Juara 1 Kategori Favorite Author pada ajang Author Got Talent 2022🥇
Bercerita tentang seorang gadis SMA bernama Murisa Saraswati. Dia adalah anak broken home. Akibat perceraian kedua orang tuanya. Namun, itu tidak menjadikan dia menjadi seorang yan...
Seorang gadis bertubuh mungil dengan sigap melayangkan tendangan berputarnya, langsung mengenai samsak yang telah tergantung diam sejak tadi. Bunyi BUK—keras dari samsak itu menandakan kemantapan diri. Meskipun, datang dari seorang gadis kecil, tapi tekadnya dalam berlatih bela diri—Taekwondo ada dan sangat kuat.
"Bagus, Risa! Anak ayah yang satu ini memang kuat sekali!" Murisa kecil tersenyum seraya menyipitkan kedua matanya. Ia merasa menjadi raja berjenis kelamin perempuan saat itu. Setiap hari dilatih untuk menjadi anak yang kuat oleh ayahnya. Ia juga sangat menikmatinya tanpa ada beban di pikiran.
"Ayo, Yah! Kita latihan lagi!" teriak Murisa. Ia langsung melancarkan pukulan Momtong Jireugi—Pukulan mengarah ke tengah, 0ukulan mengarah ke ulu hati. Dengan sangat cepat, ia tidak peduli samsak yang di depan matanya tampak kempes, mirip manusia yang sudah terkulai lemas. Saking seringnya ia pukul, tendang, bahkan banting.
Setiap hari mendapat latihan esklusif dari Ayahnya, membuat mental kuat petarung tumbuh secara perlahan.
Reno mengawasi setiap pergerakan Murisa. Gemparan semangat berulang kali ia teriakan. Bahkan, kalau Murisa berhasil melakukan salah satu pergerakan Taekwondo secara mulus tanpa tersulut emosi, ia tidak sungkan menggendong anak perempuan kecilnya itu.
Seketika nada dering telepon genggamnya berbunyi. Cepat-cepat Reno mengambil ponselnya. Tertanda nama istrinya—Vina di layar. Reno sedikit bertanya-tanya. Ada apakah? Apa ia akan membuatkan makan malam spesial seperti kemarin? Atau....
[Halo, ada apa, Vin? Tumben banget nelfon. Biasanya 'kan langsung aja mbuatin aku sama Murisa makanan enak] Nada bicara Reno terdengar santai, sembari diiringi tawa kecilnya.
[Tolong kamu pulang sekarang, bersama Murisa. Ada hal yang mau aku bicarakan] Belum langsung merespons, sambungan itu terputus. Hal ini membuat Reno tambah bingung dan penasaran. Ada apa sebenarnya?
Ia menoleh sebentar ke arah Murisa yang masih melayangkan tinju, pukulan, bahkan tendangan. Terlihat bersemangat. Ada rasa tidak tega ketika harus menjeda semua aktivitas itu. Namun, perihal Vina tadi, harus ia selesaikan.
Reno berjalan menuju arah Murisa. Ia menepuk pundak gadis berkucir kuda itu. "Risa, latihan hari ini selesai sampai sini dulu ya. Tadi Mamah telfon, mau ada sesuatu katanya," ucap Reno lembut.
"Sesuatu apa, Pah?" Murisa berbalik arah, Reno pun langsung berjongkok, sambil memegangi kedua lengan Murisa. Tatapannya menyorotkan sebuah pengharapan.
"Nah, nanti kita akan tau, setelah sampai rumah. Yuk pulang dulu?"
Sempat diam sesaat karena tidak paham, tapi akhirnya Murisa mengangguk tanda setuju. Mereka pun pulang setelah berlatih seharian.
***
Begitu sampai di rumah.
Keduanya dikejutkan oleh Vina—istri Reno, bersama lelaki memakai tuxedo hitam. Mereka duduk bersebelahan sambil berpegangan tangan. Melihat itu Murisa bergeming.
Ibunya sedang bersama siapa? Laki-laki itu siapa?
Hatinya mulai berkecamuk.
"Kamu siapa?" Reno berjalan menuju arah mereka berdua. Tatapannya tidak terima. Murisa hanya diam, berdiri di dekat pintu masuk.
"Vina! Jelaskan ini siapa!" Reno mulai emosi. Lantaran Vina hanya diam tanpa menjelaskan apapun, tahu-tahu membawa laki-laki asing masuk ke dalam rumah mereka.
"Tidak perlu panjang lebar. Aku ingin kita berpisah sekarang, Ren. Alias cerai."
Deg! Jantung Reno seakan berhenti berdetak. Kenapa Vina mendadak tanpa basa-basi? Apa dia tidal memikirkan bagaimana perasaan Murisa yang sejak tadi menatapnya penuh penasaran?
"Vina! Tolong bicaramu dijaga. Jangan jadi gak jelas kaya gitu. Cerai? Apa maksudmu!"
"Iya! Aku pengen cerai sama kamu, puas?"
Reno mendengkus kasar. Ia masih belum terima. "Logis sedikit! Tiba-tiba minta cerai begitu? Apa alasannya? Kita bisa bicara baik-baik, kalau mau. Nggak seperti ini caranya, Vin!" ucap Reno bernada tinggi.
"Alasannya sederhana, kamu terlalu sibuk dengan dunia Taekwondomu itu, tanpa memikirkan aku yang susah payah di rumah." Mendengar alasan yang dilontarkan Vina, membuat Reno tambah tidak percaya. Apakah hanya itu? Lantas, kenapa sejak awal Vina mendukung Reno dan Murisa untuk menyukai Taekwondo? Sungguh tidak logis sama sekali.
"Vina, kecilkan suaramu ada Murisa di sini! Tolong berikan alasan yang logis juga!"
Vina menatap Murisa sinis. "Biarkan saja dia mendengar dan menyaksikan kalau kita sudah resmi bercerai sore ini!"
BRUK!!!
Murisa melemparkan sepatunya sembarangan dengan kasar, lalu ia berjongkok sembari menutup kedua telinganya dengan tangan. Ia tidak tahan dengan keributan dari kedua orang tuanya secara tiba-tiba begini. Mereka sama sekali tidak peduli perasaan Murisa.