Chapter 16

37 4 3
                                    

Tiga bulan berlalu. Dia sama sekali tidak mengingat kejadian malam itu. Syukurlah. Selama itu, aku pintar menyembunyikannya dari semua keluargaku. Hanya Hyera dan Jeno yang tahu.

Sampai sekarang dia semakin lengket dengan kekasihnya. Aku hanya bisa menahan rasa cemburu dan sakit hati melihat mereka. Itu karma bagimu,Yeon-jin! Makanya, jangan meremehkan perasaan seseorang lagi

Waktu itu Jeno sempat ingin menghajar dia, tetapi aku larang. Aku bilang kepadanya jika itu terjadi maka masalah besar akan terjadi. Aku meminta izin tinggal satu apartemen dengan Hyera seminggu setelah kejadian itu.

"Yeon-jin, tubuhmu mulai gemuk?"

"Hah?"

"Coba kamu lihat ke cermin itu," ujarnya sambil menunjuk ke cermin besar itu, yang berada di samping lemari besar. Tepatnya di pojok kanan dekat pintu kamar. Benar apa kata Hyera, wajahku semakin chuby dan tidak ada lagi abs di perut seperti dulu. Pahaku semakin berlemak dan ya, tubuhku membesar.

"Ah, bukankah akhir-akhir ini aku memang malas olahraga," ujarku. Aku langsung saja merebahkan diri di sofa besar depan televisi.

"Kenapa kau tidak coba?"

"Itu sudah lama, Hyera, mana mungkin!"

"Terakhir kamu haid kapan?"

"Ah, iya ya, dua bulan ini aku tidak haid," ujarku. Mungkin itu karena aku terlalu stress dengan tugas kuliah.

"Coba dulu, kalau terlambat mengetahui 'kan bisa bahaya," ujarnya. Aku hanya diam saja, tidak menjawab. Selama itu juga aku selalu mengamati dia untuk mengurangi rasa kerinduanku.

"Memangnya hasilnya akan positif gitu?"

"Iya, bisa saja," ujarnya. Aku menatapnya tajam, jangan sampai dah.

Aku beri tahu, dia kuliah di jurusan kedokteran. Sama seperti Jaemin. Dia juga yang sering  memberikan informasi tentang Jaemin. Aku yang memaksa, sih.

"Ha, nanti saja lah, ya, aku ingin ke cafe, ingin bertemu dengan Jisung," ujarku sambil memakai hoodie oversize. Lalu keluar dari apartemen ini.

"Kalau pulang jangan lupa sekalian beli tes pack, untuk jaga-jaga," ujarnya sambil teriak. Aku menghela napas malas, cerewetnya sama seperti ibu-ibu saja. Kejadiannya 'kan sudah lama sekali, mana mungkin jadi.

Tubuhku kelihatan semakin memendek, dan melebar. Kalian bisa membayangkan bukan? pendek dan gemuk. Itulah aku sekarang, karena terlalu sering di apartemen. Padahal baru juga memulai satu semester kuliah, sudah stress.

Cafenya dekat dengan apartemen, jadi aku tinggal berjalan beberapa saat untuk sampa. Sesampainya di cafe, aku langsung saja duduk di kursi depan Jisung. Dia sempat terkejut melihatku. Sudah lama tidak bertemu dengannya, mungkin dia terkejut karena perubahan tubuhku dalam tiga bulan ini.

"Nunna, 'kan?"

Aku mengangguk, dia suka sekali memanggilku Nunna . Aku nggak tahu, padahal hanya berjarak satu tahun.

"Hmm? Ada apa?"

"Bukan apa-apa, pipi Nunna semakin imut," ujarnya. Aku tersenyum kecil. Ada-ada saja dia.

"Nunna sekarang tidak berpacaran, 'kan?"

"Tidak, kenapa?"

"Aku mencintai Nunna sejak lama... Jadi mau menjadi kekasihku?"

Aku menatapnya tidak percaya, hah? Bagaimana bisa? Kok? Aku terdiam begitu lama karena terkejut. 

"Maafkan aku jika tidak romantis seperti pria lain, tapi aku hanya ingin mengatakannya secara langsung. Jadi, aku  meminta Nunna untuk menemuiku," ujarnya.  Menatapku penuh pengertian.

Soulmate || Na Jaemin Donde viven las historias. Descúbrelo ahora