33

2.4K 646 35
                                    


Bab 33

Nat tersenyum semeringah menatap layar ponselnya. Pasalnya ia baru saja mendapat pesan dari Arga yang mengatakan akan menjemputnya pulang dari kantor sembari pulang bersama ke apartemen.

Iya, Nat tidak menyangka jika waktu berlalu begitu cepat. Pria yang menjadi titik fokus Nat akhirnya kembali ke apartemen sejak dua hari lalu.

"Kebanyakan senyum-senyum sendiri, Mbak Nat. Perasaan kantor kita ini enggak horor deh," komentar Neva.

Sejak tadi gadis itu terus memerhatikan tingkah laku Nat yang terkadang senyum-senyum sendiri sambil membelai layar ponsel. Merasa ada yang janggal, tentu saja Neva langsung berkomentar.

"Itu senyum orang lagi jatuh cinta. Mungkin Nat lagi jatuh cinta sama seseorang." Mischa hadir kemudian menempelkan sebelah pahanya di meja Nat. "Beneran 'kan tebakan saya kalau kamu lagi jatuh cinta?"

Nat berusaha untuk menyembunyikan senyumnya atas tebakan yang dilayangkan oleh Mischa. Wajahnya terlihat aneh, membuat kedua orang itu semakin gencar menggoda Nat.

"Beneran Mbak lagi jatuh cinta? Sama siapa? Kasih tahu aku dong, Mbak. Apa mungkin Mbak lagi jatuh cinta dengan karyawan di kantor ini?" cerca Neva penasaran. Ekspresi wajahnya yang tampak antusias membuat Nat hanya menggeleng kepalanya.

"Mau tahu aja kamu. Kapan-kapan kalau udah ada progres, nanti Mbak kasih tahu ke kamu."

"Yah, kapan itu?"

"Kapan-kapan."

"Huu, Mbak Nat enggak asik."

"Lagipula walaupun kamu tahu, memangnya buat apa, Nev? Minta pajak jadian?" celetuk Mischa. Pria itu menatap gadis yang lebih muda beberapa tahun darinya itu dengan tenang.

"Iya enggak juga. Aku cuma penasaran siapa laki-laki beruntung yang sudah membuat Mbak Nat jatuh cinta."

"Terus kalau udah--"

"Nev, dipanggil Kello. Dia ada di ruang manager. Sekarang," sela Ana. Gadis itu baru saja dari ruang manager setelah dipanggil untuk membahas beberapa hal.

"Kello? Ngapain dia di ruang manager?" Kali ini bukan Neva yang bertanya melainkan Mischa.

Ana mengangkat bahunya tanpa berkomentar. Ia memang tidak tahu mengapa bocah tengik itu ada di ruang manager. Bahkan Kello yang dipanggilnya bocah tengik itu sudah ada sebelum ia tiba.

"Ah, ngapain pula 'sih? Aku enggak mau, ah. Males kali kalau harus berurusan dengan anak mami itu."

"Kalau kamu enggak datang segera, katanya, dia bakal datang terus gendong kamu sampai lantai bawah."

Ana hanya menyampaikan apa yang dipesan oleh Kello padanya. Tidak menambah ataupun menguranginya. Hal ini tentu saja membuat Neva segera menegakkan tubuhnya dan langsung pergi menuju ruang manager.

Neva tidak mungkin membiarkan Kello merealisasikan apa yang diucapkannya pada Ana. Ia tahu sekali jika laki-laki yang tidak mau disebut sebagai mantannya itu tidak pernah hanya mengancam saja.

Melihat Neva yang sudah pergi, Nat hanya menggeleng kepalanya dan terus mulai fokus pada pekerjaan yang sempat tertunda. Sementara Mischa karena melihat Nat sudah fokus bekerja, kembali ke mejanya.

Sore harinya, tepat pada pukul 04.00 sore, Nat melangkah keluar dari gedung kantor seorang diri. Neva sudah dibawa Kello pergi. Sementara Mischa dan Ana sudah pergi lebih dulu karena mereka mengikuti manajer mereka untuk meeting dengan klien di luar.

Tak lama setelah menunggu, sebuah mobil putih melaju ke arah tempat Nat berdiri. Kaca mobil kemudian diturunkan dan menampilkan sosok Arga yang mengenakan hoodie putih.

Nat tersenyum kemudian membuka pintu mobil dan duduk di samping Arga.

Terjadi keheningan di dalam mobil karena Nat sendiri bingung ingin memulai pembicaraan dari mana. Suasana canggung karena pria yang disukainya itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Ehem!"

"Mas."

Nat melirik ke arah Arga begitu juga sebaliknya.

"Mas, kenapa?"

"Enggak. Saya cuma batuk sedikit." Arga menjawab tenang.

"Mas sakit? Kalau Mas sakit bagaimana kalau kita pergi ke rumah sakit dulu?" Nat tentu saja cemas jika Arga benar-benar sakit.

"Enggak perlu. Tenggorokan cuma gatal sedikit." Padahal niatnya tadi hanya berdeham agar memecahkan suasana hening di dalam mobil.

"Baiklah kalau begitu."

"Besok malam kamu ada acara?" tanya Arga.

"Saya enggak ada acara apapun besok malam, Mas. Memangnya kenapa?" jawab dan tanya Nat.

"Enggak. Saya mau ajak kamu buat nonton live musik di restoran. Kebetulan band saya besok malam akan tampil."

Apa yang diucapkan oleh Arga tentu saja membuat Nat berbinar. Jantung gadis itu berdebar bahagia. Ia merasa jika hubungannya dengan Arga sudah melangkah sedikit jauh dan tentunya perkembangan ini membuat ia membumbung harapan tinggi pada pria ini.

"Gimana? Kamu mau 'kan?" tegur Arga, saat tidak mendapat respon.

"Oh, saya mau kok. Acaranya di mana, Mas?"

"Nanti saya kirim alamatnya lewat chat." Arga menoleh sebentar pada Nat. "Ngomong-ngomong, saya belum makan. Kamu enggak keberatan untuk memasak buat saya?"

"Enggak kok, Mas. Saya enggak keberatan sama sekali. Saya justru senang karena mas mau makan masakan saya." Nat tersenyum manis. Pulang ke kampung halamannya, Nat berjanji akan bertemu dengan neneknya dan mengucapkan banyak terima kasih karena berkat beliau, ia bisa belajar memasak dan memanfaatkan hal ini untuk menggaet hati pria idamannya.

Tidak ada lagi obrolan di antara keduanya. Mereka lebih dulu mampir ke supermarket sebelum akhirnya pulang ke apartemen dengan Nat lebih dulu pulang ke tempatnya untuk mandi dan membersihkan diri. Sementara bahan makanan tentu saja langsung dibawa Arga ke apartemen miliknya dan disusun dalam rak penyimpanan serta dalam lemari pendingin.

"Mbak Nat mau ke mana?" Neva yang baru tiba segera bertanya saat melihat gadis yang lebih tua darinya itu bersiap untuk pergi.

"Mbak ada urusan sebentar, Nev. Kalau kamu mau makan, delivery aja. Mbak enggak makan di rumah."

Nat menjawab dengan tergesa-gesa kemudian melangkah pergi keluar dari apartemennya meninggalkan Neva yang terbengong dengan sikap tergesa-gesa dari  Nat.

Mengangkat bahunya, gadis itu kemudian masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri, setelah ia berhasil kabur dari Kello tentunya.

Sementara di sisi lain, Nat baru saja akan mengetuk pintu apartemen Arga, saat pintu sudah terbuka lebih dulu.

"Mas mau ke mana?" tanya Nat segera.

Sebelum menjawab, pria itu menggeser tubuhnya terlebih dahulu mempersilakan Nat masuk. Kemudian, ia berkata, "enggak ke mana-mana."

"Terus, mas tadi buka pintu apartemen kenapa?"

"Saya memang sengaja membuka untuk kamu."

Jawaban itu tentu saja membuat Nat melebarkan matanya. "Kok, mas tahu kalau saya ada di depan pintu apartemen mas?"

"Insting," jawab pria itu cuek. "Ya sudah kamu masak dulu, saya sudah lapar." Tak lupa Arga juga menyentuh perutnya, membuat Nat segera bergegas ke dapur untuk membuatkan makanan yang akan disantap oleh Arga.

Sementara Arga yang diam-diam memperhatikan gerakan Nat, tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Pria itu kemudian duduk di kursi dan menonton acara yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi sambil menunggu Nat selesai memasak.

Jujur saja semenjak merasakan masakan gadis itu, membuat Arga ketagihan.






KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Where stories live. Discover now