11

8.8K 787 233
                                    

Vote gratis, Guys!

"Ya, Humairah?"Hasbi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya, Humairah?"
Hasbi.

*****

"Haura!"

Sebelum perempuan berkucir kuda masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat, Hasbi berusaha menyejajarkan langkahnya. Demi apapun, sekalipun nada Haura tidak marah ataupun membentak, Hasbi nyaris mendengar irama kekecewaan di dalam kalimatnya.

"Gue nggak suka, gue nggak siap, dan gue nggak bisa."

"Kalau lo maksa. Lo boleh cari Istri yang lain."

Hasbi memejamkan mata, mengingat kalimat itu tercetus dari bibir istrinya.

Ah, yang terberat kali ini adalah cara menyadarkan Haura.

Ketakutan Hasbi akan Haura yang kecewa kepadanya, dia singkirkan secara perlahan dengan paksa. Hasbi jauh lebih takut jika Allah yang kecewa kepadanya, marah kepadanya, karena gagal membimbing Haura.

Siapapun akan menghakimi Haura. Memandangnya rendah layaknya wanita yang tidak paham agama. Terutama Aris. Pria yang akan mempunyai hubungan dengannya dalam waktu yang tidak singkat.

"Lo simpan dulu, urusan pakai atau enggaknya nanti." Hasbi memandang langkah kaki istrinya yang semakin memberat.

"Berarti nggak maksa kan?" tanya Haura setelah berbalik badan. Dia berhenti di anak tangga terakhir seraya memandang suaminya yang duduk di ruang tamu.

Hasbi bergumam kecil dengan kedua tangan yang diletakkan di sandaran sofa guna untuk menyangga kepalanya. "Lo mau gue maksa?"

"Kan-" Perempuan itu telak, lalu menutup bibirnya rapat-rapat. "Ih, maksud gue nggak gituuuu, harusnya lo maksa dongggg."

Si suami justru terkekeh. "Lo mau gue marah?"

"Gue nggak bisa marah sama lo kalau lo yang nggak kelewat batas, Ay."

Hasbi mengesampingkan rasa lelahnya. Dia bangkit dari sofa untuk berjalan ke arah sepatu dan tas perempuannya yang dilepas secara asal. Memungutnya dengan sigap.

"Aku tau kamu capek. Istirahat dulu, kita bicarakan nanti."

Hasbi mengambil udara lebih banyak dari hidungnya. Dia menjeda kalimatnya lalu tersenyum tipis.

"Jangan suka bicara asal, Hau. Jangan suka minta aku cari yang lain." Hasbi membuang muka kesal.

*****

Dapur. Tempat yang biasanya hanya Haura kunjungi saat mengambil minum atau hanya sekadar menaruh piring kotor kini dia dengan berani bersinggah lebih lama di sana.

Bermodalkan dari resep Google serta wejangan dari Sahna—sahabatnya yang paling dewasa—mengatakan bahwa menjadi seorang istri yang baik adalah sebuah kewajiban. Alih-alih berkata halus dan lemah lembut, sahabatnya itu lebih seperti seorang manusia yang menghina musuhnya. Menohok habis-habisan Haura.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALFAREZI HASBIWhere stories live. Discover now