1. Lecturer

963 7 0
                                    

Gadis bertubuh pendek, sedikit kurus dengan rambut pendek berjalan melewati lorong kampus universitas swasta di Kota Bandung. Semua mata tertuju padanya yang berjalan dengan sedikit risih, karena tidak terbiasa menggunakan rok mini.

"Persetan, kalau bukan karena dosen sialan yang tidak memberikanku nilai, aku tidak akan menggunakan rok pendek ini!" Gerutunya di dalam hati.

Rok tidak menutupi paha dengan benar dan kemeja putih yang terlihat pas-pasan, membuat payudara besar terpampang jelas. Bahkan, dua kancing kemeja bagian atas tidak terkancing dengan benar, karena ukurannya yang terlalu sempit.

Gadis itu tampak menyesali keputusannya untuk memakai  kemeja berukuran S yang pernah ia gunakan saat awal semester satu. Karena ia tidak memiliki kemeja putih, gadis itu memaksakan diri. Ia terlihat seperti chicken kampus—julukan bagi perempuan murahan yang mau membuka pahanya untuk setiap pria.

Tok. Tok. Tok.

Gadis berambut pendek itu menggedor pintu bertuliskan Juan Jastoro, dosen Bahasa Indonesia pengajar mahasiswa semester tiga. Yavina salah satunya.

Juan membukakan pintu, betapa terkejutnya dia saat Yavina berada di depannya dengan payudara membusung ke depan, tercetak jelas di kemeja putih yang pas-pasan.

Juan yang sarkastis langsung berbicara, "Tidak mampu membeli pakaian atau belajar jadi penggoda?"

Yavina dengan kesal mendorong Juan, agar mengizinkannya masuk ke ruangan itu, "Bapak yang minta saya menggunakan pakaian semasa OSPEK!"

Juan pun teringat saat Yavina, ketahuan menonton film bokep saat ia sedang mengisi kelas. Juan yang kesal, spontan mengatakan tidak akan memberikan nilai untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dan menghukum Yavina menggunakan pakaian OSPEK saat meminta maaf kepadanya.

"PUAS?" tanya Yavina dengan kesal, ia memang bukan gadis polos. Ia suka menonton film bokep, bisa dibilang hobi, tapi dia tidak pernah melakukan seks, hanya menonton.

Juan terkekeh, "Maaf, saya baru ingat."

Yavina mendekat ke arah Juan, siap mencekik pria itu dengan kesal, ia sudah malu sejalan ke kampus dengan pakaian seperti itu, tetapi Juan malah tertawa.

Yavina yang pendek berjinjit dan menarik leher Juan, ia ingin mematahkan leher dosen berusia 30an itu.

"SIALAN, PRIA MENYEBALKAN!" Yavina terus menggoyangkan leher Juan, tapi pria itu tidak bergerak sedikitpun.

Malah, Juan melihat benda berukuran besar itu bergoyang ke atas dan ke bawah. Juan yang masih lajang, jelas tergoda dengan payudara Yavina yang besar dan semakin dekat dengan dada bidangnya. Secara spontan, Juan meremas payudara Yavina dari balik kemeja putih itu.

Bola mata Yavina membesar, menatap Juan yang meremas payudaranya, "Aaah, Pak Juan ... ."

Juan semakin kencang meremasnya, Yavina hampir ambruk jika tangan kiri Juan tidak segera menarik pinggang Yavina. Juan mendorong Yavina hingga membentur pintu, tangan kanannya pun segera mengunci pintu.

Yavina berusaha mendorong Juan, ia masih waras untuk tidak melakukannya dengan dosen. Namun, Juan sudah tidak tahan. Nafsunya semakin membara. Juan kembali meremas payudara Yavina, hingga gadis itu melenguh panjang.

"Aaah, Pak berhenti iih," suara Yavina terdengar manja, bertolak belakang dengan suara keras yang sebelumnya ia ucapkan.

Juan membuka kancing kemeja Yavina, payudara besar itu pun meloncat keluar dari sarang sempitnya. Juan tidak menyangka, Yavina yang bertubuh kurus memiliki payudara besar. Juan memegang payudara sebelah kanan dengan tangan kanannya, sementara tangan kiri memegang kedua tangan Yavina ke atas kepala.

Juan meremas payudara itu, hingga Yavina mendesah, "Jangan, Pak Juan."

"Kata kamu jangan, tapi membusungkan payudara, hm?" Juan meremas yang kiri, membuat Yavina bergerak tak karuan.

Juan tersenyum, "Kenapa kamu gak pakai bra hari ini?" tanyanya.

Yavina menggelengkan kepala, "Aaah, tadi aku pake. Cuman sempit, yaudah aku buka."

Juan meremas gunung kembar itu secara bergantian, "Kenapa bisa sebesar ini?"

"Gak tahu, Pak."

Juan mencium puting susu Yavina yang mengacung tegak, menjilatinya dan menggigit pelan, "Aaah, Pak Juaan."

Juan bertanya sekali lagi, "Kenapa bisa besar, sayang?"

Yavina yang sudah merem melek keenakan, menjawab dengan spontan, "Aku remas setiap hari."

Juan tersenyum, "Aku akan membuatnya semakin besar."

Juan menggendong Yavina seperti karung beras, membawanya ke sofa panjang, Yavina yang berada di surga dunia, tidak memberontak, ia sangat pasrah.

Juan melumat dan menyusu layaknya bayi, tangan kirinya meremas payudara yang lain. Yavina tidak melawan, ia hanya mendesah dan meremas rambut hitam Juan.

"Paak, pelan-pelan iiih!" Ucap Yavina saat Juan menyusu dengan cepat.

Juan melepaskan payudara Yavina, menatap gadis berkulit sawo matang yang sangat berantakan, tapi terlihat seksi.

"Kenapa Pak?" tanya Yavina dengan heran, karena Juan berhenti bermain.

Juan mencium bibir Yavina secara tiba-tiba, mulanya pelan, lambat-laun Juan menggigit bibir bawah Yavina, memasukan bibirnya untuk mengabsen gigi Yavina. Mereka bertukar saliva dan mengecap setiap rasa. Mereka terbuai dengan ciuman panas.

Tangan Juan tidak tinggal diam, ia menyibak rok yang digunakan Yavina, mengelus kewanitaan gadis itu yang terbungkus oleh kain segitiga tipis.

"Yavina ...," Juan memanggil nama mahasiswi seksi yang tidak pernah memperhatikan pelajarannya dikelas.

Yavina yang tengah menghirup oksigen bertanya, "Iya, Pak Juan."

"Jangan, panggil Pak. Panggil saya Juan!" Titah Juan kepada Yavina.

"Juan mmmmm," Yavina menahan desahan saat jari tengah Juan menerobos masuk ke liang kewanitaannya.

"Basah, sayang."

Yavina memeluk tubuh Juan, "Juan, aku takut."

"Apa kita akan berhenti?" tanya Juan sembari memasukkan tangannya semakin dalam.

"Aaaah, Juan."

Juan melepas pelukan Yavina, ia kembali menyusu di payudara sebelah kiri, tangan kanannya sibuk keluar masuk lubang surgawi.

"Juan ... ," Panggil Yavina dengan nada manja.

Tiba-tiba, Juan berhenti merapihkan pakaiannya, mengancingkan kemeja Yavina dan memasukan kembali celana dalam yang ia turunkan. Yavina sedikit bingung dan terkejut.

"Sudah, nanti malam saya akan datang ke apartemenmu. Sekarang, kamu keluar dan ganti baju. Sepuluh menit lagi, saya tunggu di kelas. Jangan sampai telat," ucap Juan lalu keluar ruangan, meninggalkan Yavina yang masih mengangkang.

"Dosen sialan! Akan aku balas nanti malam."

(Baca kelanjutannya di Karyakarsa, 2k/cerpen).

LINK DI PROFIL

Short Story RomanceWhere stories live. Discover now