DS 03

48 4 12
                                    

Apa yang menurutmu paling menyakitkan?
- DeZa -
______


Malam semakin larut, beberapa mahasiswa mulai membuat tumpukan kayu untuk api unggun. Malam pertama berlangsung cukup singkat.

Mereka diberikan bekal materi juga beberapa arahan untuk kegiatan keesokan paginya. Seperti yang diketahui, bahwa pengkaderan diadakan hanya tiga hari. Terbilang cukup singkat.

Beberapa panitia juga telah berdatangan sekaligus dosen untuk mengisi materi malam itu.

Delon melihat kedua sahabatnya dengan kebosanan yang meningkat. Mereka sedang berusaha mencuri waktu untuk menggunakan skincare yang dibawa oleh Arin. Sesekali Delon melihat ke luar tenda agar tidak ada yang memergoki kedua orang aneh itu.

"Udah?" tanya Delon saat melihat dari kejauhan ada senter yang mendekat.

"Belum, Lon. Dikit lagi," jawab Keylana membuka botol serum dengan hati-hati dan meneteskan di wajahnya juga Arin.

Cahaya senter itu semakin dekat, Delon tidak peduli. Namun, Arin yang menyadarinya langsung menyuruh Delon untuk menahan orang itu agar tidak masuk. Mereka mengira yang datang adalah panitia.

"Masih lama?" bisik Delon.

Ia tidak terlalu melihat wajah panitia yang menggunakan senter di depannya. Sementara cahaya senter menyorot sesuatu di sudut tenda mereka.

"Udah, udah ...," jawab Arin segera memasukan perawatan wajahnya dalam tas.

Jadi, itu sebabnya Arin membawa tas dengan muatan yang melebihi batas wajar tubuhnya.

"Delon!" panggil Aza.

Ternyata laki-laki itu yang datang, Delon berdiri menghampirinya.

"Lo yang tangkap, gue yang senter," ucap Delon mengambil senter milik Aza.

"Ada apa, sih, Lon?" Arin keluar dari tenda bersama Keylana dengan wajah yang bersinar terkena cahaya senter.

"Udah, masuk aja enggak usah keluar sebelum gue suruh," jawab Delon yang terdengar seperti perintah.

Mereka kembali memasuki tenda. Aza mengambil kayu yang lumayan besar lalu dengan keras memukul ular yang berada di sudut tenda hingga keluar dari jalur perkemahan mereka.

"Mantap!" ucap Aza memberikan jempol pada dirinya sendiri.

Delon mengerutkan kening bingung. "Gue 'kan suruh tangkap! Bukan dilempar sembarang arah!" lontar Delon.

Aza menggigit bibir bawahnya, seperti telah ketahuan berbuat sesuatu. "Tapi, kalo nanti ularnya gigit gue gimana?" Aza menyengir tanda tidak berdosa.

"Itu ularnya lagi tidur, astaga! Kalo sampai gigit orang gimana? Mana lo lempar sembarangan," jelas Delon.

Ia pergi mencari reptil hijau yang dibuang Aza sembarangan.

"ULAR!" teriak seseorang.

Seketika tempat kemah yang tadinya sepi kini ramai saking paniknya. Tidak butuh waktu lama bagi Delon untuk ke sumber suara diikuti Aza yang terus mengokerinya.

"Selin?!" pekik Aza saat melihat ular itu menggigit dan mulai melilit kaki Selin.

"To-tolongin ...," lirih Selin mulai menangis.

Aza mengambil kayu, berusaha membuka lilitan di kaki Selin, nyata lilitan itu semakin kuat membuat Selin semakin menangis. Saking paniknya Aza tidak dapat berpikir dengan bijak.

Delon tidak tahan dengan tingkah Aza langsung menggenggam kepala ular dan melepaskan gigitannya. Aza membantunya, meski wajahnya nampak jijik memegang ular itu. Delon memperhatikan pupil mata ular yang digenggamnya.

DeZa's Story 2 (On Going)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ