Salah Paham

646 87 19
                                    

"Cie yang mau ketemu sama ayang." Ada sedikit nada iri di tuturan Ino. Dia dan Tenten menyempatkan diri untuk melakukan panggilan grup demi menyemangati Sakura yang mau ke Ame. Sayang sekali tidak bisa mengantar Sakura ke stasiun karena mereka harus bekerja. Ini aja mereka curi-curi kesempatan supaya bisa video call.

"Seandainya tiket pesawat ke London murah. Udah dari dulu mungkin ku susul si Neji." Tenten juga ikut meledek si pinky. Dia juga ikut-ikutan iri. Habisnya Neji gak pernah pulang sih.

"Hehe. Jangan sedih gitu dong. Nanti Sakura bawain oleh-oleh deh." Dengan riang Sakura mencoba menghibur kedua temannya. Mereka bertiga itu pejuang LDR. Jadi Sakura tahu banget kok rasanya jauh dari pasangan.

"Ya! Harus! Bawain yang banyak! Awas kalau engga!" Melotot mata Ino ketika berbicara begitu.

"Hehe. Iya-iya."

"Btw Ra, bukannya Sasuke itu tugas di Kumo ya?"

"Udah pindah lagi, Tenten. Sekarang di Ame. Ternyata masuk ke kepolisian juga ribet ya. Pindah-pindah terus. Jadi inget ceritanya bibi Mikoto deh tentang dia yang ikut paman Fugaku pindah-pindah tugas." Dia lalu mengingat cerita Mikoto yang rela mengabdi pada suami. Ikut kemanapun sang suami pergi meskipun Mikoto sendiri juga lelah. Sakura salut deh sama dia.

"Ra, emang rencanamu nanti di Ame apa aja? Jangan bilang cuma kasih kue terus nyanyi selamat ulang tahun?" Sakura tersenyum sampai giginya terlihat karena pertanyaan Ino. Tentu aja engga! Dia sudah punya list to do buat ulang tahun Sasuke.

"Ya engga dong. Nanti Sakura mau ke apartemennya. Terus mau kerja sama sama resepsionis disana buat minjem kunci cadangan. Terus naruh balon-balon di kasurnya. Nempel spanduk kecil tulisannya happy birthday. Terus kasih kue, nyanyi, tiup lilin, makan kue, makan ayam goreng, hmmm terus apa ya. Ah! Kalau Sasuke-kun gak sibuk, Sakura mau jadiin dia guide dadakan..hehe."

"Udah gitu doang? Gak ada sesuatu yang berseni gitu?" Sesuatu yang berseni? Hm...maksud Ino melukis kali ya?

"Maksudnya kayak melukis? Em..bener juga sih. Bisa jadi referensi. Tapi waktunya mepet banget, Ino. Sakura belum beli kanvas nih." Di seberang sana kepala Ino menggeleng.

"Bukan. Bukan itu, tapi yang itu lohhhh....sesuatu yang berseni...yang bikin nikmat." Astaga! Tenten mengerti maksudnya. Dia buru-buru menegur Ino sedangkan Sakura masih loading.

"Ih! Jangan didengerin Ra! Jorok itu!"

Sakura masih bengong di tempatnya. "Maksudnya? Sakura gak ngerti." Emang ada ya sesuatu berseni yang bikin nikmat? Ada dong....

"Ih masa gak tahu sih? Kau itu umur berapa?"

"Demi tuhan! Jangan dengerin Ino, Ra! Sesat dia!" Tenten masih terus berusaha meyakinkan Sakura.

"Apa? Apa itu? Bisa buat hubungan Sakura sama Sasuke-kun harmonis gak?"

"Ohhh gak cuma itu. Menyatu bahkan. Hohoho."

"Apa? Kegiatan apa?" Siap-siap tangannya menulis di buku yang berisi perencanaan ulang tahun Sasuke.

"Raa! Jangan Ra!"

"Ena-ena namanya, Ra."

"Eenaa-enaa." Kata Sakura mencatat sambil mengeja.

"Okedeh. Udah Sakura catat." Udahlah Tenten pasrah aja sama tuhan. Semoga Sasuke kuat iman kalau Sakura minta kegiatan berseni itu.

Panggilan itu lalu selesai ketika Sakura harus segera berangkat ke stasiun. Sekarang dia sedang berada di kereta dan melihat-lihat pemandangan dari jendela. Lalu, cuaca yang tiba-tiba mendung menandakan bahwa tujuannya hampir tiba.

Didn't Expect! IIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora