Chapter 28 - Shocking morning

4.3K 188 30
                                    

PS : bacanya sambil dengerin Ending Scene cover by Jungkook ya biar berasa 🥲

———

Sean terbangun karena suara barang jatuh terdengar dari luar kamarnya. Gadis itu otomatis bangkit dari tidur dan duduk tegap, mencoba menganalisa asal suara yang ia dengar. Matanya mengerjap berulang kali sebelum memutuskan untuk turun dari kasur dan berjalan keluar dari kamar menuju ke asal suara.

Sean kaget bukan main menemukan seorang lelaki dengan tatto di lengan kanannya sedang sibuk memasak dengan dahi berkerut. Lelaki itu bahkan seakan tak menyadari kehadiran Sean disana.

Vier.

Astaga.

Dimana Ales...

Sean langsung berlari kembali ke kamar dan mengunci pintu. Matanya mengedarkan pandangan ke kasur yang masih berantakan, namun tak ada tanda keberadaan Ales disana. Sean berlari menuju kedalam kamar mandi dan mengecek kedalamnya, lagi-lagi tak menemukan lelaki itu disana.

Jantungnya berdegup kencang, takut jika hal yang ia takutkan terjadi. Sean segera merapikan kamarnya dan mencari ponselnya yang entah sejak kapan sudah tergeletak di lantai. Gadis itu berulang kali menelpon nomor Ales, namun nihil. Lelaki itu tidak menjawab.

Pada akhirnya Sean memberanikan diri untuk kembali ke dapur dan menemui Vier yang masih sibuk menata hidangan paginya.

"Vier?". Panggil Sean, membuat lelaki bermata bulat itu menyadari kehadirannya.

Senyum Vier otomatis mengembang. "Baby? Akhirnya kamu bangun juga. Aku buatin sarapan nih, sini".

Aneh. Kenapa Vier terlihat seperti biasanya? Kenapa Vier tidak memakinya? Apa Vier memang tidak bertemu Ales?

Sean menuruti Vier dan melangkah mendekat, sedikit gugup menghadapi sang kekasih yang sejak tadi memberinya senyuman hangat.

Vier mengecup bibir Sean singkat. "Morning, baby. I miss you so much, maaf dateng gak bilang-bilang dulu".

"Kamu dari kapan disini?". Tanya Sean hati-hati.

"Tadi pagi, sekitar jam 7, kamu masih tidur tadi di kamar.. Aku gak tega bangunin, jadi ku tungguin aja sambil bikin sarapan buat kamu". Jawab Vier.

Sean menatap kearah dua piring di meja dapur yang berisikan toast dengan aroma menggugah. Jemari Vier menyapa rambut Sean dan menyisirnya pelan. "Kamu cantik banget sih, baru bangun aja kayak gini".

Pipi Sean bersemu seketika, sudah lama
rasanya tidak menerima sentuhan Vier di kulitnya. "Apa sih".

"Boleh cium lagi gak? Morning kiss? Aku kangen banget". Ucap Vier dengan mata bulatnya.

Sean terdiam sejenak sebelum mengangguk, entah mengapa ini terasa salah untuknya. Namun ketika Vier memagut bibirnya dan menciumnya dengan penuh cinta, perasaan salah itu luntur seketika. Ia ternyata memang merindukan Vier.

Ciuman Vier berubah menjadi kecapan panas, seakan tak rela melepas Sean lagi dari hadapannya. Tangan Vier mengangkat tubuh Sean hingga terduduk di meja dapur, dengan dirinya berada diantara kaki Sean. Vier menyudahi kecapannya dan menarik nafas panjang.

"Sayang.. I know this is wrong, but.. Can we? I'm so desperate of wanting you for so long" . Bisik Vier dengan frustasi.

Jantung Sean berdegup tak karuan. Ia tak mungkin membiarkan Vier melihat bekas sesapan Ales di area dada dan paha bagian dalamnya semalam. Bagian intinya pun masih nyeri akibat kegiatan bercintanya semalam dengan Ales.

Sean menggeleng pelan. "Ehmm, maaf, sayang.. But we can't do it now, I'm on my period".

Reaksi Vier membuat Sean bernafas lega. Lelaki itu terkekeh dan mengecup bibir Sean singkat. "Fuck. Sorry.. Aku gak tau. It's okay, I guess it's just not my lucky day".

Sean menatapi wajah Vier yang masih sama berbinarnya dengan tadi saat menatapinya. Rasa bersalah lagi-lagi meliputinya.

Bohong.

Lagi-lagi ia harus berbohong pada Vier.

"Yaudah, sarapan bareng yuk. Aku kangen sarapan sama kamu. Kamu kayaknya kurusan juga, gak ada yang urusin makan mu disana ya?". Ucap Vier sembari membawa tubuh Sean turun dari meja.

Sean melihat bagaimana Vier membawakan piring mereka ke meja makan dan menuntunnya untuk duduk bersama. Tidak ada sedikitpun yang berubah dari sikap Vier, masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu. Hangat dan penuh cinta untuk Sean.

———

"Jadi, gimana Washington? Menyenangkan?". Tanya Vier sembari menyodorkan sesuap potongan roti pada Sean.

Sean menatap roti itu selama sekian detik sebelum melahapnya. "Hectic".

Vier tertawa hingga sudut matanya tertarik. "Hebat banget sih pacarku".

"Apa sih? Kok jadi hebat". Balas Sean tersipu.

"Hebat. Aktivitasnya segudang, dicintai sedunia, tapi tetep kuat dan gak pernah ngeluh". Ucap Vier lagi disertai senyuman.

"Dipikir-pikir.. Aku beruntung banget ya bisa dapetin kamu? Satu dunia pasti iri deh kalo tau aku pacarmu". Ucap Vier sembari memotongkan seiris roti lagi.

Sean menatapi Vier dan menjawab didalam
hatinya; kamu salah, Vier. Aku gak sekuat yang kamu pikirin. Gak sebaik yang kamu pikir juga.

"Sayang.. Menurut kamu, mungkin gak sih suatu hari nanti kita go public?". Tanya Sean secara tiba-tiba, membuat Vier tersedak.

Vier menenggak minumannya sebelum menjawab. "Kenapa nanya gitu tiba-tiba?".

"Pengen tau aja menurutmu gimana". Jawab Sean,

Vier menggenggam tangan Sean erat, manik matanya menatap tajam kearah gadis itu. "Kamu tau kan, itu selalu jadi keinginanku. Telling the world that you're mine, nunjukkin rasa sayangku ke kamu di depan dunia. Aku selalu menginginkan itu dari awal hubungan kita setahun yang lalu, Sean. Tapi aku ngerti gimana keadaanmu, makanya aku setuju ngikutin permintaanmu untuk rahasiain hubungan kita dari publik".

"Kamu gak takut?". Tanya Sean lagi.

Kening Vier berkerut. "Takut apa?".

"Kalo nanti fansmu jadi musuhin kamu, atau musuhin aku, atau kita. Atau jadi banyak orang-orang yang gak suka sama kita. Atau popularitasmu jadi turun karena kita pacaran sama aku". Jelas Sean.

Vier menggeleng mantap. "Aku siap ngelepas semua kalo itu buat kamu Sean. Apapun. Aku juga yakin, kalo orang memang sayang sama aku, mereka akan dukung apapun keputusan yang buat aku bahagia".

Mata Sean berkaca-kaca mendengar penuturan Vier. Lelaki ini benar adalah malaikat yang diutus untuknya. Hatinya begitu tulus mencintai Sean tanpa batas apapun.

"Why do you love me this much..?". Tanya Sean lirih.

Vier kembali tersenyum manis. "I don't know. I just do. I love you ever since I landed eyes on you, and it stays forever".

Hati Sean seakan terenyuh akan betapa banyak cinta yang Vier berikan untuknya. Harusnya hanya ada Vier di hidupnya, tidak ada oranglain. Tapi kini, Ales sudah hadir di hidupnya dan turut mengambil peran. Sebagai seseorang yang tak akan pernah bisa ia sebutkan di depan dunia.

"Kenapa jadi mellow gini sih? Aku jadi sedih..". Ucap Vier tiba-tiba disertai cengiran.

Sean tertawa dan berupaya mengenyahkan airmata yang hampir jatuh dari pelupuk matanya. "Gak tau".

"Anyway, aku baru nyelesain satu lagu buat album baruku, mau denger gak?". Ucap Vier sembari mengecup punggung tangan Sean.

Mata Sean membesar. "Kamu mau mulai musik lagi?".

"I think I will, doain sukses juga ya di musik. Kemarin aku record demo buat single utamanya, aku bikin lagunya buat kamu". Jelas Vier sembari menunjukkan ponselnya.

Sean menahan tangan itu. "Wait, tahan! Aku gamau denger sekarang. Aku pengen kayak fans kamu yang denger nya pas rilis, pengen kaget nanti bareng sama fansmu".

Vier tertawa gemas. "Aneh banget sih pacarku, dikasih previllage dengerin duluan malah mau sama kayak yang lain".

———

ARRIVAL DATEWhere stories live. Discover now