L'amour fou

4.2K 280 28
                                    


L'amour fou = tergila-gila karena cinta

Regi merentangkan tangan ke atas. Jendela kamar dibuka lebar-lebar. Musim semi sudah tiba. Dia sangat suka suasana musim semi. Bunga kembali mekar, udara sejuk, matahari bersinar tetapi tidak menyorot sampai membuat berkeringat dan angin sepoi-sepoi. Usai mid semester pun perasaan jadi lebih rileks. Dia bisa ke perpustakaan untuk mencicil materi paper akhir semester.

Regi mengecek tampilan di cermin. Senang rasanya bisa kembali mengenakan rok tipis tanpa harus ditimpa baju tebal yang berlapis-lapis.

"Regi kamu sudah rapi. Mau ke mana?" tanya Maya yang nyelonong masuk ke kamar.

"Aku mau cari bahan-bahan untuk final paper," jawab Regi.

"Hari Sabtu? Yang benar aja!" seru Maya. "Kita habis mid tes. Refresing dulu. Masih ada banyak waktu."

"Dari pada di kamar bengong, mending aku ke perpus. Kamu mau ke mana?" tanya Regi.

Maya juga sudah berdandan rapi dengan tank top dan jins. Rambutnya yang panjang itu berkibar-kibar dengan indah.

"Kita jalan yuk," ajak Maya.

"Kamu enggak pacaran?" Regi heran.

Maya menyeringai pelan.

"Atilla lagi sibuk. Temani aku jalan-jalan. Ada rooftop yang keren. kita bisa nongkrong di situ. Mau foto-foto juga bagus," bujuk Maya lagi.

"Menarik juga. Mumpung spring udaranya enak buat nongkrong," Regi menyetujui.

"C'est de la balle (keren)," Maya berseru senang.

***

Rooftop yang dimaksud Maya berada di sebuah komplek apartemen mewah. Mereka harus masuk ke gedung tempat tinggal dan naik lift sampai lantai tertinggi.

"May, ini benar rooftop-nya di tempat seperti ini?" tanya Regi sedikit ragu.

Biasanya tempat nongkrong macam kafe atau restoran rooftop yang dibuka untuk umum tidak berada di komplek apartemen. Orang tidak bisa sembarangan masuk ke apartemen orang lain. Kalau ketahuan sekuriti mereka bisa diusir.

"Ini rooftop spesial. Enggak semua orang tahu. Aku udah pernah ke sini," jawab Maya dengan cuek.

Lift tiba di lantai tertinggi. Mereka harus naik satu lagi tangga untuk mencapai ke rooftop. Maya mendorong pintu besi. Angin sepoi-sepoi menyambut mereka.

Regi tertegun. Matanya sontak tertuju pada pria tinggi kurus yang berdiri dekat meja. Tampilannya sangat sederhana sekaligus seksi dengan jins hitam dan kemeja kotak-kotak yang dimasukan dengan rapi dan sepatu boots cokelat. Regi serta merta berbalik badan. Dia tidak siap harus bertemu Gaël lagi. Namun, Maya menahan tangannya.

Di belakang Gaël ada Atilla. Pria itu memberikan seringai konyol. Regi melirik ke arah Maya yang berdiri di belakang pintu macam menjaga agar dia tidak lari. Pasti keduanya sudah merencanakan semua ini.

Regi menelan ludah. Gaël menatap dirinya lekat-lekat. Raut wajah pria itu terlihat tenang tetapi hidung dan telinganya sedikit memerah. Barangkali Gaël juga merasakan kegugupan yang sama. Mata mereka bertemu dalam beberapa detik tetapi Regi langsung menundukan kepala.

"Regi. Ça va?" panggil Gaël.

"Ça va," balas Regi sambil mendongkakan kembali wajahnya.

Maya mendorong punggung Regi untuk mendekat ke arah Gaël. Pria itu melangkah demi memperkecil jarak di antara mereka. Jantung Regi berdebar tak karuan. Kedua tangan terkepal untuk memberi kekuatan pada dirinya. Sudah tidak mungkin untuk melarikan diri. Selain itu, ada rasa rindu yang membuncah saat menatap Gaël. Kenapa pertemanan mereka berakhir rumit seperti ini?

Love Rendezvous in Paris (Completed)Where stories live. Discover now