Chapter 3 - Where It All Begins

5.4K 299 7
                                    

Hi!

Jadii chapter 1 & 2 tuh jadi biar kalian kenal sama main chara-nya dan latar belakang mereka ya. Selalu sama pattern-nya di semua ceritaku, hehe

Enjoy!

———

Suasana hati Sean tengah buruk-buruknya. Pasalnya, baru dua hari ia di Jakarta, sekarang gadis itu sudah harus kembali bersiap dengan jadwal dadakannya. El sudah meneleponnya pagi tadi, memberitahu bahwa ternyata gadis itu perlu menghadiri launching brand kosmetik di Washington DC esok hari dikarenakan brand tersebut telah menjadikan Sean sebagai brand ambassador.

Gadis itu tak henti menggerutu selama perjalanan ke bandara. Ia bahkan berulang kali mengomel pada El, bagaimana tidak? Pagi harinya bersama Vier jadi terganggu gara-gara jadwalnya ini. Ia terpaksa pergi bahkan sebelum Vier bangun dari tidur, membuatnya merasa bersalah karena perilakunya jadi seperti pasangan one night stand.

"Emang gak bisa ya, kasih tau dari jauh-jauh hari? Dikira gue pengangguran?". Omel Sean sembari memoleskan lipstik merah di bibirnya.

El yang sejak tadi mendengar omelan tersebut akhirnya bersuara. "Mereka tuh sempet cancel invitation lo, tapi tiba-tiba minta lo dateng".

"Ya gak bisa gitu dong? Seenaknya aja ngatur-ngatur gue?". Omel Sean lagi.

El yang gerah menutup laptopnya dengan kasar. "Mereka udah kontrak lo ekslusif, so shut your mouth and bear with it. Bentar lagi sampe airport, benahin mood lo".

Sean merapikan lipstik yang baru selesai ia pakai sembari terus menggerutu. Terkadang ia memang benci menjadi terkenal, seakan dituntut menjadi seseorang yang sempurna terus menerus.

Mobil akhirnya berhenti di terminal keberangkatan, dimana awak media dan fans sudah menunggu di gate keberangkatan. Beberapa petugas keamanan sudah membentuk barricade pengamanan agar Sean tidak tersentuh, yang nampaknya mulai saling berjejalan dan riuh. Sean turun dan seketika pandangannya terhalang oleh sinar blitz yang tidak berhenti mengarah kepadanya, sebagian dari media bergerak terlalu dekat padanya.

Bodyguards yang jumlahnya 5 orang itu mengkurung tubuh Sean selama berjalan menuju ke gate, bahkan El mencoba menghalau agar Sean tidak tersentuh, namun situasi makin tidak kondusif saat beberapa penggemar merangsek dan saling dorong-mendorong agar lebih dekat pada sang bintang.

Tubuh Sean mulai terhimpit saat mendekati gate dan akhirnya terdorong hingga menubruk seseorang didepannya. Gadis itu refleks memeluk siapapun yang ada didepannya. Dorong-dorongan terus terjadi hingga tanpa sadar Sean terdorong sambil terus memeluk tubuh orang didepannya. Petugas bandara makin banyak yang turun tangan, rambut Sean bahkan sempat tertarik oleh fans, membuatnya tertahan.

Pada akhirnya, petugas dan bodyguards Sean berhasil membawa gadis itu masuk ke dalam gate dengan utuh, meninggalkan riuh diluar yang masih memburu. Sebagian petugas dan bodyguards Sean kembali berjaga diluar gate guna mengamankan kembali situasi.

"Bisa lepas gak ya?". Satu suara menyadarkan Sean dari kondisi statisnya.

Gadis itu mendongak dan menemukan seorang lelaki dengan pakaian pilot di hadapannya, refleks tangannya melepas pelukan yang tak sengaja ia lakukan saat diluar tadi.

"Sori, refleks tadi didepan". Sahut Sean.

"Saya gak kenal siapa kamu, but you caused a real chaos out there. Harusnya lewat gate khusus kalo tau banyak yang nunggu". Komentar sang lelaki.

Sean mengerutkan dahinya. "Well, that's not on me. Talk to my manager about it".

Lelaki bertubuh tinggi tegap tadi hanya berdecak dan merapikan seragamnya yang kusut akibat aksi tarik menarik didepan tadi. Tak lama kemudian, lelaki itu memilih untuk menarik kopernya dan berjalan pergi seakan tidak ada hal yang terjadi.

Sean hanya menyaksikan bagaimana sang pilot berjalan dengan angkuhnya meninggalkan ia seorang diri, membuatnya geram.

Wajah tampan itu sama sekali tidak cocok dengan sifat angkuhnya.

———

Ales berjalan dengan bersungut. Lelaki itu kesal bukan main lantaran ia sempat terhimpit saat hendak masuk ke gate keberangkatan tadi. Aneh, pikirnya. Ini masih subuh, tapi orang-orang sudah rela berdesakan demi melihat seseorang melintas di airport. Seorang gadis yang Ales sendiri tak mengenali siapa, tapi dilihat dari pengawalannya dan banyaknya media yang hadir, bisa dipastikan gadis itu seleb ternama.

Ales masih terus mencoba merapikan baju dan rambutnya yang berantakan akibat insiden tadi, ia hampir saja terlambat. Penerbangannya kali ini akan menjadi penerbangan yang cukup panjang. Washington DC dengan satu kali transit menjadi santapannya kali ini. Ditengah perjalanannya boarding, seseorang menepuk punggungnya.

"Capt. Ales". Sapa seseorang dari belakangnya.

Ales menoleh dan menemukan seseorang menggunakan baju pilot lainnya disana. "Loh, Capt. Natra? Kok udah disini lagi? Bukannya baru balik dari London?".

"Iya, dapet flight ke Bali tapi masih sore nanti, jadi tadi abis dari office. Hari ini kemana Capt?". Tanya Natra balik.

"Washington DC". Jawab Ales singkat.

"Nice. Safe flight, Capt".

"Thanks, Capt. Natra. Saya duluan ya". Ucap Ales sembari berlalu.

Lelaki itu mendengar desas-desus saat melintas masuk kedalam pesawat. Bisikan para pramugari terdengar seperti tengah membicarakan seseorang.

"Iya.. Kabarnya sih di first class. Duh, ribet deh pasti kalo ada dia, banyak maunya". Bisik salah seorang pramugari.

Pramugari lainnya menanggapi. "Tapi aslinya emang cantik banget ya. Gak heran sombong".

Ales memilih mengacuhkan perkataan-perkataan tadi dan merangsek masuk. Ia mulai mempersiapkan diri untuk terbang, bersama dengan Copilot Juan yang sudah sering terbang bersamanya.

"Tumben, mepet Capt?". Sapa Juan setelah menemui Ales disebelahnya.

"Saya ketahan di gate, rame banget tadi ada artis kayaknya". Balas Ales.

"Oh, Oceana ya? Kabarnya ikut flight ini dia, Capt". Ujar Juan menambahkan.

Ales berdecak. "Awas aja sampai berulah lagi".

"Ehm.. Capt, sorry. Itu kayaknya, ada bekas.. Mm.. Lipstick.. Di belakang". Cicit Juan kikuk.

Netra Ales membulat. "Hah?".

"Itu, Capt..". Ucap Juan menunjuk sisi punggung Ales yang bahkan tak bisa lelaki itu lihat, dari nadanya, sepertinya Juan pun menahan tawa.

"Cewek sialan, pasti gara-gara dia nempel pas desek-desekan tadi". Omel Ales.

"Itu bekas bibir Oceana, Capt? Wah sini peperin ke saya aja". Canda Juan, memicu pelototan dari Ales.

Dengan bersungut sang pilot bangkit dari kursinya. "Take over bentar, masih ada waktu. Saya ke toilet dulu".

Ales bergerak keluar dari kokpit dan menemukan gerombolan yang nampaknya familier di area first class. Sial, gadis berlipstick merah itu betulan penumpang pesawat yang sama. Ales merutukki kesialannya hari ini, ia masuk kedalam toilet dengan sedikit membanting pintunya.

Beberapa pramugari kembali berbisik. "Capt. Ales kayaknya lagi badmood ya?".

"Kayaknya deh".

———

ARRIVAL DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang