47.|| BUCIN

41 8 0
                                    

Entah mana yang lebih indah,Langit biru di hari ituAtau senyumanmu di saat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah mana yang lebih indah,
Langit biru di hari itu
Atau senyumanmu di saat itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Tidak terasa sudah menempati hari dimana menjelang ujian akhir nasional. Seluruh siswa siswi SMA Nigraya akan sibuk mempersiapkan diri, mulai dari rajin belajar, mengurangi waktu main, dan berusaha melawan rasa malasnya.

Seluruh siswa siswi kelas 3 pun akan menyambut hari kelulusan juga yang dimana akan melepaskan seragam putih abu-abunya.

Prim senang ketika hari nanti Hana bukan lagi bagian dari siswi SMA Nigraya, karena ia akan bisa lebih tenang menjalani harinya bersama Gibran. Jika soal Alga, Prim merasa sedih, bagaimana pun Alga sudah baik kepada Prim. Sejauh ini Alga tidak pernah membuat Prim sedih. Apalagi jika melihat Bella, dia justru lebih sedih daripada Prim.

"Jangan sedih ya Bell."

"Nggak, gue cuma takut rindu aja sama Kak Alga."

"Prim tau perasaan Bella. Bella kehilangan Kak Alga tapi masih ada Prim kan?"

"Iyaa makasih untuk selalu ada buat gue."

"Jangan gitu. Prim belum bisa jadi orang yang selalu ada buat Kamu Bell. Prim cuma lagi berusaha bertahan demi Kamu Bell."

"Gue nggak mau kehilangan lo Prim."

Kepala Prim mengangguk pelan, berusaha menenangkan sahabatnya itu.

***

Prim menarik pergelangan tangan Gibran untuk mengajaknya makan bersama, Gibran menghela nafas lalu menganggukkan kepalanya.

"Mau makan apa hari ini?"

"Mie ayam sama es teh manis."

"Nggak bosen?"

"Nggak."

Mereka berjalan hingga melewati beberapa siswa siswi yang berdiri berjajar di sepanjang koridor. Mereka menatap Prim dan Gibran begitu sinis, matanya berulangkali mendelik, adapula yang mengedikkan bahu. Namun Gibran tetap tenang, lelaki itu
justru malah mencengkram telapak tangan gadis di sampingnya.

Prim mendongak ke samping, lalu tersenyum. Saat itu Prim lebih merasa percaya diri.

Tak sengaja Prim melihat Gibran menggurat senyumannya, ia mengernyitkan dahinya seolah olah tidak menerima Gibran tersenyum untuk mereka.

GIBRAN UNTUK PRIMILLY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang