Merajut Asa

103 14 18
                                    

Membicarakan masa depan selalu menakutkan, tapi itu bukan alasan untuk memelihara kemalasan.

"Mahasiswa baru segera masuk ke barisan!"

"Jangan lupa atributnya!"

"Yang tidak memakai atribut lengkap silakan buat barisan baru!"

Rasi mendesah panjang. Diceknya satu persatu atribut yang harus ia pakai di hari pertama orientasi mahasiswa baru di Uni Sports Academy. Kaos kaki berwarna hijau kuning sudah dipakai, gelang pita warna merah sebagai identitas Jurusan Renang pun melingkar di tangan, lalu Rasi bergerak mengencangkan ikatan tali di leher dari papan nama besar yang dia kalungkan. Semua terasa lengkap sampai Rasi meraba pucuk kepalanya. Mata Rasi melebar. Topi kerucut! Rasi yakin tadi dia jelas-jelas memakainya, mengapa sekarang menghilang?

Rasi pun terkesiap begitu senior berbadan tegap memanggil-manggil Rasi. "Hei, kamu yang nggak pakai topi! Cepat keluar barisan!"

Rasi mendesah lalu berjalan pasrah ketika senior cowok itu memasukkan Rasi ke barisan yang baru. Rasi yang berada di barisan paling belakang hanya bisa menunduk ketika satu per satu mahasiswa baru di depannya menghilang setelah dicatat namanya. Batinnya merapal harap semoga tak diberi hukuman macam-macam. Senior yang sedang mencatat itu tampaknya galak. Rasi benar-benar sial di hari pertama orientasi.

Kalau aja ada Bintang. Rasi mendesis sebal mengingat pesan tadi malam yang cowok itu kirimkan.

Bukan Bintang Biasa????: Besok bilang ke gue kalau ada senior yang ngasih hukuman macem-macem ke lo! Awas aja berani main-main sama pacar gue.

Andharasi Lowita: Lo beneran nggak bakal bisa masuk?

Bukan Bintang Biasa????: Gue nggak bisa masuk sayang. Gue ada urusan sama kampus lain. Maafin yaaa

"Siapa nama kamu?"

Rasi tertegun lantas mendongak. Ternyata dia sudah sampai di depan senior. "Andharasi Lowita."

Senior berambut ikal itu terperangah ketika sedang menuliskan nama Rasi di buku kecil di tangannya. "Andharasi?" Senior bernama Patra itu mengerjap. "Rasi yang atlet renang itu?"

Rasi tersenyum kikuk, membuat Patra mengulas senyum tipis yang tampak seperti sebuah seringai. Buku kecil di tangannya pun ditutup. Tatapan tegasnya terpajang untuk Rasi yang enggan mendongak.

"Kenapa nggak pakai topi?"

Rasi meneguk. Baru saja hendak menjawab, Patra langsung menyela, "Kalau ada orang yang ngomong itu tatap matanya. Kamu liat apa di bawah? Semut lagi pacaran?" tanyanya sinis.

Rasi berdeham. Sebisa mungkin Rasi menahan dongkol untuk melebarkan senyum di hadapan seniornya. Dimulai ternyata.

"Saya tadi pakai topi, tapi kayaknya jatoh pas saya masuk ke barisan, Kak."

Patra terkekeh meremehkan. "Kamu pikir alasan seperti itu bakal saya terima?"

Rasi menggeleng. "Maaf, Kak."

"Sekarang, kamu ngapain di sini?"

Rasi terperangah. "Eh? I-ikut orientasi," jawab sekenanya.

Patra tertawa hambar. "Iya, tapi kamu nggak diizinkan ikut orientasi karena nggak pakai atribut yang lengkap. Kedisiplinan jadi hal yang utama buat atlet, tapi ... ngeliat kamu nyepelein aturan kayak gini apa kamu pantes disebut atlet renang?"

Rasi mengeraskan rahang. Apa ada yang sedang menyalakan api? Mengapa Rasi merasa terbakar?

"Maaf, Kak. Saya--"

Swimmer RollsWhere stories live. Discover now