Bab 2

350 78 101
                                    

Taehyung dan kedua anaknya masih bertamu di rumah Yoona meskipun matahari sudah semakin tinggi di atas langit.

"Kakimu masih sakit?" Taehyung memeriksa pergelangan kaki Kiwoo. Keduanya duduk di serambi rumah ayah Yoona sambil menikmati sepoi-sepoi angin musim semi. Bunga lilac dan pohon sakura yang sedang mekar saling bersaing untuk menguarkan bau yang paling harum di pekarangan rumah itu. Taehyung tak bisa memutuskan mana yang lebih wangi karena kedua-duanya sama-sama memanjakan hidungnya.

"Sedikit." Kiwoo bukan anak yang cengeng tapi ia tak bisa berpura-pura tidak merasa nyeri. "Appa, kaki Kiwoo bengkak. Apa akan jadi sebesar telur?" Tanyanya khawatir.

"Mungkin."

"Hah?" Kiwoo menahan nafas.

"Dan nanti anak ayam akan menetas dari kakimu."

"Appa!" Kiwoo mendecah kesal. Ia memukul paha ayahnya. "Bercanda terus."

Yoona yang baru memasuki serambi rumahnya sambil membawa nampan yang berisi satu teko air es lemon dan empat buah gelas menoleh pasangan ayah dan anak itu. Sepertinya Taehyung adalah seorang ayah yang penuh humor. Pikirnya.

Mendengar langkah kaki di belakangnya, Taehyung spontan menoleh. Ia segera beranjak untuk membantu Yoona meletakkan teko kaca dan keempat gelas ke atas meja berkaki pendek di ruangan yang Taehyung yakini sebagai ruang untuk bersantai itu.

"Terimakasih." Ujar Yoona. "Maaf saya hanya punya air lemon." Ia menuangkan isi tekonya ke dalam setiap gelas di atas meja.

"Sepertinya sayalah yang harus meminta maaf. Kami sudah merepotkan Nona dan mengganggu pagi hari Nona."

"Panggil saya Yoona. Sebutan 'nona' rasanya terlalu formal." Yoona mendekap nampan di dadanya. "Dan saya sama sekali tidak merasa terganggu. Saya justru senang akhir pekan saya ini tidak hanya diisi dengan membaca buku atau menonton TV sambil memakan cemilan." Ia kemudian teringat makanan ringan yang disimpannya di lemari dapur. "Sebentar." Cepat-cepat Yoona beranjak menuju dapur dan kembali lagi dengan membawa empat bungkus snack manis dan asin. "Kiwoo, Sena, kalian pasti suka snack ini."

Telinga Sena begitu tajam. Ia yang sedari tadi bermain-main di dekat tanaman lilac refleks menoleh dan berlari kecil menuju serambi setelah mendengar Yoona memanggil namanya.

"Waah, ada keripik kura-kura." Sambil melepas kedua sepatunya, Sena merangkak menuju meja untuk mengambil bungkus snack berwarna hijau muda. "Boleh minta?"

"Tentu boleh."

"Ucapkan terimakasih." Ujar Taehyung sebelum puteri bungsunya itu mengambil bungkus snack.

"Terimakasih, Ahjumma."

"Jangan lupa cuci tanganmu dulu. Tadi kau habis memegang bunga dan tanah, bukan?" Taehyung menoleh Yoona, "bolehkah Kiwoo dan Sena menumpang cuci tangan?"

"Tentu saja." Yoona berdiri----hendak mengajak Sena mencuci tangan di dapur----ia melihat Kiwoo memandangnya sambil memegangi pergelangan kakinya yang mulai bengkak. Saat ditoleh Yoona, anak lelaki itu cepat-cepat melengos dan menunduk. "Kiwoo juga harus cuci tangan." Ujar Yoona.

Bibir mungil Kiwoo menekuk dalam. "Belum bisa jalan." Ucapnya pelan.

"Oh, bukan masalah. Kau bisa mencuci tangan tanpa harus berdiri."

Kiwoo melirik Yoona.

Yoona keluar melewati serambi rumahnya. Ia menarik selang yang belum sempat ia bereskan tadi ke hadapan Kiwoo. "Cucilah tanganmu di sini."

"Tapi tidak ada sabun."

"Kau benar. Biar Ahjumma ambilkan dulu."

"Biar saya saja." Taehyunglah yang berdiri. Ia merasa tak enak hati jika Yoona mesti bolak-balik masuk ke dalam rumah. "Boleh tahu di mana tempat sabunnya?"

WHEN LILAC IS FALLING [VYOON FANFIC]Where stories live. Discover now