054

29 4 0
                                    


054

Save me on

Ig : sella.selly_12

G-mail : sellaselly48gmail.com


Dilarang mengeluarkan kalimat hujatan di kolom komentar!!


Selamat membaca :)

_____

Bersikaplah selayaknya manusia pada umumnya.

Dua hari yang lalu,

Aquila benar-benar menuruti ucapan Orion untuk menemuinya di markas Pegasus untuk membahas rencana untuk menjebloskan Devano ke Penjara. Sudah hampir lima manit Aquila duduk di sofa ruang tengah.

Namun, batang hidung Orion maupun Althair belum kelihatan sama sekali. Aquila mulai bosan lantaran ia hanya seorang diri yang berada di ruang tengah markas Pegasus.

Tak ada satupun anggota Pegasus yang berani mendekati dirinya. Mereka bahkan tampak memutuskan pandangan saat tak sengaja Aquila menatapnya.

"Dari mana aja?" tanya Aquila saat Orion dan Althair secara bersamaan berjalan mendekat kearahnya.

Althair hanya menggidikkan bahunya lalu duduk di sofa tak jauh dari Aquila. Sedangkan Orion hanya menghela nafasnya pelan "Lo gak liat kita masih pake seragam? Kita baru balik."

"Oh." sahut Aquila singkat.

Orion ikut duduk tepat di samping Althair "Jadi, rencana apa yang lo pikirkan?" Aquila tak ingin berbasa-basi karena baginya. Waktu adalah hal yang tak perlu disia-siakan.

Orion melepaskan ranselnya lalu menaruhnya di samping ia duduk "Barang bukti yang gue sebutin sebelumnya udah ilang. Gue gak tau siapa yang ngambil."

"Gue yakin itu ulah orang Devano."

Althair yang tak tahu apa-apa hanya menggaruk belakang kepalanya "Bisa jelasin barang bukti seperti apa yang kalian temui."

Aquila menatap Althair lalu terkekeh, ia baru ingat jika Althair belum ia beri tahu tentang beberapa bukti bahwa Devano adalah pelaku dibalik kematian Lyra.

"Jadi, Orion gak sengaja masuk ke kamar Devano. Dia liat banyak foto Lyra, surat dan beberapa tespeck yang diyakini itu milik Lyra." jelas Aquila.

"Tunggu, jangan bilang lo ngambil semua bukti itu tanpa memberitahu polisi atau pengacara?"

Tatapan Aquila langsung terarah ke Orion "Hem, gue gak mau kehilangan satupun bukti. Gue emang gak ngambil semuanya, tapi mung-"

"Semua bukti yang lo ambil bisa gak ada manfaatnya. Bukti yang lo ajukan bisa jadi bukti ilegal. Dan itu gak bisa membantu sama sekali di pengadilan. Lagipula foto dan beberapa surat juga gak bisa jadi bukti yang kuat buat jadiin Devano tersangka."

Orion mengangguk paham. Begitupun Aquila "Jadi, apa rencana lo?" tanya Orion.

Althair tersenyum getir lalu merembahkan punggungnya disenderan sofa "Gue belum dapet ide yang pas." serunya dengan nada penuh sesal.

Aquila melotot "Apa? Jadi kalian belum dapet ide?"

Keduanya menggeleng, Aquila menyisir rambutnya kebelakang frustasi "Bukannya kalian nyuruh gue kesini karena udah punya ide? Buat jebak Devano mungkin?"

Althair menegakkan duduknya "Ide yang bagus La."

"Hah?" beo Aquila.

"Ah, gue tau ide yang lo pikirkan. Jebak Devano!" sahut Orion.

Althair mengangguk "Kita buat dia mengakui perbuatannya secara lisan. Meski mungkin nanti Devano tak langsung ditahan, tapi gue yakin akan ada penyelidikan ulang." tutur Althair.

"Oke gue setuju."

"Gue juga setuju." Timpal Aquila.

"Tapi, gimana kita bisa jebak dia? Buat di bicara baik-baik itu hal yang mustahil."

Aquila terlihat tengah berfikir "Gue tau, buat dia emosi."

"Caranya?" tanya Orion.

"Gue inget, Langit pernah bilang ke gue kalo Devano udah daftarin nama gue dan dia ke KUA. Gue bakal temuin dia dan secara lisan bakal batalin perjodohan yang udah di rencanain itu. Gimana?"

"Gue gak setuju." jawab Althair.

"Gue juga gak setuju, Devano bisa membahayakan keselamat elo La. Dia bisa aja melakukan hal diluar perkiraan kita. Lo juga setiap ketemu Devano, lo jadi lemah."

Aquila meremas jari-jarinya, ucapan Orion memang benar. Setiap kali ia diahapkan dengan Devano, nyalinya pasti redup. 

Entahlah, Aquila masih mengingat dengan jelas perilakuan Devano dahulu meski sudah bertahun-tahun lamanya.

"Bukannya kalian bakal jaga gue? Gue gak hadapi dia sendirian, ada kalian. Awasi gue saat ketemu Devano. Bukannya itu hal yang menguntungkan jika Devano berbuat diluar kendali dan membahayakan gue, itu bisa buat hukuman dia bertambah."

Althair menghela nafasnya panjang "Iya, tapi itu terlalu beresiko. Gue gak setuju."

"Gimana kalo gue aja? Lagipula gue saudaranya."

"Bukannya terlalu mencurigakan kalo elo yang maju. Udah, gue aja gak papa. Asal janji, kalian bakal turun tangan kalo emang keadaan kacau, lo berdua harus selametin gue."

"Oke, gue bakal stay buat lo." sahut Orion.

Althair memijit keningnya "Gimana caranya kita tau lo dalam bahaya?"

"Point yang penting." timpal Aquila.

Orion memejamkan matanya lalu memijit pangkal hidungnya "Kita cari tempat yang ada CCTV."

"Dirumah lo ada CCVT?" tanya Althair.

Orion menggeleng sebagai jawabannya "Gimana kalo kantor? Gue denger dia jadi direktur utama di salah satu perusahaan bokap lo?" kata Aquila.

"Ah, iya kantor. Gue juga kenal sama satpam yang pegang monitor CCTV."

Althair mengangguk "Oke, biar gue yang minta bantuan ke polisi. Buat jaga-jaga sekaligus menyempurnakan rencana penangkapan Devano. Gue punya kenalan polisi yang nolong gue waktu gue dikroyok."

"Oke, rencana bakal kita lakukan dua hari dari sekarang." finis Aquila.

"Kenapa gak besok?"

"Besok gue mau rebahan. Capek." sahut Aquila.

:)


Maaf segini dulu ya, xixixixi


jangan lupa klik bintang dan terimakasih sudah mau membaca.

Semoga kalian sellau sehat secara batin, fisik ataupun mental :)


See you next part

Salman

sellaselly12

Aquila & OrionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang