33. || AJAKAN

33 3 0
                                    

HAIIII MASIH MAU BACA? ALHAMDULILLAH. AKU BAKAL TERUS BERTERIMAKASIH SAMA KALIAN. SUPPORT TERUS YA CERITA PRIM SAMA GIBRAN. JANGAN KEBANYAKAN NEBAK ENDING, PRIM BAKAL BAIK BAIK AJA KOK.

.
.
.
.
.
.
.
SELAMAT MEMBACA

.
.
.
.
.

Prim sedang bercerita panjang kepada Aneu, di goda oleh sang Kakak yang tiba tiba duduk di sampingnya. Ia membuat Prim kesal dengan tingkah Jefri yang beberapakali menarik narik sehelai rambutnya.

"Mama Kak Jeff." rengek Prim.

"Jeff." sebut Aneu.

Rasa sakit di kepala Prim kembali menyerang, Prim mencengkram kepalanya sehingga membuat Aneu dan Jefri menoleh. Prim sangat sulit menyembunyikan rasa sakitnya itu, Prim berlari pelan meninggalkan keduanya. Namun hal itu justru membuat keduanya menyusuli Prim ke kamar gadis itu.

"Prim."

"Woy lu kenapa?"

"Primilly sayang, buka pintunya nak."

"PRIM NGANTUK MAU TIDUR." teriak Prim dari balik pintunya.

"BOHONG LO!! BUKA SEKARANG."

Prim yang masih kesakitan itu kebingungan, ia tidak ingin jika Jefri dan Aneu mengetahui kondisi dirinya saat ini. Prim merogoh tote bag sekolahnya untuk mengambil obat yang di beri dokter saat di rumah sakit tadi. Ia menelan obat itu sebagai pereda rasa sakitnya. Jefri masih sibuk mengetuk pintunya, kemudian Prim mencoba membuka pintu itu ketika kepalanya tak lagi merasa sakit. Prim berlagak akting di hadapan Jefri dan Aneu, ia pura pura tertawa dan mengatakan kepada keduanya bahwa ia sedang menipu Jefri.

"HAHAHAHA. PRIM NGAKAK BANGET."

"Anjir, lo baik baik aja kan?"

"Prim, Kenapa kamu ketawa?"

"Prim cuma akting Mah."

"Ya ampun Prim, Mama udah panik dari tadi."

"Dosa lu masa Mama." jawab Jefri pergi berlalu.

"Maaf ya Mah, Kak Jeff. Prim cuma mau ngetes sepeduli apa sih Kak Jeff itu. hahaha."

"BACOT LU." teriak Jefri.

Prim tertawa pelan setelah Aneu dan Jefri pergi. Gadis itu menutup pintu rapat rapat kemudian berbaring di atas kasur, ia menangis sejadi jadinya. Bukan karena telah menipu Aneu dan Jefri, tapi karena penyakitnya yang justru takut merepotkan banyak orang.

***

Prim berjalan di sepanjang koridor kemudian ia melihat Chika ketua osis itu sedang menempelkan sebuah brosur di mading. Prim melangkah pelan saat matanya menangkap kertas yang sudah terpajang di mading.

"Wah apa ini?" tanya Prim sembari membaca setiap tulisan di kertas itu.

"Ikut ya Prim." ucap Chika kemudian pergi berlalu.

"AAAAA SERIUS INI?"

Bella yang mendengar teriakan Prim seketika menoleh pada sumber suaranya, Bella berlari pelan menghampiri sahabatnya itu dengan merangkul bahu gadis itu. kedua mata Bella ikut membaca brosur tersebut.

"SERIUS INI?" tanya Bella yang ikut excited.

"Kita harus ikut Bell."

Rupanya SMA NIGRAYA akan mengadakan acara camping di gunung pangrango bertepatan di tanggal ulang tahun Prim yaitu minggu depan di hari Sabtu. namun ternyata minggu depan juga adalah hari ulang tahun Gibran. apa jadinya jika keduanya ikut bersama, seperti sengaja di rayakan dengan meriah. Lucu bukan?

***

Pada jam istirahat Prim menghampiri Gibran, lelaki itu tertidur sembari melipatkan kedua tangannya di atas meja sebagai alas untuk tidur. Prim duduk di samping Gibran yang kebetulan kursi di samping Gibran kosong, gadis itu memperhatikan wajah Gibran sembari tersenyum. Rambutnya yang tidak terlalu rapi, hidung mancung, matanya yang sipit, bibirnya yang pink, serta aroma parfum masih terhirup wangi oleh Prim.

Tanpa tidak tahu diri Prim mengikuti posisi Gibran, sebagaimana ia tertidur dengan posisi kepala ke samping kanan sedangkan kepala Prim mengarah ke samping kiri bertepatan dengan wajah lelaki itu yang masih terlelap.

"Gibran ganteng banget sih."

Suara Prim tak sengaja terdengar oleh telinga lelaki di sampingnya. Gibran membuka matanya perlahan, dahinya mengrenyit melihat Prim yang tengah tersenyum padanya. Sontak membuat Gibran terkejut, lelaki itu menghela nafas setelah menyempurnakan tubuhnya untuk bangun dari tidur yang tak sengaja itu.

"Lo ngapain?" kata Gibran mengernyitkan dahinya.

"Prim suka lihat Gibran lagi tidur, ganteng." goda Prim dengan senyum.

"Apasih."

"Janji ya nggak salting?" tanya Prim menggoda Gibran dengan gelak tawa gadis itu.

"Nggak jelas." jawabnya sembari merogoh ponsel di saku celananya.

"Minggu depan sekolah ngadain camping di gunung pangrango, ikut yuk?" ajak Prim.

"Nggak wajib kan?"

"Ya nggak sih, tapi Prim mau Gibran ikut, temenin Prim."

Gibran menghela nafas kemudian menatap gadis itu sembari menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa ia tidak akan ikut acara tersebut. Prim seperti tidak tahu Gibran saja, lelaki itu memang sudah pasti tidak suka keramaian apalagi acara yang akan lebih banyak berbaur dengan siswa siswi lainnya. Seperti yang selalu di lihat oleh Prim, Gibran sering menyendiri di tempat yang tenang bersama lukisan tangannya.

Namun gadis itu tidak akan membiarkan Gibran sendiri sampai kapanpun, walaupun memang suka menyendiri tapi setidaknya Prim tidak ingin Gibran merasa kesepian.

"Yah, yaudah lah kalau Gibran nggak ikut. Nanti kabar kabaran yaa."

"Harus banget?"

"Iyalah. Prim mau Kita video callan. Okay."

Padahal faktanya Prim bukan siapa siapa Gibran begitupun sebaliknya,yang artinya tidak ada hak untuk mengatur sesuai yang diinginkan keduanya, tapi Prim merasa sudah terikat oleh Gibran.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. Jangan lupa vote kalau suka di bab ini. Maf berantakan. Lagi berusaha kok:)

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Where stories live. Discover now