Hyena dan Kera

27 10 6
                                    

Chapter 1

Senin, 23 Agustus

Dengan dibantu oleh salah seorang petugas PMR pagi itu, kakiku sempoyongan melangkah meninggalkan barisan. Dalam pandangan yang berbayang, sekilas kuamati petugas yang menuntunku. Aku tak dapat melihat wajahnya karena dia mengenakan masker, topi sekolah dan selalu berjalan menunduk. Dia juga mengenakan seragam yang kulihat terlalu besar untuk tubuhnya yang tak sepadan.
Aku dibawa di ruang kelas yang lumayan jauh dari lapangan.

"UKS sekolah sedang ada perbaikan," ujarnya dengan suara berat. Sepertinya dia seorang laki-laki dan suara ini? aku merasa tak asing.

Sepi, tak ada siapapun yang berada di koridor maupun kelas, semua orang tengah berkumpul di lapangan karena sedang melangsungkan upacara. Aku duduk disebuah kursi samping jendela. Kulihat dia merogoh sakunya dan mengenakan sebuah sarung tangan karet berwarna hitam. Aku menyenderkan tubuh pada penyangga kursi, namun tiba-tiba saja rambutku dijambak. Hei, mengapa ia menjambaku?

Dia menyeretku ke sisi belakang kelas lalu menghatupkan kepalaku berkali-kali pada tembok dan terakhir pada kusen jendela. Tubuhku merosot dan terjatuh di lantai. Kepalaku semakin terasa pusing.

Dia berjongkok di sampingku. Cairan hangat merah mengalir dari kepala yang kupegangi. Hendak aku berteriak, namun ia lebih dulu menutup mulutku dengan sapu tangan yang ia keluarkan dari saku jaketnya "Berani kamu berteriak, aku akan membunuhmu." Ia menodongkan sebuah pisau bermata tajam tepat di leherku.

Dalam keadaan terdesak, aku hanya bisa mengangguk dan menuruti perintahnya. Tubuhku lemas dengan air mata yang keluar karena takut. Aku bahkan tak berani menatap wajahnya dengan jarak sedekat itu.

K*PAR*T

B*DEB*H

Aku hanya bisa menghujatnya dalam hati. Aku terlalu takut bahkan hanya dengan tatapan matanya yang buas dan tajam itu. Dia mengikat tangan dan kakiku dengan kuat lalu meraih daguku.

"Menurutmu, apa yang harus aku lakukan terhadap hama sepertimu?" tanyanya.

Hama? Hei, mengapa aku dianggap hama olehnya? Apakah dia punya urusan denganku?

"ah ya, membasminya dengan racun," ujarnya lagi menjawab pertanyaannya sendiri, "Tapi aku tidak berniat meracunimu kali ini."

"Siapa kamu?" aku bertanya dengan suara tak jelas karena teredam sapu tangan sialan ini.

Diapun tak menjawab namun hanya membuka maskernya.

Dia?

Sebuah seringai yang tampak mengerikan muncul di wajahnya. Dia menggoreskan pisaunya ke leherku hingga membuat darah menetes dari sana,"ARGHH PERIH..."

"Apa kamu suka mendengar dongeng sebelum tidur? " ujar dia sambil beranjak berdiri. "Akan aku ceritakan sebuah dongeng untukmu."

Dia duduk di atas meja sembari mengubah-ubah postur duduk agar terasa nyaman.

"Pada suatu hari, seekor hyena terjerebab dalam sebuah perangkap. Tak ada hewan lain yang mau menolong karena tau kelicikan sang hewan. Namun berbeda dengan Kera. Kera yang melihatnya tak tega dan akhirnya berniat membantu dengan satu syarat yang diajukan. Kamu tahu syaratnya?"

Dari atas meja, ia mengarahkan pandangannya kepadaku. Aku tak terlalu mendengarkan ceritanya karena sibuk mengurusi rasa perih di kepala dan leher yang membuat pendengaran dan penglihatanku sepertinya menurun fungsi.

"Syaratnya adalah kera meminta agar ketika dia membebaskannya, sang hyena tidak boleh menyerang dan memangsanya."

Dia melompat turun dan berjalan mendekat ke arahku kembali.

KendaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang