Gosip

7 2 0
                                    

Aku menatap pantulan diriku di kaca cermin toilet. Tasya sedang sibuk menaburi badannya dengan parfum. Setelah olahraga, rasanya aku pengin segera mandi. Gerah dan panas.

"Shill, mau pakai?" Tasya menyodoriku parfum isi 100 ml berwarna biru itu yang kubalas dengan gelengan kepala. Kuperlihatkan sebotol mungil minyak wangi bergambar bayi isi 50 ml yang sedari tadi kugenggam. Ini bekas adikku dulu waktu bayi. Aromanya harum menenangkan tidak seperti parfum dewasa kebanyakan. Tasya cekikikan sendiri. Wajar karena parfumku untuk bayi. Tapi memang itu yang kupunya. Mungkin aku harus segera mencari parfum baru.

"Lo udah nyiapin semuanya, Shill?" Kutatap pantulan Tasya yang sedang membenarkan ikat rambutnya. Entah persiapan apa yang dimaksud olehnya. "Itu lohh ... persiapan buat tur sejarah nanti."

"Oohh, belum kenapa?" Aku mendudukkan diri di bangku dekat cermin tempat Tasya mematut dirinya. Selasa depan angkatan MIPA akan melakukan tur sejarah terakhir sebelum kelulusan. Sedangkan seminggu ke depannya lagi akan ada sesi pengambilan foto buktah (buku tahunan). Kurasa tak ada yang perlu dipersiapkan selain jangan sampai sakit.

"Entar jangan lupa kita duduknya ber—"

"—oohh, jadi ini senior penggoda Kak Rama?"

Alisku menaik. Sekumpulan cewek berlambang kelas 11 Sosial mengerubungi ku seolah aku seperti gula yang diperebutkan segerombol semut. Aku kenal salah satu dari mereka karena termasuk dari anggota OSIS tahun ini. Firasatku buruk tentang mereka.

Aku berdiri sambil membenarkan lipatan baju olahraga. Tasya tak terlihat lagi akibat kumpulan para junior di depanku ini. "Maksudnya gimana, ya?"

Sosok yang kukenal melangkah lebih dekat denganku. Ia mengitari tubuhku seolah sedang menginterogasi pelaku kejahatan. "Cuma pengin tahu aja gimana bisa mantanku itu klepek-klepek sama—"

"—stop!" Tasya menyelip masuk ke kerumunan lalu menggenggam tanganku. "Kalian jangan macam-macam, ya kalau nggak mau masuk BK!" Kurasa aku mulai merasakan ada hawa tak sejuk di sekolah ini. Mungkin ini gara-gara fotoku dengan Rama sewaktu di UKS beberapa hari yang lalu.

Kutatap name tag cewek yang mengaku sebagai mantan Rama ini.

Jessica Evanata.

Ohh, jadi ini Jessica IPS 4 yang katanya ditembak Rama sewaktu PLS tahun lalu? Selera cowok itu bagus juga, jika dilihat dari penampilan. Meski dari segi karakter tampak minus.

"Gue juga tau kali Kak!" Jessica melipat kedua tangannya. Ia memberi kode ke ketiga temannya untuk menjauh. "Sebagai anggota OSIS yang baik, gue nggak akan melakukan tindakan bodoh persis kayak orang yang mukanya udah tercoreng ini!"

Wow, berani sekali dia menunjuk luka wajahku sedekat itu? Aku menarik napas panjang. "Wajah doang yang tercoreng, asal nggak bertindak mencoreng nama baik sendiri!" Kutarik genggaman Tasya yang sedari tadi bertahan hingga sedikit berkeringat. "Ayo, Sya! Senior terlalu sibuk buat ngurusin junior nggak tau adab!"

***

"Shill, tahunya dingin lohh! Baladonya aja udah meleleh jadi saus."

Kukedipkan mata berkali-kali agar rohku kembali bersatu dengan raga ini. Tapi aku bukan zombie yaa.

"Bentar lagi istirahat selesai. Abis ini ulangan harian matematika peminatan, kalo nggak makan entar Lo pusing nggak ada tenaga," jelas Tasya.

Kuambil sepotong tahu balado. Benar kata Tasya, baladonya meleleh dan tahunya tak renyah lagi. Tapi masih enak untuk lidah sepertiku. Kututup bungkusnya lalu kumasukkan ke dalam laci. Bisa untuk cemilan pas pulang nanti.

"Lo mikirin omongan Jessica tadi?"

Hampir tersedak dan langsung kuambil minum dari tas. "Nggak."

"Terus apa? Mikirin sindiran orang-orang yang lewat tadi?"

Finally, You Found Me (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang