Evander - Fire Work

66 8 2
                                    

Pulang, tidak pernah terpikirkan kata itu akan menjadi kenyataan. Saat kaki ini melangkah meninggalkan tanah kelahiran kata itu tidak pernah terucap. Pulang hanya untuk orang-orang yang mempunyai sesuatu yang disebut 'rumah' sebagai tujuannya. Sedangkan aku? Tidak ada tempat yang layak untuk kusebut 'rumah'.

Udara lembab khas daerah tropis menyambutku saat pertama kali keluar pintu bandara. Aku membuka jaket tipis yang kukenakan saat penerbangan kali ini. Kukenakan kacamata hitam yang sejak tadi menggantung di kaos yang kugunakan untuk menghalau sinar matahari. Aku menghampiri satu dari puluhan mobil yang berderet di depan pintu keluar. Sang pengemudi dengan sigap membantuku memasukkan koper-koper yang kubawa ke dalam bagasi.

"The Orchid Residence ya pak," ucapku menyebutkan tempat yang akan aku tinggali mulai hari ini.

Secara fisik tentu saja ada bangunan yang bisa aku tinggali, namun 'rumah' bagiku bukan hanyalah sebuah bangunan kotak lengkap dengan perabotannya. 'Rumah' adalah tempat di mana aku bisa melepaskan semua kepenatan yang kujalani hari itu.

Apakah aku terlalu lama tidak menginjakkan kaki di tanah kelahiranku ini, hingga aku hampir tidak mengenali jalan-jalan yang biasa kulalui. Delapan tahun kukira bukan waktu yang cukup lama, tetapi nyatanya banyak bangunan serta tempat yang sudah berubah. Apakah hanya tempat yang berubah? Apakah mereka pun juga akan berubah?

Mobil taksi yang aku naiki memasuki halaman sebuah gedung bertingkat di tengah-tengah lahan hijau yang sangat jarang di kota metropolitan ini. Aku akui ibuku memang hebat dalam memilih tempat. Setidaknya ini bayaran setimpal bagiku saat ia membuangku dengan dalih mengelola usaha yang ia bangun.

"Ada yang bisa kami bantu pak," tanya security saat membukakanku pintu lobi.

"Saya penghuni baru unit 1001," ujarku menyebutkan nomor unit yang akan menjadi 'rumah' bagiku.

"Silahkan registrasi dulu di resepsionis pak."

Pria yang kutaksir umurnya tidak jauh beda denganku ini menuntunku menuju meja resepsionis. Di sana seorang wanita berpenampilan layaknya penerima tamu memintaku menunjukkan kartu identitas guna dicocokkan pada data yang ia punya. Setelah dirasa benar, ia menyodorkan sebuah tablet padaku.

"Silahkan memasukkan nomor sandi pintu unit anda disini," perintahnya.

Wanita itu memalingkan wajahnya aku aku memasukkan kombinasi angka yang akan kugunakan sebagai sandi pintu apartemen milikku. Ia kembali mengambil tablet setelah aku selesai memasukkan sandi.

"Selain menggunakan sandi anda bisa menggunakan kunci ini untuk membuka unit anda."

Kali ini wanita itu menyodorkan dua keycard bertuliskan The Orchid Residence dan 1001 di bawahnya.

"Jika tidak ada lagi yang anda tanyakan. Security bisa membantu anda membawa barang-barang anda ke atas," ucapnya sopan.

"Tidak perlu, terima kasih," balasku.

Aku mengambil alih dua koper besar yang telah dibawakan oleh security sembari mengucapkan terima kasih karena sudah membawanya masuk dari luar. Aku memasuki lift tanpa kesulitan, menekan angka sepuluh dan bersandar di dinding menunggu. Pintu lift terbuka, hanya ada empat pintu yang terlihat di lantai ini. Lift berada di tengah-tengah jadi tidak sulit untuk menjangkau dimana unit milikku.

Aku berkeliling melihat bagaimana tempat yang akan kutinggali entah sampai kapan. Apartemen ini mengusung konsep open space, dengan dua kamar tidur. Semua ruang terbuka kecuali kamar tidur yang memiliki ruangannya sendiri. Cukup luas kurasa bagiku yang hanya tinggal sendiri. Aku membuka satu per satu kamar, melihat manakah yang akan menjadi kamarku dan mana yang akan menjadi kamar tamu. Aku merebahkan diri di atas ranjang, menghadap langsung ke balkon, sepertinya akan menjadi spot favoritku. Saatnya membuka ponselku yang sejak tadi kudiamkan. Hal pertama yang kulakukan adalah mencari nomor Pandu, salah satu teman dekatku yang masih saling kabar hingga saat ini.

Dark ChocolateWhere stories live. Discover now