11. Tiga Serangkai

391 72 1
                                    

"SATRIA!"

"JAKA KEREN BANGET!"

"JAY! JADI PACAR GUE AJA AYOK!"

"SATRIA JANGAN GANTENG KALO NGGA BISA DIMILIKI!"

"AAAAA!"

Pekikan tersebut terdengar bersahut-sahutan di pinggir lapangan basket. Orang-orang di sekitar merasa tak heran lagi jika tiba-tiba sekolah dipenuhi teriakan anak-anak ABG yang jingkrak-jingkrak di pinggir lapangan basket, jika sekarang Satria, Jaka, dan Jaya atau yang lebih sering disebut Tiga Serangkai di sekolah mereka bermain basket.

Berbeda lagi dengan Ayra yang kini berjalan tenang di koridor bersama Keylie, berniat menyusul Sekala dan Juna di kantin. Kebiasaan Ayra saat berjalan adalah memeriksa sekelilingnya, menatap kearah kanan, kiri, depan, bahkan belakangnya. Dan satu hal yang ditangkap oleh kedua netranya adalah Riki yang berjalan menuju tiga orang yang baru saja selesai bermain basket. Mereka bersalaman ala laki-laki dan kemudian lanjut mengobrol, entah membicarakan apa.

"Mereka keknya akrab benget, ya?" Celetuk Keylie di sebelahnya. Ayra hanya mengangguk, karena dia tau Riki dan Tiga Serangkai itu memang sudah akrab sedari dulu. Beda lagi dengan Keylie yang baru pindah beberapa bulan ke sekolah ini.

"Fix Jaka yang traktir!"

"Lah, kok gue? Jaya aja yang lebih tajir."

"Kan lo satu rumah sama Jaya cok."

"Lah? Iya juga, yaudah deh patungan aja!"

Saat mereka melewati empat orang yang sedang duduk itu, Ayra dapat menangkap sedikit pembicaraan mereka tentang traktiran. Namun sedari tadi atensinya tertuju pada Riki yang hanya diam dan menyaksikan tiga orang itu beradu argumen, sampai-sampai Ayra terpaku saat secara tidak sengaja pandangan mereka bertubrukan.

"Oh jadi itu yang namanya Jaka.."

"Ha?" Ayra yang mendengar Keylie seperti berbisik di samping telinganya itu langsung saja mengalihkan atensinya.

"Gue sering denger nama dia disebut di kelas. Tapi gue ngga tau orangnya yang mana. Terus katanya dia punya saudara."

"Iya, saudaranya itu, yang punya rahang tegas. Lebih tepatnya kembaran Jaka." Keylie hanya manggut-manggut tanda mengerti, jujur gadis Jakarta itu menaruh kagum pada kedua laki-laki itu karena memiliki wajah yang sangat tampan. Dia hanya ingin memberi sedikit pujian untuk itu.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan topik lain. Beberapa topik yang membuat mereka geram, atau bahkan membuat mereka tertawa bersamaan. Dan topik-topik itu kini lenyap bersamaan dengan langkah kaki mereka yang sampai di depan kantin. Mereka berdua sepakat bahwa kini Ayra yang memesan makanan, sedangkan Keylie berjalan menuju meja yang kini sudah dihuni oleh dua makhluk yang sedari tadi terlihat adu mulut.

"Duit lo mah habis pakek beli Kouta mulu. Makanya jangan nge-game aja kerjaan lo." Sosor Sekala pada Juna yang sedang sibuk dengan handphone miliknya.

"Daripada lo, duit habis pakek bayar Netflix! Udahlah, ngga usah sok ngerendahin gue, kita sama-sama rendah juga." 

Jujur Keylie tak mengerti arah pembicaraan bertemakan uang ini. Membuatnya hanya bisa duduk di salah satu kursi dan menyimak pembicaraan kedua sejoli yang seperti tak ada ujungnya itu.

"Tapi setidaknya kalo gue liat film itu ada gunanya. Daripada lo."

"Berguna dari mananya?"

"Ya berguna. Gue jadi dapet filosofi baru, karena setiap drama yang gue tonton pasti ada hikmahnya."

Monokrom | Nishimura RikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang