45

2.6K 727 50
                                    


Bab 45

Arga pulang ke rumah orang tuanya yang disambut oleh papanya. Kebetulan Bima belum tidur dan masih menonton pertandingan sepak bola saat Arga membunyikan bel.

Bukannya langsung masuk ke kamarnya, pria itu duduk di samping papanya yang saat ini fokus menonton pertandingan di layar televisi.

Jujur saja Arga terkejut sekaligus bingung dengan fakta yang disampaikan oleh Nat. Menikah juga tidak gampang dan harus ada banyak hal yang perlu diurus serta ditangani. Belum lagi persiapan mental karena Arga tidak mau pernikahannya hanya bertahan beberapa tahun. Arga ingin pernikahannya langgeng sampai maut memisahkan.

Arga juga takut jika Nat ternyata seperti mamanya yang tidak setia.

"Pa?"

"Hmm?"

"Menurut papa, kalau perempuan udah pernah merasa dikhianati dan disakiti, apa mungkin dia enggak akan menyakiti pasangannya yang baru? Tapi, bisa jadi enggak percaya dengan laki-laki dan memutuskan untuk menghianati laki-laki baru dalam hidupnya buat melampiaskan amarahnya."

Bima yang mendengar celotehan putranya menoleh ke samping. Pria itu mengerut keningnya menatap Arga tidak mengerti.

"Jujur aja Papa enggak mengerti dengan maksud ucapan kamu. Tapi, menurut papa, ada dua kemungkinan."

"Dua kemungkinan? Apa itu?" Arga menoleh menatap papanya penasaran.

"Pertama, kalau dia bukan ABG, dia enggak akan menyakiti pasangannya yang baru. Justru dia akan menyayangi dan enggak  akan berkhianat, karena dia tahu betapa enggak enaknya dikhianati atau disakiti sama pasangan," kata Bima dengan tenang. "Kalau dia masih labil, kemungkinan dia akan nyakitin pasangannya yang baru, dan mungkin aja trauma enggak percaya dengan yang namanya cinta atau laki-laki lain dalam hidupnya."

Arga mencerna apa yang diucapkan oleh papanya. Jika melihat dari sikap dan perilaku Nat selama ini, sepertinya Nat adalah tipe gadis yang dewasa. Tidak pernah menunjukkan sikap kekanakan atau pun ingin terlihat menonjol. Nat selalu berkata blak-blakan dan tidak pernah menyimpan apa yang ada di dalam pikirannya.

Mengenal gadis itu hampir 2 bulan, sepertinya Arga belum pernah menemukan sesuatu yang negatif dari Nat. Apa mungkin gadis itu menyembunyikan sifat aslinya? Pikir Arga dalam hati.

"Gano."

"Eh, iya, Pa?"

"Kamu melamun," kata Bima tepat sasaran. "Kamu lagi mikirin apa memangnya?"

Arga diam menatap papanya kemudian mulai menceritakan tentang Nat pada sang papa. Dari awal mereka bertemu sampai kejadian beberapa menit lalu diceritakan oleh Arga tanpa kekurangan apapun.

"Kamu seharusnya berpikir matang-matang untuk mengambil keputusan. Mami kamu memang ingin kamu menikah, tapi bukan dengan sembarangan gadis acak. Kalau kamu memang menyukai gadis itu, kamu bisa menikah dengan dia. Enggak perlu menunggu lama-lama. Orang yang menjalin hubungan bertahun-tahun saja belum tentu berjodoh. Tapi, mungkin dia akan menjadi Jodoh kamu, kalau memang kalian berjodoh."

Bima menepuk pundak putranya sambil tersenyum hangat. Bayi kecil yang ia timang sambil kuliah dulu akhirnya sudah besar. Tak terasa air mata menetes di pipi Bima, membayangkan perjuangannya selama ini membesarkan putranya dan membagi waktu untuk belajar serta mencari uang. Arga adalah keberhasilan pertama yang diraih oleh Bima.

"Papa jangan nangis. Aku ikutan sedih." Arga ikut meneteskan air mata melihat papanya menangis. Pria itu kemudian memeluk papanya yang dibalas dengan tepukan pelan di pundaknya.

"Anak Papa sudah besar dan tahu cara mengambil keputusan yang baik dan benar. Papa hanya berharap dan berdoa yang terbaik."

Keesokan paginya.

Semalam Bima sudah menceritakan apa yang diobrolkan Arga tadi malam pada Nia. Pria itu sengaja membangunkan istrinya yang masih terlelap dan menceritakan apa yang dikatakan Arga padanya. Nia yang sedang mengantuk berat tentu saja langsung antusias saat mendengar kabar baik tersebut. Andai saja tidak ditahan oleh Bima, mungkin Wanita itu sudah terbang ke kamar putranya untuk mengkonfirmasi berita baik tersebut.

Pagi ini wanita itu dengan semangat memberi saran dan arahan serta wejangan untuk putranya dalam mengambil keputusan. Apapun keputusan Arga, ia tetap akan menerima. Nia juga tidak mau putranya gagal dalam pernikahan hanya karena ia diburu target.

Arga sendiri sudah menyampaikan keputusannya. Pria itu menerima lamaran Nat dengan berbagai kondisi. Pertama, ia sudah cukup nyaman berada di dekat gadis itu. Kedua, masakan gadis itu selalu membuat Arga merasa lapar  dan puas ketika kenyang.

Mengikuti saran Bima dan Nia, pria itu meminta restu pada kedua orang tua dan kakek neneknya. Hal yang tentu saja mendapat pertentangan dari Ningrum, namun ketiga keluarga lainnya mendukung. Lalu, Arga langsung meminta izin pada kakek dan keluarga dari almarhuma mamanya. Terakhir, pria itu meminta izin pada orang tua Bima yakni Rana dan Roy.

Arga bahagia karena semua keluarga mendukung dan merestuinya. Yah, kecuali Ningrum yang bersikeras agar Arga menerima cucu dari temannya saja.

Pria itu kemudian meminta izin pada manajer dan tim produksi yang bekerja bersamanya untuk mengambil cuti. Namun, tidak diizinkan karena waktu yang sudah mepet. Hal ini membuat Arga memutuskan untuk kejar waktu mengambil adegannya. Namun, ia masih sangat terlambat saat datang ke apartemen Nat dan tidak menemukan gadis itu. Arga justru bertemu dengan sosok yang tidak ia sangka.

Neva.

Iya, Neva adalah gadis yang ia kenal sebagai kekasih dari adiknya.

Dari sana lah Arga dan Neva saling bercerita tentang apa dan mengapa mereka berada di apartemen milik Nat.

Neva kemudian menghubungi sepupunya atas permintaan Arga dan menanyakan kondisi Nat saat ini dari kakak kembar Nat. Keduanya baru mengetahui jika Nat dijodohkan dengan seorang pria oleh pamannya dan akan melangsungkan pernikahan 6 hari mendatang dengan berbagai persiapan.

Mendengar jawaban itu tentu saja Arga ingin langsung bergegas ke kota tempat tinggal Nat. Namun, dia juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya dalam pekerjaan.

Inilah yang membuat Arga bimbang. Melihat Arga yang tidak semangat dan selalu tidak fokus, membuat sutradara dan produser memberikan Arga cuti dua hari untuk menyelesaikan masalah dan tidak boleh pergi sebelum mengambil beberapa adegan.

Jadilah sebelum bergegas ke kota tempat tinggal Nat, Arga harus mempersiapkan segala sesuatunya.

Kebetulan Dirman mengenal beberapa temannya yang memiliki pesawat terbang pribadi yang langsung ia sewa untuk mengangkut seluruh keluarganya, maupun keluarga dari pihak Arga.

Saat mereka sudah sampai di bandara, Nirina yang mendapat informasi dari salah satu sepupu Nicholas, menjelaskan situasi yang terjadi di kediaman orang tua Nat.

"Kalau dia memang jodoh kamu, bagaimanapun caranya, dia akan menjadi istri kamu."

Hari selaku ayah kandung Hera, yang juga merupakan kakek kandung Arga dari pihak mamanya menepuk pundak cucunya yang sudah semakin dewasa.  Pria tua itu juga ikut untuk menyaksikan cucunya menjemput pasangannya.

"Terima kasih, Opa. Opa, Om Hiro, dan Tante Helia adalah keluarga mama yang hadir di sini ini sudah membuat aku senang. Setidaknya, ada adik-adik mama yang ikut menyaksikan aku memulai kehidupan baru." Arga tersenyum kemudian memeluk opanya.

"Sama-sama. Enggak kerasa, cucu Opa sudah dewasa.  Opa selalu berharap dan berdoa, untuk kebahagiaan kamu dan adik-adikmu."

Jadilah, rombongan keluarga besar Arga hadir di kediaman Rudi Herlambang hingga membuat rumah berukuran besar tersebut hampir penuh sesak.




KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum