mengambil amplop dari genggaman Fania dengan ragu. Laki-laki itu membuka amplop tersebut dan mengeluarkan selembar kertas lalu membacanya dengan seksama.

Deg!

Alfaris buru-buru memasukkan selembar kertas tadi kedalam amplop lagi, "aku nggak percaya," katanya yakin.

Fania terkejut mendengar jawaban Alfaris, "maksud kamu nggak percaya gimana? Kamu bakal tanggung jawab kan? Kamu nggak boleh lari dari tanggung jawab gitu aja Al, Alfaris yang aku kenal itu bijaksana dan bisa mengambil keputusan dengan tepat."

"Sekarang kamu pulang dulu," usir Alfaris berat hati.

Fania memandang Alfaris dengan tatapan tak percaya, "kamu ngusir aku? Aku ini lagi ngandung anak kamu Al, emang wajar kalau kamu usir gitu aja?"

"Pulang, Fan."

Kali ini tatapan Fania terlihat kecewa, "kamu nggak menginginkan bayi ini? Kamu nggak sayang sama darah daging kamu sendiri?"

Alfaris mengacak rambutnya frustasi. "Arghh! PULANG, FANIA!"

Tubuh Fania seketika bergetar ketakutan, "aku kecewa sama kamu" ucap perempuan itu sebelum pergi meninggalkan Alfaris.

Alfaris masih mengatur nafasnya yang tersengal-senggal. Mata lelaki itu tampak merah seperti sedang memendam amarah. "ARGHHH!!" Alfaris langsung melampiaskan emosinya kepada pot yang berada di depannya.

Alfaris memilih masuk untuk merendam emosinya. Baru sampai di depan pintu, Alfaris langsung terkejut melihat keberadaan Aurel di sana. Alfaris mematung dan kaku.

"Aurel?"

Aurel tampak kebingungan. "Fanianya kemana kak? Kok nggak ada? Padahal udah Aurel buatin minuman."

Alfaris menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "tadi buru-buru pulang, kayaknya ada urusan."

"Kok nggak pamit?"

"Kan buru-buru."

Aurel hanya mengangguk singkat, walaupun dirinya masih kurang percaya dan merasa janggal.

"Masuk aja yuk," ajak Alfaris.

"Yaudah ayo."

Setelah mendapat persetujuan, Alfaris langsung langsung mengunci pintu utama dan membawa Aurel ke kamar. Aurel hanya menurut saja saat tangannya di tarik sang suami.

Begitu sampai di kamar Alfaris langsung duduk di kasur, "sini," dia menepuk sisi kasur sebelah kanannya duduk.

Aurel menurut, "kenapa?"

Tanpa aba-aba Alfaris langsung menarik tubuh Aurel untuk di dekap. Laki-laki itu menyembunyikan wajahnya dicurug leher istrinya, menghirup dalam-dalam aroma dari dalam tubuh Aurel yang membuatnya tenang.

ALFARISWhere stories live. Discover now