Perhatian

4.1K 249 1
                                    


Embusan angin pantai memang yang paling menyegarkan, membawakan aroma asin air laut ke penciuman turis, matahari yang bersinar hangat. Sesekali Aletta menghirup udara segar itu. Mereka baru saja tiba. Agnes dan Aletta duduk di atas pasir pantai. Mengabaikan para pemuda yang sedang menurunkan barang dari mobil.

"Woy! Pasang tenda!" pekik Danu.

Agnes mendesis kesal. Ia bangkit dan disusul Aletta yang juga ikut membangun tenda untuknya dan Agnes.

"Ta?" Arvin memanggil dengan wajah khawatir. Aletta menoleh.

"Kenapa?" tanya Aletta yang sedang memasang matras dan merapikan beberapa bagian tenda.

"Mau aku bantu?" tanya Arvin.

"Boleh, bantu kami deh, Kak. Itu barang kami agak jauhan dari tenda, bisa dibawa ke sini, Kak?"

Arvin menoleh ke arah barang-barang bawaan Agnes dan Aletta. Ia mengangguk menuruti permintaan Agnes.

***

Semua sudah selesai dan rapi. Para anak muda itu duduk membentuk lingkaran, kembali menyanyikan lagu santai, Agnes betah memakan camilan bersama Aletta, sedang para laki-laki sibuk bernyanyi.

"Aletta!" seru Arvin.

Semua orang langsung menatap gadis yang dipanggil. Semua orang tertegun sesaat melihat darah yang keluar dari hidung Aletta.

Arvin berlari menuju tenda mengambil tisu. Sementara Agnes yang disebelahnya sibuk membantu Aletta untuk menahan darah.

Hendery? Pemuda itu langsung berlari entah ke mana begitu melihat darah yang keluar dari hidung Aletta.

***

"Udah?" Arvin bertanya lembut. Ia dengan telaten membersihkan darah yang menetes di tangan Aletta.

"Udah enakan, Kak," jawab Aletta.

"Kamu kenapa, sih?" tanya Arvin.

Aletta menggeleng. "Kayaknya kecapean sedikit, cuma butuh istirahat, aja."

"Gue anter, Ta!" Agnes sigap membantu Aletta untuk berjalan menuju tenda tetapi sosok Arvin yang menyalip jalannya langsung mengambil alih segalanya. Arvin menuntun Aletta menuju tenda, meninggalkan Agnes yang kesal setengah mati.

Gadis dengan rambut digerai itu langsung memasuki tenda. "Makasih, Kak." Aletta tersenyum simpul, kemudian tenda itu ditutupnya. Tetapi Aletta tahu jika Arvin tak pergi dan ia juga tidak langsung tidur.

"Lo beneran nggak papa, Ta?" Suara lirih itu bisa Aletta dengar dengan jelas. "Kenapa selalu aja lo bilang 'nggak papa' padahal lo kenapa-kenapa," imbuhnya.

Aletta menangis. Hatinya dipenuhi tanya tentang Arvin yang berubah begitu pesat, memberatkan hatinya yang berusaha menjauh, membuat usaha melupakan Arvin sia-sia. Kenapa tidak sejak dulu Arvin seperti ini? Kenapa baru sekarang? Kenapa di saat sudah bertekad untuk lupa justru malah kembali diingatkan.

"Lo kenapa sih, Vin?" lirih Aletta di tengah tangis. Beruntung sosok Arvin sudah tidak lagi di depan tenda.

Suara ketukan tenda terdengar. Aletta terhenyak. "Siapa?"

"Ini gue, Ta." Suara Hendery terdengar tidak teratur. Aletta membuka tenda dengan wajah khawatir.

"Lo kenapa?" tanya Aletta khawatir.

Ctak!
Hendery menjitak pelan kepala Aletta. "Lo kenapa sih nggak tertib banget jadi cewek," cibirnya. Hendery menyerahkan kantung plastik kecil.

"Istirahat!"

"Iya."

***

Hendery yang berlari dengan kantung plastik kecil di tangannya menjadi pusat perhatian teman-temannya.

Langkah pemuda itu melambat begitu mendekati tenda Aletta. Sejenak matanya terpaku menatap seseorang yang baru saja beranjak dari tenda Aletta.

Tatap mereka bertemu. Arvin dan Hendery sama-sama menatap dengan isi pikiran berbeda. Saling menilai dan mencibir.

'Huh, pahlawan kesiangan,' batin Arvin.

'Ngapain sih dia deketin Aletta? Nggak punya malu, egois,' sinis Hendery dalam hati.

Beberapa detik setelah jarak agak jauh, Hendery memutus kontak mata dan berjalan fokus ke tenda Aletta. Mengetuk pintu tenda sebagai izin. Aletta membuka dan bisa Hendery lihat wajah pucat gadis cantiknya.

'Asli lo bikin gue takut setiap detik kalau gini terus, Ta,' batin Hendery dengan tatapan yang tentu ia tutupi kebenarannya. Senyuman Hendery, suara hangat, dan jitakan kecil hanya pengalihan agar Aletta tidak tahu bagaimana perasaannya, bagaimana kekhawatiran dirinya sekarang ini.

TBC

ANTAGONIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang