Pagi itu di gedung kantor pusat kerajaan bisnis Yuana Grup, puluhan karyawan nyaris berjejalan saking berebut menonton pasangan muda elegan yang baru turun dari mobil ferrari mentereng desain terbaru.
Para karyawan dan karyawati tak malu-malu mengeluarkan sanjungan saat menyambut pasangan muda itu. Terutama pasangan lelakinya. Siapa yang tidak kenal Tuan Muda Julian Artadinata? Putra tunggal pemilik multi perusahaan yang bergerak di beberapa bidang strategis. Tidak tanggung-tanggung, Yuana Grup mengelola bisnis tambang batu bara, kelapa sawit, properti, bisnis digital, dan entertainment. Asetnya hampir trilyunan.
Wajar jika Tuan Julian menjadi public figure. Tak cukup sampai di situ. Julian juga dikaruniai paras menawan serta tubuh tegap atletis yang proporsional. Popularitasnya bertambah karena sering diminta jadi model iklan dan diwawancarai di berbagai media sebagai CEO muda multitalenta.
Karyawan-karyawan itu semakin dibuat takjub sekaligus kepo, karena untuk pertamakalinya, bos muda mereka mengajak seorang gadis ke kantor pusat.
Mereka sering mendengar di luaran, kalau Tuan Julian hobi gonta-ganti pacar. Pacar-pacar si bos, kebanyakan adalah artis, super model, atau putri-putri pengusaha rekanan bisnis yang wajahnya cukup familiar di media sosial.
Meskipun demikian, sampai kini, belum ada seorang pun di antara para pacar itu yang diajak bos mereka ke kantor. Maka sungguh suatu keanehan bagi mereka ketika seorang gadis tak dikenal, melenggang berjalan di sisi bosnya. Terlebih gadis ini terlihat sangat muda, polos, bermata aquamarine, dengan rambut bergelombang kecoklatan dikuncir kuda. Make-up-nya tipis dan minimalis, tapi sanggup menonjolkan kecantikan natural yang menggoda. Dalam sekejap, Fiona telah menjadi pusat perhatian di kantor berlantai sepuluh itu.
Pada sepanjang lorong gedung dan saat berpapasan dengan karyawan di lift, Julian selalu membalas sapaan karyawannya dengan hangat dan akrab. Sikapnya humble dan terkesan amat dekat dengan para pegawainya. Tak tampak aura arogan dan intimidasinya. Fiona jadi bingung campur sebal. Sebab sikap Julian kepada dirinya justru kontras. Lelaki itu malah dingin, angkuh, dan penuh penghinaan terhadap Fiona.
"Pacarnya, Pak?" celetuk salah satu karyawan yang satu lift dengan mereka.
"Bukan." Julian hanya menjawab singkat.
"Dududuh, adeknya? Eh, kami baru tau kalo Bapak punya adek secantik ini," komentar yang lain, penuh kekaguman.
"Iyaa, cantik banget adeknya. Nggak nyangkaaa. Jauh lebih cantik dari top model yang beberapa waktu lalu patah hati gegara putus dari Bapak."
"Adeknya masih sendiri, Pak? Boleh, dong, dikenalin ke kita-kita yang jomlo."
Komentar-komentar bercanda tersebut tak direspon Julian. Ia hanya menampakkan senyum khas CEO yang menarik simpati, tapi sepasang matanya berkilat tak suka.
Beberapa pujian kagum terlontar dari para pegawai kepada Fiona, dengan nada dan kalimat yang sopan. Tanggapan Fiona hanya seulas senyum tipis, karena Julian melarangnya berkata apa pun selama di kantor pusat.
Tatkala keluar dari lift dan menginjak lantai tiga, Julian mencengkeram tangan Fiona, lalu menariknya dengan posesif.
"Kamu narik-narik aku begini, nanti pegawaimu curiga!" geram Fiona.
"Kamu senang, ya, jadi obyek tontonan banyak lelaki? Trus dipuji-puji begitu?" Julian menatap tajam. "Wajahmu, rambutmu, tanganmu, kakimu ...."
"Aku bukan Azqilla!"
"Aku tidak suka bagian tubuhmu dipandangi orang banyak!"
"Tubuhku adalah hakku!" Fiona mengangkat dagu dengan angkuh.
"Hak atas tubuhmu sudah kubeli!" Julian meremas jemari Fiona cukup kuat.
"Aw!" Fiona terpekik kesakitan. "Kalo trus menyiksaku, aku tak segan lari ...." ancamnya, selemah anak kucing.
"Lari saja kalo mau ditembak mati oleh intel Mami!" Julian terkekeh, lalu menyentakkan tangan Fiona dengan kasar.
Julian merapikan kerah kemeja putih dan letak jas biru dongkernya sebentar. Lalu, menghirup udara segar dalam-dalam untuk meredakan napasnya yang tadi sempat memburu sehabis meremas jemari Fiona. Ada kehangatan menjalar, yang membuat Julian memaki diri sendiri. Dari sekian puluh wanita yang menjadi tempat pelariannya, mengapa justru Fiona yang membuat adrenalinnya menderas hingga memicu reaksi hormon berbahaya lainnya?
***
"Selamat pagi, Pak." Wakil direktur dan beberapa kepala bagian perusahaan, berdiri menyambut tatkala Julian dan Fiona tiba di ruang presdir.
"Selamat pagi juga." Julian tersenyum ramah. "Ibu saya belum datang, ya?"
"Belum, Pak. Ada meeting mendadak di kantor kejaksaan. Tapi kata beliau, setengah jam lagi meluncur kemari."
"Oh, berarti saya kepagian ...."
"Tidak juga, Pak. Kami sudah menunggu hampir satu jam. Ibu tertunda karena ada meeting dadakan saja."
Julian mengangguk.
Seorang pemuda berpenampilan tak kalah stylish dengan Julian, datang mendekat. Ada rambut-rambut halus tipis di rahangnya, berpadu dengan kulit kecoklatan, menampakkan ketampanan yang eksotis. Saat tersenyum, gigi putihnya menyembul, laksana matahari mengintip dari balik awan.
***
Bersambung
Udah tamat di aplikasi KBM App

YOU ARE READING
Istri Rahasia CEO
RomanceDemi menyelamatkan panti asuhan yang tergusur, Fiona terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan Julian. Sayangnya, saat tiba masa bercerai, ia hamil. Fiona juga terjebak situasi yang sangat mengerikan. Ia terancam kehilangan segalanya. Akhirnya, ia...