SEMBILAN BELAS

46.1K 4.3K 36
                                    

_Happy reading_
.
.
.

Fara melangkah terburu-buru memasuki sebuah gedung pencakar langit. Raut panik terus menghiasi wajah Fara.

BRAK

Atensinya terpaku pada sesosok orang yang sedang terbaring dengan wajah pucat di atas kasur king size. Orang itu adalah Nathan, abangnya.

"Bang Jo." Lirih Fara khawatir.

Beberapa menit lalu, Fara mendapat telepon dari asisten Nathan jika Nathan pingsan saat sedang dikantor. Ia langsung panik dong dan segera pergi ke kantor untuk melihat kondisi abangnya. Bahkan ia meninggalkan Moci yang sedang bermanja-manja ria dengannya.

Kenapa tidak kerumah sakit? Abangnya sangat tidak menyukai bangunan itu. Jadi, asistennya memutuskan untuk memanggil dokter.

Pandangannya langsung menatap laki-laki yang tak jauh dari abangnya dengan raut penuh tanya. Asisten Abangnya.

"Tuan hanya kelelahan Nona." Ujar laki-laki itu.

"Kelelahan kau bilang!?" Sentak Fara. Hey, abangnya itu pingsan masa cuma kelelahan?

Laki-laki itu menghela nafas sebelum berbicara. "Sejak kemarin tuan berisi keras mengerjakan semua berkas kantor." Jelasnya sambil menunduk hormat.

"Beliau bahkan melupakan jadwal makan siangnya." Ujar laki-laki itu lagi. Lebih tepatnya mengadu.

Fara menghela nafasnya gusar. "Anterin gue ke ruangan CEO. Gue yang lanjutin kerjaan bisa kan?" Ujar Fara.

Asisten Nathan mangangguk mengiyakan. "Mari nona." Ucapnya lalu menunjukan jalan.

Mata Fara membelalak tak percaya saat melihat gunungan berkas lebih dari satu di atas meja. Untung saja ia punya otak yang mumpuni jadi, ya oke aja.

"I-ini semua tugas bang Jo?" Tanya Fara tak percaya.

"Betul nona, tapi anda hanya perlu mengecek berkas-berkas tersebut." Jelas asisten Nathan.

"Ya udah, om pergi aja. Percaya sama Fara, tugas kek gini mah kecil." Ucap Fara dengan songongnya.

Asisten Nathan mengangguk lalu pamit keluar dari ruangan tersebut.

Fara mulai membaca berkas demi berkas. Keningnya mengerut saat membaca salah satu berkas yang menurutnya 'aneh'.

"Pantes aja bang Jo kek orang depresi, laporan kantor aja kek gini."

"Astaga, pasti ni orang satu masuk pake jalur orang dalem."

"Kasian bang Jo, pasti dia capek ngurusin orang kek gini."

"OM ASISTENNYA BANG JO, PANGGILIN ORANG YANG NAMANYA RANTI DONG." Teriak Fara.

"Siap Nona."

"Tunggu om, kita belum kenalan btw." Ujar Fara.

"Nama saya Ares, nona" Ujar Asisten tersebut mengenalkan diri.

"Baiklah Om Ar, salam kenal saya Fara." Ujar Fara dengan tersenyum tipis.

"Saya permisi nona."

"Empuk juga nih kursi." Ucap Fara lalu mulai membaca berkas kembali.

Selang beberapa menit, pintunya kembali diketuk.

Tok

Tok

Tok

"Masuk."

"Permisi nona."

"Oh hai Om Ar, mana orang itu?"

"Dibelakang saya Nona."

Perempuan yang berdiri dibelakang Arsen nampak menatap Fara tak suka. "Siapa dia pak? Kenapa duduk di kursi pak Nathan?"

Fara menaikan kacamata yang dipakainya saat mendengar ucapan itu. Matanya mengernyit menatap perempuan itu. "Sejak kapan kantor ini menjadi penampungan Tante girang?" Celetuk Fara. Pakaian kurang bahan, dandanan menor, apalagi kalo nggak itu?

Perempuan itu nampak marah saat mendengar ucapan Fara. "Elo siapa? Berani bener duduk di kursi pak Nathan! Asal Lo tau gue ini calon menantu keluarga Grisham." Ujar Perempuan itu.

Fara terkekeh sinis. "Sejak kapan kriteria menantu Grisham family menurun?"

"Lo jangan macem-macem sama gue ya!"

"Btw, siapa calon suami Lo? Nathan? Samuel? Oh apa Fauzan?" Tanya Fara sambil membaca berkas kembali.

"Lo---"

"Seingat gue cuma orang itu yang belum menikah."

"Emang Lo tau apa?!" Perempuan itu nampak menantang Fara.

Fara memutar bola matanya jengah. "Stop! Kamu saya pecat, silahkan keluar." Ucap Fara santai.

"A-apa maksud Lo! Jangan sampai gue laporin pak Nathan ya." Perempuan itu menatap Fara tajam.

"Disini nggak ada yang bisa ngeluarin---"

"Ada, gue contohnya." Potong Fara cepet.

"Hak Lo apa hah?" Tanya perempuan itu menantang.

"Kenalin gue Refara Audy G---"

Sebuah suara memotong ucapan Fara. 

"Fara."

Perempuan yang tadi berdebat dengan Fara nampak tersenyum pongah saat terlihat keberadaan Nathan.

"Pak---"

"Kamu ngapain disini dek?"

"Eh, bang Jo udah sehat? Ngapain keluar sih? Mending istirahat aja dikamar." Ujar Fara lembut sambil menjulurkan lidahnya ke arah perempuan itu.

"Bang Jo tenang aja, otak Fara nyempe kok." Ujar Fara.

"Tapi dek, ini kan kerjaan Abang. Kamu cukup diam dan nikmatin hasilnya." Ujar Nathan.

"Abang lagi sakit, mending istirahat deh." Ucap Fara.

"Oiya bang jangan lupa pecat perempuan itu!" Ujar Fara menunjuk perempuan yang tadi berdebat dengannya.

"Buat laporan masa nggak becus!" Sindir Fara.

Kenan menghela nafas pasrah mendengar perintah adiknya, lalu berjalan keluar.

"Untuk masalah Ranti, kita bicarakan diruang sebelah." Ucap Nathan.

***

Seorang perempuan berjalan dengan anggun keluar dari bandara. Senyuman manis tak pernah pudar diwajah cantiknya.

"I miss you honey."

***

Setelah hampir dua jam duduk diam dikursi empuk, akhirnya Fara telah menyelesaikan satu gunungan berkas. Ya, hanya segitu. Setelahnya Fara tepar dimeja dengan mata tertutup alias tertidur. Saking nyenyaknya bahkan Fara tak sadar jika ada orang yang membuka pintu.

"Terimakasih baby girl. Maaf kalau Abang merepotkan." Ucap orang itu yang tak lain adalah Nathan.

Tanpa beban, Nathan langsung menggendong Fara ala bridal style lalu membawanya menuju mobilnya.

Setelah berkendara selama 40 menit, mereka sampai dimansion. Dengan hati-hati Nathan menggendong Fara kembali.

"Sweet dreams, dek." Ujar Nathan lalu mengecup kening adiknya.

.
.
.
TBC.

Transmigrasi FiguranWhere stories live. Discover now