052

31 2 0
                                    


052

Save me on 

ig : sella.selly_12

G-Mail : sellaselly48gmail.com


Dilarang mengeluarkan kalimat hujatan di kolom komentar!!!1


Selamat membaca 


____


Setidaknya, beri aku jeda untuk sekedar beristirahat.

Plak,

Tamparan mulus Aquila layangkan kepada seorang laki-laki yang memakai stelan jass dan terlihat sangat rapih tengah berjalan bersama beberapa rekan kerja atau koleganya itu.

Devano mengelus pipinya lantaran kuatnya tamparan yang di berikan calon istrinya kepada dirinya, ibu jarinya mengelap ujung bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

Beberapa rekan kerjanya tampak sangat terkejut juga menatap Aquila dengan tatapan yang tak percaya. Bagaimana bisa gadis kecil seperti Aquila menampar seorang direktur utama sekelas Devano?

"Pak tidak apa-apa? Atau perlu saya panggilkan ambul-"

Devano mengangkat tangan kanannya keatas mengisyaratkan agar karyawannya itu tidak ikut campur. Tatapannya sedaritadi ia tumpu kan kearah Aquila.

Bukan tatapan tajam seperti yang Aquila layangkan, namun tatapan lembut dengan senyum tipis dibibirnya "Menjijikan!" batin Aquila semakin mengeratkan kepalan tangannya.

"Ada apa La?"

Suara lembut yang dibuat-buat oleh Devano itu membuat Aquila merasa ingin sekali muntah sekarang juga "Batalin perjodohan konyol yang lo rencanain!" tegasnya.

Perkataan Aquila mampu membuat emosi Devano tersulut, laki-laki itu mengusap rahangnya yang mulai mengeras lalu menatap setiap karyawannya yang berada di belakangnya.

"Kita sudahi pertemuan ini, kalian boleh pergi." ucap Devano dibarengi anggukan beberapa karyawannya.

Hanya membutuhkan waktu seperdetik untuk bubarkan karyawannya, kini dirinya mulai menatap tajam kearah Aquila "Jaga ucapan kamu! Ini di kantor!" ucap Devano penuh penekanan.

"Kalo gitu, jaga tindakan lo. Baru gue akan jaga ucapan gue. Gimana?" timpal Aquila sembari menaikkan satu alisnya keatas.

Meski Devano sudah menyuruh karyawannya untuk pergi, namun pembicaraan keduanya masih menjadi tontonan bagi beberapa karyawan yang berlalu lalang, karena mereka tengah berada di lobi kantor yang memiliki lantai sepuluh itu.

"Ikut gue."

Hendak meraih pergelangan tangan Aquila namun tak bisa karena gadis itu langsung memundurkan badannya satu langkah kebelakang, tentu saja ia tak ingin sejengkal tubuhnya bersentuhan dengan tangan menjijikan milik Devano.

Devano terkekeh lalu melonggarkan letak dasinya, penolakan Aquila mampu membuat emosinya kembali tersulut. Ia memainkan bibir bawahnya menahan emosi "Ke ruangan gue, kita bicarain masalah ini."

"Kenapa? Lo malu semua orang di kantor ini tau kalo lo melakukan perjodohan tanpa meminta persetuju-"

"Ikut gue atau bokap lo dalam bahaya."

Ancaman lagi, bukannya menampakkan raut wajah khawatir Aquila justru terkekeh pelan lalu melipat kedua tangannya di depan dada "Lo tau kan sebenci apa gue sama bokap? Dan lo ngancem gue pake ayah? Gak mempen goblog!"

"Oh ya, perusahaan ayah lo itu gak akan bisa jalan tanpa songkongan dari perusahaan gue. Kalo gue tarik investasi yang gue taruh, dalam waktu satu atau dua hari perusahaan bokap lo bangkrut."

Aquila tak bergeming, ia masih tak takut dengan ancaman dari Devano "Kalo perusahaan bokap lo bangkrut, otomatis keluarga lo juga ikut hancur.

Jujur saja, ucapan Devano sungguh menggelikan bagi Aquila "Lo udah tau kali kalo keluarga gue udah hancur sejak lo muncul di kehidupan keluarga gue."

"Jadi, apa sebenernya mau lo."

"Batalin perjodohan ini dan serahin diri lo ke polisi atas pem-"

"Ikut gue atau semua orang yang lo punya mati dalam waktu satu minggu. Termasuk sahabat lo yang tinggal satu itu."

Skak mat, Aquila mendengus sebal "Altahir gak ada sangkut pautnya sama masalah gue dan lo! Berhenti libatin dia!"

Devano mencondongkan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan wajah manis Aquila, sebuah senyum miring ia tampakkan sebagai tanda kemenangan yang ada di genggaman tangannya.

"Tergantung tingkah lo, ikut gue atau mayat Altahir bakal lo temuin tepat di depan pintu kamar lo." ucapnya tepat didepan wajah Aquila.

Bukannya menjawab, Aquila justru berjalan melewati Devano. Membuat laki-laki itu kembali menegakkan tubuhnya lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana yang ia kenakan.

"Gue gak mau buang waktu buat lo, cepet dimana ruangan lo!" ucap Aquila tepat disampingg Devano.

"Ikuti gue." sahutnya lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan tepat di depan Aquila membuat gadis itu semakin mengeratkan kepalan tangannya hingga buku kukunya memutih.

Tanpa keduanya sadari, ada seorang cowok yang tengah duduk di salah satu pilar di lobi dimana ada sebuah kursi tempat menunggu yang sedari tadi mendengarkan setiap kata yang keduanya lontarkan.

Cowok yang memakai kemeja putih polos dengan dasi hitam, celana panjang dan sepatu berwarna senada dengan dasi yang ia kenakan itu melipat sebuah koran yang tadi ia gunakan untuk menutupi wajahnya.

"Jadi ini yang buat Devano, Althair bahkan Orion jatuh hati sama gadis itu. Pemberani, tegas, dan sedikit keras kepala. Sepertinya gue juga tertarik sama Aquila."

Ia bangkit dari duduknya, mengambil jas yang ia sampirkan di kursi tepat di sampingnya "Bukankah menarik, empat predator mengincar satu mangsa? Gue gak sabar buat bersaing sama mereka." kekehnya lalu melenggang pergi begitu saja.

Wajah tampan dengan alis tebal dan rahang kokoh, badan yang terlihat sangat proposional dan terlihat sangat berwibawa, siapa yang tak kenal dengan laki-laki itu? Dia Haikal.

:)


see you next part


jangan lupa klik bintang dan tinggalkan jejaknya

salman

sellaselly12

Aquila & OrionWhere stories live. Discover now