07. Sosok penyelamat☆

1.9K 217 2
                                    

Wanita dengan tahun kelahiran berbeda tersebut saling duduk berhadapan, disebuah cafe yang bisa dibilang cukup ramai akan pembeli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita dengan tahun kelahiran berbeda tersebut saling duduk berhadapan, disebuah cafe yang bisa dibilang cukup ramai akan pembeli. Airin, masih betah memandang sang ibu, Yuni didepannya.

"Kamu keliatan buru-buru, mama hanya ingin bertemu denganmu Rin" celetuk Yuni yang tahu akan gelagat Airin yang ingin cepat-cepat pergi dari sana.

"Ma, aku tidak banyak waktu. Jika ada yang ingin dibicarakan, tolong cepat"

Yuni hanya memberi senyum tipis diwajahnya. "Mama jauh-jauh untuk bertemu dengan mu dan kamu menyuruh mama untuk cepat? Ya ampun Airin, kau mencemaskan soal pekerjaan? Jangan terlalu memikirkan, lagipula dirimu sudah meminta izin bukan?"

Airin tampak terlihat menghela napasnya, mengangguk kecil. Airin dan Yuni jarang bertemu sebab rumah mereka yang berjauhan dan sibuk masing-masing.

"Jadi apa yang ingin mama ketahui?" Airin tahu, ibu nya meminta bertemu bukan sekedar untuk bertemu tetapi ada tujuan yang ibunya ingin dapatkan.

"Anakmu, Fabio. Dimana dia sekarang? Jangan mengatakan jika dia sekolah diluar negeri, mama tahu kau berbohong tentang semua ini." Yuni mengatakan dengan raut tenang, memandang selidik Airin yang terlihat kaget dibuatnya.

"Ma, aku nggak bohong, dia masih belajar disana." Tentu Airin berusaha mengelak dari fakta yang ada.

"Apa buktinya Rin? Tolong jangan bohong lagi ke mama. Dimana kamu sembunyikan dia sekarang, kamu tidak membuangnya ke panti asuhan 'kan." Yuni masih berusaha memojokkan Airin untuk jujur, serta membuat tuduhan di perkataannya.

"Ma! Aku nggak setega itu buat bawa Bio ke panti! Dia masih punya aku sebagai ibunya dan mas Rio sebagai ayahnya!" Bantahnya mentah-mentah, sedikit sakit saat ibunya mengatakan jika ia membuang Fabio.

"Lantas apa mengirimnya ke rumah sakit jiwa tidaklah tega? Kamu menganggap Fabio gila? Jangan kamu kira mama tidak tau soal ini." Yuni menggelengkan kepalanya tidak percaya, tadinya ia sengaja bertanya untuk mengetahui jika Airin mau jujur atau tidak, tetapi nyatanya Airin justru mengelak.

Airin kaku ditempatnya, bagaimana bisa Yuni tahu. Siapa yang sudah membocorkan rahasia ini pada ibunya?

"Ma__

"Mama sudah tau ini sebulan yang lalu, kau tidak perlu tau mama tau ini dari mama. Awalnya mama tidak percaya Rin, tapi setelah bertemu dengan mu untuk membuktikan, kamu justru menghindar. Dan itu membuat mama percaya sepenuhnya, bahwa Fabio ada disana, dan itu ulah dirimu." Yuni tidak memberi Airin untuk berbicara.

"Kamu seorang ibu, begitu juga dengan mama. Selama mama menjadi ibu, apa mama pernah berbuat seperti apa yang kau lakukan pada Fabio? Apa mama pernah mengajari dirimu seperti itu Rin? Mama membesarkan mu dengan kasih sayang, apa lagi yang kurang dari mama? Kenapa kamu justru berbuat seperti itu untuk anakmu sendiri Rin?"

Batas Akhir [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang