12

154 29 11
                                    

Sejak tadi ponsel Jiyeon terus saja menyala di atas meja belajarnya. Sedangkan sang pemilik, sudah pergi sejak tadi pagi dengan oppa nya. Siapa yang menduga, atau patutkah dia bersyukur bahwa Chanyeol lebih lama berada di Canada bersamanya. Kedua nya sama sama sedang memperbaiki hubungan mereka, dan Jiyeon pun hari demi hari berdamai dengan hatinya sendiri. Bahwasanya, tidak semua yang dia inginkan harus dia dapatkan. Karena selama ini Chanyeol slalu memberikan apapun yang dia inginkan, mungkin sudah saat nya dia berhenti meminta untuk dikabulkan.

"Jiyeon bersama ku eomma" kata Chanyeol yang sedang menunggu Jiyeon didepan sebuah restoran dimana mereka putuskan untuk sarapan.
"kami baik baik saja" jawabnya seolah memberi kan kabar baik. Terlihat Jiyeon datang dengan membawah minuman di kedua tangan mereka, dan Chanyeol segera pamit sembari mengatakan bahwa dia akan segera kembali ke Korea.
"kau meninggalkan ponselmu. Ibu mengubungi mu sejak tadi"
Seketika Jiyeon memberikan kedua minuman tersebut untuk dibawah kakaknya. Dan ia meraba kantung celana.

"semua karena oppa yang meminta ku cepat cepat" kata Jiyeon kala ia tidak menemukan ponselnya. Dan ia bertanya apa yang ibu katakan, maka Chanyeol sekedar mengatakan bahwa ibu menanyakan keadaan mereka.
"lalu, apa yang oppa jawab"
"tentu, kita baik baik saja" kata Chanyeol sembari memberikan minuman milik Jiyeon.
"besok, oppa harus kembali"
Jiyeon sekedar bergumam dan menganggukkan kepala, sedangkan Chanyeol menuduh apa Jiyeon senang.
"sedikit" jawabnya terlihat bercanda. Maka Chanyeol merangkul leher Jiyeon dengan cukup erat.

"jangan mencemaskan perasaan ku lagi, aku baik baik saja" kata Jiyeon meyakinkan.
"aku akan membuat oppa menyesal karena tidak memilihku" canda Jiyeon. Chanyeol mengusak rambut adiknya dengan kasar.
"maka dari itu, kau harus menemukan pria yang melebihi aku"
Terdengar seperti sebuah tantangan, namun Jiyeon tersenyum dengan lebar. Pria itu menatap Jiyeon entah dengan memikirkan apa, namun ia segera mengalihkan pembicaraan mengenai orang tua kandung Jiyeon apa sudah mendapat perkembangan.

"bagaimana keadaan Jiyeon, apa dia baik baik saja ?" tanya Hana.
"jika kau bertemu dengannya, pukul saja kepalanya" kata Mingyu membuat Hana tertawa renyah. Ia menghampiri pria tersebut dan menghidangkan minuman. Mingyu tengah berada di apartmen Hana setelah ia berkunjung ke suatu tempat dengan kedua orang tuanya.
"kenapa kau rapi sekali hari ini, kau selsai menghadiri sebuah acara resmi ?"
Mingyu mengenakan stalan jas berwarna hitam. Memang begitu rapi dan seharusnya pria itu tidak berada di apartmennya sekarang.
"baru saja menemui ibu"
"ibu ?" tanya Hana heran.

Apa maksud dari perkataan Mingyu.
"ibu kandung ku. Ibu yang kau lihat selama ini, dia adalah ibu tiriku"
Seketika Hana tersedak akan mendengar apa yang belum pernah dia dengar sebelumnya. Mingyu mengatakan bahwa ibu kandung nya sudah meninggal sejak dia masih kecil. Mungkin saat itu ia masih beberapa tahun, lalu ayahnya menikah lagi dengan ibu nya yang sekarang.
"dan kau baru mengatakannya padaku setelah kita menjalin hubungan hingga kita putus"
Ada perasaan kecewa, tidak percaya, terkejut juga. Mau berapa lama lagi Mingyu tidak akan menceritakan perihal ini.

Hubungannya dengan Mingyu memang sudah usai 5 bulan yang lalu, tapi mereka masih berhubungan baik hingga sekarang ini.
"siapa yang sudah tahu mengenai ini. Dan kenapa kau tiba tiba mengatakannya setelah bertahun tahun tidak pernah menceritakannya"
"hanya kau" kata Mingyu singkat. Dan alasan dia menceritakannya, hanya karena dia merasa terbebani akan sebuah hal.
"apa ?"
"adikku"
Kembali lagi Hana dibuat terkejut perihal adik. Ia sama sekali tidak tahu bahwa Mingyu memiliki saudara, lalu dimana adik yang seharusnya pernah dia lihat meskipun sekali saja.

"aku tidak tahu dimana dia sekarang. Kami terpisah, saat itu dia masih kecil"
Hana segera menghampiri Mingyu dan memeluknya, pria itu menangis sesekali mengatakan bahwa dia teramat merasa bersalah pada ibunya. Jika saat itu dia menjaga dengan baik adiknya, maka mereka tidak akan kehilangan dia. Perasaan bersalah itu mengikatnya, meskipun kedua orang tua nya mengatakan bahwa itu sebuah kecelakaan.
"aku tahu bahwa selama ini mereka diam diam masih mencari putrinya"
Tangisan Mingyu benar benar pecah, pelukan Hana semakin erat untuk sekedar memberikan sebuah kenyamanan.

Call Me By Your NameDonde viven las historias. Descúbrelo ahora