11. Kehangatan seorang nenek☆

2.3K 191 1
                                    

Dulu, saat Fabio masih berumur 6 tahun, yang namanya anak-anak pastinya akan bandel dan nakal, salah satunya Fabio sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dulu, saat Fabio masih berumur 6 tahun, yang namanya anak-anak pastinya akan bandel dan nakal, salah satunya Fabio sendiri. Fabio masih ingat walau sekilas saat dirinya begitu nakal saat itu, cerita berawal dari Rio yang tidak memperbolehkan Fabio ikut pergi kerja, yang bertepatan sekolah Fabio tengah libur karena Rio tahu jika Fabio tidak akan bisa diam disana, belum lagi Rio pulang sore, pastinya akan membuat pria itu kewalahan menghadapi anak bungsunya.

Pernah satu kali Rio mengajak Fabio ketempat kerja, di 5 menit pertama masih aman, Fabio terlihat senang meladeni bagaimana rekan kerja Rio mengajak anak itu mengobrol, tapi  di 5 menit yang ke-4 anak itu berada disana dan sudah meminta pulang saja, mengatakan jika disana bosan dan menyuruh Rio untuk bekerja di rumah saja seraya menemaninya bermain, dan Rio pastinya berusaha membujuk anak bungsunya itu.

"Tadi apa janji adek hmm? Ayah 'kan udah bilang kalo adek ikut pasti adek minta pulang, adeknya ngeyel sih. Sekarang kita tunggu jamnya di angka 12 itu, udah dibuatin bekal sama bunda loh, katanya Fabio mau ikut ayah kerja sampe sore."

Setelah mengatakan itu, Fabio diam dan menurut tetapi anak itu malah merecoki pekerjannya dengan bertanya terus-menerus dan ingin juga mencoba mengetik di layar laptop ayahnya. Rio sudah menduga dari awal, memangnya anak kecil mana yang tidak bosan terjebak oleh orang-orang dewasa yang kerjanya di layar komputer? Jadilah ia izin untuk mengantarkan Fabio pulang ke rumah, daripada anak itu terus mengganggu pekerjaan dan berakhir Rio memarahi Fabio.

Dan keesokan harinya, Fabio meminta ikut kembali, Rio bahkan harus bersembunyi ketika akan berangkat, sementara Airin bertugas mengalihkan perhatian anak itu. Hingga Fabio sadar jika ayahnya sudah pergi kerja, ia mengamuk dengan kaki di hentakan tidak lupa dengan wajah yang ditekuk seraya menggeram marah, Fabio berjalan ke kamar mandi dan mengambil cairan pembersih lantai dan menumpahkan begitu saja di atas ranjang dalam jumlah banyak, tidak puas ia juga mengambil shampoo botolan dan menumpahkan juga disana, hingga bukan hanya ranjang, tetapi tembok hingga lantai, semuanya kotor.

"Bio marah! Ayah bohong! Biar ayah nggak bisa tidur nanti kalo pulang!" Katanya menggebu-gebu dan berakhir menangis seraya menggulingkan badannya di lantai licin penuh racikannya itu.

Butuh waktu lama membujuk Fabio bagi Airin, di tambah Fabio kambuh akibat aksi mengamuknya harus membuat Airin ekstra sabar menghadapi Fabio.

"Ayah?" Gumam Fabio, matanya bertubrukan dengan mata pria yang membawa plastik ditangannya selepas keluar dari minimarket, Fabio sangat mengenal pria tersebut. Sosok yang selama ini Fabio rindukan selain wanita yang sudah melahirkan dirinya, sosok pria yang dia disegani dan hormati hingga saat ini.

"Ayah!" Teriaknya, Fabio dengan cepat berlari, pria itu juga lari tetapi tidak menuju dirinya melainkan cepat-cepat masuk ke dalam mobil yang terparkir dipinggir jalan.

Ayah!!"

Najwa terkejut, Fabio melepas tautan mereka dan berlari dengan menyebut 'ayah'.

"Ayah!! Ayah!! Ini Bio yah! Berhenti!! AYAH!!." Fabio jelas tidak salah lihat, tadi itu ayahnya, Rio. Fabio masih ingat wajah itu dibenaknya, tidak jauh berbeda dengan 7 tahun yang lalu.

Batas Akhir [END]✓Where stories live. Discover now