Chapter 4

74 4 0
                                    

Anjay aku berbohong 🤣🤣🤣🤣

Happy reading.

Hari senin. Ya aku hanya memberitahu. Tadi malam aku kepo dengan kepribadianku. Nah aku coba tes di salah satu website yang terkenal. Aku mendapatkan hasil sedikit memuaskan menurut aku. Karena, selama aku mengamati diri sendiri, ada beberapa ciri yang tidak ada pada diriku.

Oke bahas itu nanti, aku sekarang harus berangkat sekolah. Setelah sadar sepenuhnya aku langsung saja masuk ke kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi sudah memakai seragam.

Ruang ganti dengan kamar mandi sebelahan, jadi aku tidak perlu keluar lagi untuk mengambil seragamnya. Setelah itu aku pun duduk di depan meja rias. Memoles sedikit bedak di area yang ingin aku tutupi, lalu menutupi bibir pucatku dengan lipstik pink.
,
Setelah puas melihat wajah di cermin, aku pun langsung mengambil ponselku lalu mengambil tasku. Tidak lupa juga mengecek apakah bibi kim beneran menyiapkan semua keperluan sekolahku dengan benar. Setelah itu, aku langsung saja ke dapur untuk mengambil sarapan.

Ternyata appa ikutan pulang. Aku lihat ruang makan sudah penuh. Mereka belum berangkat ke tempatnya? Aku pun masuk ke ruang makan lalu duduk di kursiku.

"Kamu melakukan kenakalan lagi disekolah barumu? Ini baru seminggu?"

Belum juga aku memakan sarapanku dengan tenang. Aku langsung saja bangkit dari dudukku dan langsung keluar dari ruangan ini. Padahal aku tadi sempat merasakan senang sedikit. Tapi apa? Justru di hadapkan dengan pertanyaan itu.

"Lee Yeon-jin! Kau mau aku beneran menjual motor itu?" Aku berhenti tepat di pintu ruang makan. Aku membalikkan tubuhku dan menatapnya tajam.

"Jual saja silakan! Dengan senang hati saya membiarkan anda melakukannya," ujarku. Aku langsung saja berjalan cepat keluar dari rumah ini. Kan! Sudahlah, lebih baik cari uang sendiri dan membeli motornya lagi.

Anda sendiri yang membuat jarak itu semakin jauh. Jadi, jangan menyalahkanku atas kesalahanmu sendiri. Dari kecil aku di asuh oleh bibi Kim, tanpa ada campur tangan anda. Hanya mencari uang! Lebih memilih mencari kertas itu dari pada menemani pertumbuhan anaknya. Tak adakah waktu sedikit untuk menemani putri kecilmu ini appa? Bahkan, appa tidak tahu bagaimana aku dirumah jika bersama dengan mereka.

Aku terlalu larut dalam pikiranku sampai-sampai aku tidak tahu aku berjalan sampai dimana. Ini aku dimana? Seharusnya tidak akan terlalu jauh dari rumah. Aku langsung saja berjalan melewati jalan yang aku tadi lewati. Saat aku melihat ada gang menuju ke rumahku. Aku langsung saja berjalan kearah kanan, lalu keluar dari gang dan mendapatkan halte bus.

Aku langsung saja melihat papan yang ada di halte itu dan melihat rutenya. Saat mendapati rute yang dilalui sekolahku, aku pun langsung duduk di bangkunya. Menunggu bus datang sambil menikmati lagu dari ponselku. Di halte ini hanya ada aku. Tidak ada yang ikutan menunggu busnya. Yang kulihat, kebanyakan lebih memilih taksi dan itu sebagian besar seorang pekerja.

Tiba-tiba saja ada mobil yang sepertinya aku kenal berhenti tepat di depanku. Kaca pintunya terbuka.

"Ayo! daripada terlambat gara-gara menunggu busnya!" ujarnya, seperti teriak.

Aku hanya diam saja tidak mempedulikannya, tepat saat busnya datang, aku langsung berlari ke arah bus itu. Aku langsung masuk saat pintunya terbuka. Lebih baik aku terlambat daripada berangkat bersamanya.

Sudah pasti kan dia yang mengadu ke guru, atau bisa jadi siswi yang aku tendang perutnya itu? Hanya mereka berdua saja, tapi kalau siswi itu sepertinya tidak mungkin deh. Kan bisa jadi siswi itu juga ikutan terseret jika dia berani mengadu. Kalau laki-laki itu, ah sudah pasti dia. Dia kan terlihat jelas sangat baik, sopan, dan jadi ketua OSIS. Justru lebih gampang buat ngadu. Atau memang ada cctv dirooftop?

Soulmate || Na Jaemin Where stories live. Discover now