SEMBILAN BELAS

59 4 0
                                    

"Jadi, ada masalah penting apa ya sehingga Nona Nay membawa saya kemari?" tanya Vio dengan sopan.

Keduanya telah menghabiskan makan malam, omong-omong.

Nay yang masih mengunyah suapan terakhir, menatap Vio sebentar lalu menghabiskan air minumnya terlebih dahulu.

"Jadi, katakan berapa uang yang Nona Vio inginkan untuk menjauh dari tunanganku?"

"M-maksud anda?"

"Ya, harus aku akui, anda memang cantik, dan kecantikan anda membuat Andra terpikat, alhasil dia menjauhiku dan hendak membatalkan pernikahannya denganku, tentu saja itu semua karena kehadiranmu di dalam hubungan kami, jadi berapa banyak uang yang harus aku keluarkan untuk menjauhkanmu dari Andra?"

Brak!

Seketika Vio bangkit sambil menggebrak meja, dan sontak membuatnya menjadi pusat perhatian.

Vio menatap Nay dengan rasa tidak suka yang berkecamuk, "apa anda pikir, saya bisa di bayar begitu saja? Perlu saya tegaskan, saya tidak pernah merasa tertarik dengan Presdir, dan kami berdua dekat hanya karena urusan bisnis!" ujar Vio tegas.

"Ow, kenapa marah? Tenang dan duduklah, mari kita bicarakan baik-baik," sahut Nay santai.

"Lho, Nona Vio, sejak kapan anda di sini?"

Vio melirik ke arah samping dan terdapat Andra yang baru saja tiba.

"Aku sengaja memanggil Andra untuk menuntaskan masalah ini, tanpa jejak sedikit pun," ujar Nay dingin lalu merilekskan tubuhnya dan bersandar nyaman di kursi sambil melipat tangan.

"Ada apa ini?" tanya Andra yang mulai ikut masuk dalam perdebatan ini.

"Pak Presdir, tolong katakan yang sebenarnya apa yang terjadi di antara kita berdua, katakan padanya jika saya hanya sebatas karyawan anda, katakan padanya jika kita tidak memiliki hubungan apa pun selain atasan dan bawahan," ujar Vio menatap Andra penuh harap.

"Oh, jadi ini masalahnya," gumam Andra sambil melirik ke arah Nay yang masih terdiam.

"Andra! Jika kamu benar-benar mencintaiku, katakan apa yang dia katakan padamu barusan adalah benar!" desak Nay.

"Apa yang saya dapat jika saya melakukannya?" tanya Andra sambil menyilangkan kedua kakinya.

"Tentu saja menikah denganku, bukankah itu kemauanmu juga?"

"Lalu bagaimana dengan kekasih gelapmu itu? Belum cukup puas memeras saya?" tembak Andra dan mampu membuat Nay menegang.

"Kekasih gelap? A-apa maksudmu?"

"Jangan berlagak tidak tahu, apa perlu saya tunjukan lagi fotonya?"

"T-tidak, jangan! Maafkan aku mengenai hal itu, aku benar-benar menyesal. D-dia memaksaku, aku bingung, itu saja."

"Masih tetap berbohong, apa kamu mau saya yang membuka semua kebusukanmu?"ujar Andra lagi.

"T-tidak! Baiklah baik, saya memang bermain di belakangmu, aku...."

"Cukup! Kamu bisa menjelaskannya nanti di hadapan keluargamu, besok saya akan datang berkunjung dengan Om Garry sebagai wali saya dan membatalkan pernikahan sekaligus pertunangan kita," ucap Andra serius.

Andra tersenyum pias, dan mengangkat ponselnya yang sedari tadi Andra genggam, "Dengar sendiri bagaimana kelakuan putri anda, Pak Rizal? Itulah mengapa saya menekan anda agar membatalkan rencana pernikahan saya dengan putri anda, begitupun dengan pertunangannya."

"A-apa?!"

Nay seketika bangkit dan hendak merebut ponsel milik Andra, namun dengan kegesitan Andra, Nay hanya menangkap angin semata.

HELLO PRESDIR!Where stories live. Discover now