DS 05

36 5 21
                                    

Ingatkan Aza untuk mereset otaknya
Atau mencucinya jika perlu
- Delon -

______________

Wajahnya sekarang terlihat frustasi. Selain Delon, teman sekelompoknya juga menjauhinya. Aza bahkan tidak bisa meminta saran pada mereka saat hubungannya dengan Delon tidak baik-baik saja sekarang.

Aza benar-benar tidak tahu harus melakukan apa sekarang dan besok adalah hari mereka kembali ke habitat.

"Aza lo ngapain di situ ngelamun? Di suruh ngumpul di lapangan!" ucap Radit sedikit berteriak.

Aza bangkit dari duduknya yang lemas. Ia belum makan malam dan lagi Delon menjauhinya. Ia sama sekali tidak memiliki gairah untuk hidup sekarang. Aza ingin mati. Tidak! Bagaimana jika Delon menangis karena kepergiannya? Tidak juga, Delon tidak pernah menangis untuk hal konyol seperti kematiannya. Sekarang pikirannya benar-benar tidak karuan.

"Yang anggotanya terlambat dihukum. Satu, dua, tiga!" teriak Devan dengan lantang.

Aza segera berlari dan tersandung oleh kayu di sana membuatnya terjatuh menabrak salah satu temannya.

"Sorry, sini gue bantuin!" bisik Aza agar tidak di dengar oleh panitia.

Keadaan memang sangat gelap sekarang, tidak ada lampu atau senter yang panitia pakai untuk penerangan. Mereka sengaja membuat keadaan begitu gelap dan tidak bisa melakukan apa pun.

Aza sudah berdiri di barisannya. Di depannya ada Aren juga teman-temannya yang terlihat tidak menganggapnya. Rasakanlah apa yang dialami oleh Delon, Aza, pikirnya.

"Semuanya harap tenang dan duduk di tempat masing-masing. Malam ini adalah malam terakhir kita semua di sini. Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita semua dalam keadaan tenang sebelum meninggalkan lokasi," ucap Draco.

Laki-laki itu mulai mengatakan berbagai hal selama kejadian di camp. Dari mereka membangun tenda hingga games yang dilakukan di pantai. Ia juga mulai merenungkan berbagai hal mendatang dimulai dari keluarga, teman hingga kedua orang tua yang membuat beberapa peserta menangis. Renungan kedua orang tua memang paling ampuh pada malam terakhir kegiatan.

"Haaa, gue mau balik, gue belum makan seblak buatan Mama sebelum datang ke sini," ucap Geri menangis.

Beberapa temannya pun menangis. Delon bahkan tidak bisa menahan air matanya saat mengingat Vana dan Kevan. Jika dilihat menggunakan senter, wajah Aza sudah penuh dengan ingus bukan air mata. Ia terus sesegukan mengingat Delon menjauhinya belum lagi Nindsi yang akan marah jika tahu perbuatannya pada Delon.

"Mama ...," ucap Aza sesegukan.

"HA! CUKUP GUE ENGGAK MAU NANGIS LAGI!" teriak Demos di dalam barisan.

Ia menangis sambil berteriak karena terus mengingat ibunya yang kurang lebih selalu membuatkan sarapan untuknya bahkan sebelum ke tempat kegiatan ibunya membantunya mengemasi barang.

"GUE UDAH ENGGAK MAU NANGIS, SETAN! EMAK GUE GIMANA SEKARANG?!" Geman terlebih lagi, matanya sudah habis dengan air mata dan hidungnya sudah penuh dengan ingus yang sudah sampai di mata.

"BERHENTI, ANJINK! CUKUP! A-AIR MATA GUE UDAH HABIS!" Tandra berteriak dengan sesegukan.

Mereka semua menangis, beberapa panitia juga menangis mengingat kedua orang tua mereka. Terkecuali beberapa seksi dokumenter dan Draco yang ingin tertawa karena melihat wajah mereka yang amburadul. Lebih tepatnya penuh ingus dan air mata yang menempel, kegantengan mereka hilang malam ini.

Draco mengucapkan kalimat terakhir yang membuat mereka tenang. Beberapa menit mereka menunggu untuk kegiatan selanjutnya. Bahkan, Geri masih belum berhenti menangis, sangat cengeng.

DeZa's Story 2 (On Going)Where stories live. Discover now