Naya dan Cindy

332 42 36
                                    

Setelah dari lapak "Kebahagiaan" aku mau upload "Bocil" jugaa mumpung lagi mood hehe








Sore ini Echa memiliki janji dengan Naya dan Cindy, sahabat satu kelasnya di kampus. Mereka berkawan dari awal semester.

Setelah bimbingan, mereka bertemu di taman fakultas hukum.

"Gimana bimbingan lo sama Pak Cahyadi?" Tanya Naya kepada Echa.

"Lancar aja sih," jawab Echa sekenanya, padahal dia banyak revisi tetapi ia malas membahasnya.

"Gue sama Cindy banyak revisian masa dari Bu Rini," keluh Naya.

"Iya, padahal kita udah semaksimal mungkin," biasa Cindy agak drama orangnya.

"Yaudah revisi aja ikutin apa kata dospem," saran Echa seadanya.

"Btw, gue sama Cindy mau ke kosan lo ya. Mau minjem buku referensi sama Lia," ucap Naya.

"Yaudah, gue berarti nebeng di mobil lo ya, Nay."

Naya hanya mengajungkan jempolnya saja.

Tidak lama kemudian mereka memutuskan untuk ke kosan Echa, membawa mobil milik Naya yang dikendarai oleh pemiliknya.

Mereka bertiga memang satu kelas tetapi beda dosen pembimbing, kalau Cindy dan Naya satu dospem, bahkan mereka satu kosan. Dan, mereka bertiga juga beda kelas dengan Lia walaupun satu prodi.

Sesampainya, Echa menuntun dua sahabatnya itu ke ruang tamu, biasanya itu bisa menjadi tempat penghuni kosan bersantai-santai sembari menonton televisi. Ruang tamu, sekaligus ruang keluarga.

"Gue chat Lia dulu," ucap Cindy.

Tidak lama kemudian Lia datang menghampiri mereka bertiga.

"Ini kan bukunya?" Tanya Lia kepada Cindy.

"Betul!" Ucap Cindy tersenyum.

Lalu mereka berempat pun akhirnya ngobrol-ngobrol dari tentang skripsi sampai hal-hal yang random. Kalau penghuni lainnya sedang sibuk masing-masing.

Sampai, atensi mereka melihat ke pintu masuk yang menampilkan Haidar baru pulang sekolah.

Haidar jalan melewati mereka tanpa menegor, sampai langkah kakinya terhenti akibat Echa memanggilnya.

"Eh! Mie gue mana?" Tanya Echa agak ketus kepada Haidar.

Sedangkan Naya dan Cindy menatap Haidar dengan wajah yang sumringah.

"Ini." Haidar membuka tas sekolahnya lalu meletakan dua mie goreng instan di atas meja—di depan Echa.

"Kok dua?"

"Sekalian masakin gue juga." Jawab Haidar dengan wajah tengilnya itu.

Haidar lekas lari saat Echa ancang-ancang melempar remote televisi ke arahnya.

Haidar lari dengan tertawa, sebelum ia hilang di balik pintu kamarnya, Haidar sempat teriak, "jangan galak-galak Kak. Muka lo jelek kaya nenek lampir Hahaha!"

"HAIDARR GELO!" Akhirnya Echa bisa mengeluarkan kata-kata itu dengan kencang.

"Udah kenapa, Cha. Berantem mulu sama Haidar. Baru sehari lho dia tinggal di sini tapi berantem terus," lerai Lia menenangkan Echa yang masih emosi menatap ke arah pintu kamar Haidar yang sudah tertutup.

"Kesel gue! Dari awal ketemu juga tuh aura bocil udah tengil banget."

"Eh, dia siapa deh?" Tanya Naya akhirnya.

"Ponakannya Bu Yanti pemilik kosan ini," jawab Lia.

"Masih SMA ya?" Tanya Cindy.

Lia hanya mengangguk saja.

Bocil || Watanabe Haruto (Treasure)Onde histórias criam vida. Descubra agora