05 - ARRANGEMENT

51.4K 1.5K 18
                                    

Malam itu, Adrian tengah bergabung dalam acara makan malam yang diadakan di rumah mewah kedua orang tuanya. Ia memang telah hidup terpisah dari sang orangtua sejak berusia dewasa.

Ia tinggal di sebuah griya tawang super mahal di kawasan bisnis pusat kota. Sementara hunian kedua orangtuanya terletak di wilayah elit nan prestisius tempat golongan pejabat dan konglomerat berada. 

Sejatinya Nyonya Linda Pramartha, mama Adrian-lah yang selalu menginisiasi sebuah acara makan malam yang diadakan paling tidak sebulan sekali tersebut. Linda ingin menyatukan suami dan anak-anaknya yang terlampau sibuk untuk bisa duduk bersama dan bercengkerama layaknya keluarga yang harmonis. Maka jadilah malam itu, keluarga inti Adrian berkumpul di depan meja makan untuk menikmati hidangan yang telah disajikan. 

"Kapan kamu mau tanda tangan proyek Aria?" suara berat Tommy Axman tiba-tiba menyela di tengah keheningan yang hanya diselingi dengan dentingan alat makan yang beradu. 

Adrian menghentikan gerakan tangannya yang baru saja akan menyuapkan daging ke dalam mulut. Ia lantas menoleh ke kanan untuk mengerling sekilas pada sang ayah. "Ini kedua kali Papi tanya minggu ini-" ia terdengar tak begitu senang. 

"Terus? Memang kamu mau tunggu apalagi? Kita semua udah ok tinggal tunggu kamu tanda tangan. Aria Ini proyek gede Adrian, jangan buang-buang waktu begitu" Tommy mendesis menunjukkan ketidak-sukaannya pada sikap sang putra yang belum menyetujui cetak biru bisnis yang tengah mereka kembangkan.

"Justru karena ini proyek gede... Aria gak bakal punya cukup tabungan kalau tuh proyek boncos" Adrian menaikkan satu oktaf nada bicaranya walau tengah bicara dengan sang Ayah. Ia memang mempunyai posisi yang lebih tinggi dari Tommy dalam proyek tersebut. Dan ia kini terang-terangan mengungkapkan keraguannya. 

Perusahaan Aria memang bukanlah milik Tommy ataupun Adrian. Perusahaan tersebut milik Johan Ariadinata, sahabat baik Tommy. Tommy dan Adrian hanya bertindak selaku komisaris yang memberikan nasehat dan pengawasan pada jalannya perusahaan.

Tommy sendiri mempunyai bisnis yang jauh lebih besar dari Aria, yaitu Axton Group. Dan bisnis turun temurun tersebut tentu tengah dikuasai oleh sang putra sulung - Adrian. Namun Tommy tentu juga turut ingin mendapatkan keuntungan maksimal dari proyek Aria yang tengah dibantunya. 

"Yang penting kita jalan dulu, boncos atau enggak itu urusan belakangan. Kemarin Johan juga udah itung-itungan sama Nila. Kata dia gak ada masalah"  kekeuh Tommy berusaha meyakinkan Adrian jika direktur keuangan Aria sudah memberikan lampu hijau pada rencana proyek yang tengah mereka bahas. 

Adrian menaikkan alis sembari memasang raut dingin. Ia belum mempertimbangkan sepenuhnya ucapan ayahnya tersebut dan dianggap hanya angin lalu. 

Sementara itu, Linda yang berada di samping Tommy berusaha meredam suami dan anaknya yang tampak tegang. "Perlu ya Pi, bahas kerjaan waktu makan? Masih kurang meeting-nya di kantor?" Linda mendesis sedikit kecewa. Ia mengeluhkan suaminya yang tak mau berhenti membahas bisnis di tengah acara keluarga dan sebenarnya ingin membahas hal yang lebih ringan saja. 

Protes Linda tak langsung diindahkan oleh Tommy. Namun kini anak bungsu mereka - Davian, yang justru menimpali. "Mi, Papi itu kalau gak bahas kerjaan mau bahas apalagi sama kak Adrian? Motonya Papi sama kak Adrian kan sama; bisnis uber alles a.k.a kerjaan di atas segala-galanya" Davian yang masih remaja menimpali sok tau sekaligus terkesan menyindir sang ayah dan kakak. 

Tommy masih tak menggubris celotehan tersebut. Nyatanya ia tak merubah haluan dan tetap membahas masalah bisnis. 

"Kamu ada sentimen apa sama Johan?" Tommy kembali bersuara sembari menatap Adrian curiga.

Hold Me With Your Lies [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang