DUA PULUH SATU

58 4 0
                                    

"Sekarang keputusan ada di tangan anda Pak Rizal," ujar Garry dengan tenang.

Rizal mendengus pelan dan membenarkan posisi duduknya, "sebelum saya mengambil keputusan apa baiknya, boleh saya bertanya dimana Andra sekarang? Ini adalah masalahnya dengan putri saya, namun mengapa dia melimpahkan sepenuhnya pada anda?"

"Setidaknya bisa katakan lebih dulu apa keputusan anda sebelum berlari mencari kesalahan keponakan saya?"

"Dimana kesopanan anda Pak Garry? Baiklah, saya sudah menentukan ini dengan segala pemikiran yang matang, mungkin istri saya juga memiliki pemikiran yang sama dengan saya," ujar Rizal menggantung ucapannya sambil melirik ke istri tercintanya yang masih setia duduk di sampingnya dengan ekspresi wajah yang murung.

"Ayah," panggil Nay dengan nada rendah.

"Cukup Nay, cukup sudah kamu mempermalukan keluargamu, mencemarkan nama baik keluargamu, merendahkannya, dan memporak porandakannya. Apa lagi yang ingin kamu katakan, hm?" sela Ibu Nay yang sudah tidak kuasa untuk diam.

"Mira, sudahlah. Semuanya sudah terjadi, tidak ada guna memberinya hukuman seberat apa pun," sela Rizal.

"Itulah karena kamu terlalu memanjakannya, Mas! Selalu menuruti apa kemauannya, selalu mengiyakan apa pun keputusannya, setidaknya kerasi sekali-kali agar memiliki rasa disiplin!" ujar Mira berteriak pada anak gadisnya yabg kini menunduk dengan dalam di sampingnya.

"Ibu tidak mengerti!"

"Iya Ibu tidak mengerti apa pun, kamu yang pintar! Kamu yang paling pandai dalam segala hal, ibu tidak mengerti, ibu bodoh!" sergah Mira dengan marah.

"Nay, masuk ke kamarmu," titah Rizal dan di angguki oleh Nay.

"Selamat siang, maaf atas keterlambatan saya," ujar seorang pria yang baru memasuki ruangan mencekam itu.

"Andra, dari mana saja kamu, nak? Duduk cepat," titah Garry dan di angguki oleh Andra.

"Sekarang Andra sudah tiba, dan anda bisa mengatakan keputusan anda, Pak Rizal."

"Rencana pernikahan yang sudah di rancang, dengan berat hati saya batalkan. Saya mengaku salah mengenai tindakan putri saya, jadi jika berkenan mohon di maafkan," ucap Rizal sedikit melirih.

"Tidak, Yah! Nay tidak mau rencana itu batal! Andra! Tolong jelaskan pada Ayah jika kamu mencintaiku! Cepat katakan, Andra!" seru Nay seketika sedikit berlari dari anak tangga atas ke bawah untuk menggapai ruang tamu.

Namun karena kurang fokus pada anak tangga, membuat Nay tergelincir dan jatuh berguling hingga ke bawah.

"Nay!"

Semua orang sudah bangkit dari duduknya untuk mendekati Nay yang nampak sudah tidak sadarkan diri, bahkan dahinya nampak terluka.

Dengan segera, Andra mengangkat tubuh Nay dan memasukannya ke mobil. Dapat Andra tangkap di pendengarannya sang Ibu Nay yang meraung meneriaki Nay, khawatir akan Nay yang nampak tidak baik-baik saja.

"Saya dan Nona Vio akan mengurusnya, Om tolong tenangkan Pak Rizal beserta istrinya, ini akan baik-baik saja," ujar Andra pada Garry yang nampak risau.

"Tunggu, siapa Nona Vio, dan sejak kapan sudah berada di dalam mobilmu?"

"Akan saya jelaskan nanti, saya berangkat sekarang Om tolong urus sisanya."

***

Sudah hampir larut malam, namun Nay belum juga membuka matanya, padahal dokter sudah mengatakan jika Nay baik-baik saja, hanya saja pergelangan kaki kirinya terkilir dan sedikit luka benturan di dahinya.

HELLO PRESDIR!Where stories live. Discover now