Bab 37: Lelaki Parfum (2)

12.4K 1.1K 45
                                    

"Saya udah berapa kali bilang, saya enggak mau menikah dengan cara seperti ini. Titik!" Nilam mendengkus. Dia meletakkan gelas minumannya dengan kasar. Ini pertemuan keduanya setelah semalaman merenung.

Hendri menghela napas. Kalau mengikuti keinginannya, dia masih ingin menikmati masa lajang untuk beberapa tahun. Namun, sebagai anak tunggal, sang ibu ingin dia menikah dan segera memberi mereka cucu. Lagian, dia tidak memiliki pacar untuk dinikahi, sementara Nilam memiliki pesona tersendiri.

"Siapa yang mau nikah, Nil?" tanya sebuah suara yang mengalihkan dua insan tersebut.

"Wawa? MaasyaAllah ...." Nilam menghamburkan diri dan segera memeluk sahabatnya. "Anak kangen banget sama anti, Wa."

Dua sahabat itu akhirnya bertemu. Nilam menyadari kepulangan Salwa saat kembali ke rumah toko, diantar oleh Hendri. Dia tidak berani membuka toko sendirian kemarin karena Aulia sedang pulang kampung. Namun, saat kembali dari pertemuannya dengan orang yang dijodohkan oleh kakeknya, dia mendapati gaun yang sebelumnya dibawa ke Sulawesi.

Nilam pun akhirnya menceritakan perihal perjodohannya. Bukan main terkejutnya Salwa dan Fatih saat mengetahui hal tersebut. Fatih bahkan meninju lengan sahabatnya saking tak percayanya.

"Selamat, Bro, dia emang cocok sama lu. Udah gua bayangin, kehidupan rumah tangga lu pasti bakalan rame," bisik Fatih yang langsung mendapat tatapan datar sang sahabat.

"Lu mentang-mentang udah baikan ama bini, sok banget mau ngejailin gua. Kemaren-kemaren aja, 'Bro, gua gak bisa hidup tanpa Salwa. Gua gak mau kehilangan dia. Gua---" Hendri yang berujar dengan nada dibuat merengek-rengek untuk mengejek Fatih pun dipaksa diam oleh sahabatnya itu. Dia dibekap agar tidak melanjutkan ucapannya yang terdengar menyebalkan.

Nilam tak kuat menahan tawa melihat kepala Hendri yang sudah dikepit di ketek Fatih. Sementara itu, Salwa malah merasa sedih. Dia kembali menyalahkan dirinya karena telah membuat sang suami seperti itu. Tiba-tiba saja air matanya menetes.

"Anti mau makan di sini juga? Udah pesen?" tanya Nilam yang membuat Salwa sedikit terkejut. Dia segera mengusap air matanya.

"E-enggak. Ana mau beli makanan buat dibawa ke rumah Papa." Salwa mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Emang bokap lu udah mau nerima lu lagi?"

Kali ini bekapan Fatih melonggar setelah mendapat pertanyaan dari Hendri. Dia merapikan pakaiannya dan berusaha tenang. "Justru itu gua harus nemuin bokap. Buktiin kalau menantu kesayangannya udah pulang dan gua enggak bakal ngulangin kesalahan sebelumnya."

"Bagooos!" ucap Hendri sambil mengacungkan dua jempolnya setelah merapikan rambut. "Salwa, kalau dia nakal-nakal lagi, enggak usah pergi jauh-jauh. Pulang aja ke rumah mertua kamu biar si pilot melow ini didisiplinkan sama bokap loreng ijonya." Kali ini Hendri melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Fatih kepadanya beberapa menit yang lalu. Fatih memukul-mukul lengan sahabatnya yang menjepit lehernya.

Salwa tersenyum kecil dari balik cadarnya. Namun, sebuah suara yang amat dia kenali tiba-tiba membuat keriuhan dua sahabat berseragam putih itu berhenti seketika. Suara itu adalah milik Firman, laki-laki yang menyukai Salwa semasa di kampus dulu---adik Lukman.

Fatih yang mengingat wajah menyebalkan Firman lantas merangkul Salwa, seolah-olah memberi peringatan bahwa perempuan bercadar itu adalah miliknya. Namun, seperti biasa, Salwa segera melepaskan rangkuman suaminya dengan hati-hati. "Mas ...," protesnya.

Kini Fatih, Salwa, dan Firman berada di meja yang sama. Sementara itu, Nilam dan Hendri bergegas pulang ke rumah Nilam atas permintaan orang tuanya. Sebenarnya, Firman tidak ada niatan untuk menjumpai Salwa. Namun, pertemuan secara tidak sengaja di restoran itu membuatnya ingin mengutarakan apa yang dia ketahui. Dia tidak ingin Salwa salah paham kepada abangnya dalam waktu yang tak terhingga lamanya.

Kilometer Cinta [Complete] ✔️Where stories live. Discover now