024

67 7 0
                                    

024

Save me on
Instagram : sella.selly_12
Wattpad : sellaselly12
G-mail : sellaselly48@gmail.com

warning!!
Dilarang keras!!
Mengeluarkan kata hujatan di kolom komentar!!

Terimakasih kecewa, sudah membuatku dewasa.

sellaselly12

______

“Orion?!” ucap Aquila terkejut.

Orion, cowok itu tak menjawab. Ia berjalan melewati Aquila seakan tak mengenal gadis yang masih terduduk di lantai itu “Gue udah peringatin elo, jangan berani deketin cewek gue!”

Aquila langsung membalikkan badannya dengan masih terduduk, Orion tengah menahan tubuh Devano yang kini menatap Aquila tajam.

“Karna Aquila cewek elo, itu yang buat gue semakin bersemangat buat ambil dia lagi.”

Brak,

Tubuh Devano terbanting saat Orion tanpa aba-aba membanting tubuh cowok itu. Aquila bangkit dari duduknya, sudah jelas Orion tengah emosi.

Aquila menarik lengan Orion saat cowok itu tengah menarik kerah kemeja yang Devano kenakan “Ri! Tahan emosi!”

Mata tajamnya menatap Aquila, gadis itu melepaskan pegangan tangannya pada lengan Orion “Gue udah sabar dari dulu, sekarang gue gak akan tinggal diem waktu punya gue di incer sama bajingan kaya dia!” ujarnya dengan nada yang di tekan.

Devano terkekeh dibawah Orion “Gak sadar diri lo? Gue sama elo gak ada bedanya bego!”

Orion menatap Devano yang juga menatapnya “La, keluar! Tunggu gue di luar, jangan kemana-mana!”

Aquila paham, ia langsung berlari keluar dari dalam rumah. Membiarkan Orion menyelesaikan urusannya dengan Devano. Gadis itu memilih duduk di kursi kayu tepat di samping pintu.

Tatapannya lurus kedepan dengan pandangan kosong, Tubuhnya menengang saat telinganya mendengar suara perkelahian antara Devano dan Orion, Aquila mengigit bibir bawahnya, terlintas bayangan saat ayahnya tengah memukuli dirinya.

Matanya terpejam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Seharusnya Aquila tak begini, harusnya ia sudah terbiasa dengan kekerasan. Tapi entahlah, sekarang ia benar-benar merasa takut saat mendnegar Orion yang tengah menghajar Devano di dalam sana.

Hampir lima menit Aquila memejamkan matanya, ia tersentak kaget saat seseorang memeluknya dari depan, baru saja ia hendak melihat siapa yang memeluknya, kepalanya di dorong agar tetap tenggelam di dada cowok itu “Gak usah takut, gue Orion.”

Hangat, benar-benar hangat. Aquila memejamkan matanya tanpa membalas pelukan dari Orion, cowok itu membelai pucuk kepala Aquila lembut “Maaf.” ucap Orion.

Aquila tak menjawab, gadis itu tetap diam. Ia benar-benar merasa nyaman di dekapan Orion yang notabe nya adalah orang yang sangat ia benci di muka bumi.

Aquila tau, ini salah, tapi ia tak bisa berbohong, ia butuh sandaran. Setidaknya biarkan Aquila melakukan kesalahan untuk beberapa saat saja.

_____

Setelah di antar pulang oleh Orion, Aquila memilih mengurung diri di kamarnya. Sengaja ia lakukan karna enggan bertemu ayah dan kakaknya. Suara ketukan pintu terdengar jelas sedari tadi, Aquila memilih menulikan pendengarannya.

Ia menyumpal headset di kedua telinganya lalu membaringkan tubuhhnya di kasur yang hanya muat oleh satu orang, mencoba memejamkan matanya, menikmati lantunan lagu yang sengaja ia putar.

Saat-saat seperti ini, ia sangat merindukan Lyra, biasanya saat ada maslah Aquila akan menginap di rumah Lyra.

Iya, ia hanya memiliki Lyra yang selalu membelanya meskipun Lyra tahu jika ia salah.

Gadis itu membuka matanya, air matanya menetes tanpa izin.

Gadis itu langsung mengelapnya. Setidaknya sudah sejak lama kematian Lyra, tapi dirinya belum menemukan titik terang.

Isu tentang kematian sahabatnya itu pun sudah mulai pudar di tengah-tengah masyarakat.

Aquila bangkit dari tidurannya, gadis itu duduk di tepi ranjangnya lalu melepaskan headset di kedua telinganya.

Ia berjalan santai menuju kamar mandi pribadi yang ada di kamarnya, menatap pantulan dirinya yang sangat berantakan, kaos polos kebesaran berwarna abu dan celana levis sobek di bagian lutut membuatnya terlihat semakin menyedihkan.

Aquila mencuci wajahnya di wastafel, lalu menatap pantulan dirinya tajam. Tangannya terkepal kuat saat mengingat betapa lemahnya dirinya akhir-akhir ini.

“La! Sejak kapan lo selemah ini anjing! Lo tau, lo itu kuat. Jangan takut, semuanya memnag gak baik-baik aja, tapi lo harus tetep yakin. Lo bisa La! Lo kuat, dan gue sadar kalo lo salah satu ras manusia terkuat yang pernah gue jumpai!”

Tangan kanannya mengambil sebuah gunting yang berada di tepi wastafel lalu mengambil rambutnya sendiri.

Sebelum memotong rambutnya sendiri, Aquila sempat tersenyum miring lalu setelahnya, ia benar-benar memotong pendek rambutnya.

Kisah Aquila belum selesai, bahkan kisahnya baru saja di mulai.

Aquila membuka pintu kamarnya, disana, tepat di depan pintu, ayahnya berdiri dengan raut wajah penuh emosi, Aquila memasang wajah datar.

“Aquila! Apa yang kamu lakukan?!”

Gadis yang kini berambut diatas bahu itu bersender di kusen pintu sembari melipat kedua tangannya didepan dadanya

“Bukannya ini yang ayah inginkan dari Aquila?” tanyanya santai.

“Apa maksud kamu?!”

“Merusak anaknya sendiri, bukannya itu yang ayah inginkan?”

Hampir saja satu tamparan mendarat di pipi mulusnya jika Aquila tak menahannya

“Lepasin tangan saya! Anak kurang ajar!” ucapnya.

Aquila terkekeh tak melepaskan genggaman tangannya “Kalo ada julukan ayah kurang ajar, mungkin ayah salah satunya.”

Suara telapak kaki yang berlari saat sang ratu drama menghampiri suaminya dengan wajah yang sangat membuat Aquila ingin muntah sekarang juga “Sudah mas, kasian Aquila. Dia juga anak kamu.” ucapnya dengan nada yang dibuat-buat.

Laki-laki dengan wajah menyebalkan itu menarik tengannya lalu berdecak sebal “Berterimakasihlah pada ibumu, dia menyelamatkan dirimu!” ucapnya sebelum melangkah meninggalkan Aquila dan wanita ular yang kini menatap Aquila dari ujung kaki hingg ujung kepala lalu terkehkeh kecil.

“Sudah seperti bundamu saja, pelacur.” ucapnya dengan mata yang sama sekali tidak bersahabat.

Aquila mengangguk lalu memajukan wajahnya agar sejajar dengan telinga Sisca “Jika aku pelacur, lalu sebutan apa yang pantas untukmu? Murahan saja terlalu terhomat untuk aku sematkan pada perempuan calon penghuni neraka sepertimu.” ucapnya lalu langsung memundurkan badannya, kembali memasuki kamarnya lalu menutupnya dengan sekali hentakan.

Tentu saja Sisca menggeram kesal. Bisa-bisanya anak kecil seperti Aquila menyebutnya wanita neraka!.

______


Terimakasih SEMUANYA ❤️❤️

Jangan lupa untuk Votte dan komentar.

Mampir ke Instagram aku
@sella.selly_12

See you next part

Salman
@sellaselly12

Aquila & OrionWhere stories live. Discover now