8-Latihan

49 14 24
                                    

^^

Sore ini, Ekstrakulikuler Taekwondo mengadakan latihan rutin seperti biasa. Mengingat sebentar lagi akan ada ujian kenaikan sabuk untuk tiap anggota yang tergabung di dalamnya.

Murisa berganti kostum sebelum latihan. Dari seragam sekolah ke baju Taekwondo berwarna putih. Tidak lupa dia ikatkan sabuk warna merah melingkari pinggangnya.

Seragam Taekwondo sendiri terdiri dari Dobok (baju dan celana) serta Ti (sabuk). Awalnya, hanya warna putih saja yang mendominasi. Sejak tahun 1970-an mulai dibedakan lagi, misalnya bagi penyandang sabuk biru dengan memakai seragam putihnya. Taklupa mengikat sabuknya melingkari pinggangnya.

Model dan bentuk seragam Taekwondo mengilhami dari pakaian Tradisional Korea yang disebut dengan Han Dobok.

Han Dobok terdapat tiga unsur bentuk. Ada lingkaran (won), persegi empat (bang), dan segitiga (kak). Di mana masing-masing menyimbolkan langit atau surga, bumi, dan manusia yang merupakan tiga unsur alam semesta (samilshingo).

Ujian kenaikan sabuk juga bisa dibilang UKT alias Ujian Kenaikan Tingkat. Biasa dilaksanakan satu tahun sekali pada semester dua di setiap tahun ajaran.

Tiap anggota harus mengikuti tahap ujian seperti, "Poomse" atau rangkaian jurus. Di mana anggota mempraktikkan rangkaian gerakan dasar serangan serta pertahanan diri.

Saat ini, Murisa tengah berada pada tingkat yang cukup tinggi. Memegang sabuk merah, sekelas senior.

Setelah selesai mengganti seragamnya, Murisa tidak langsung pergi ke auditorium sekolah, melainkan mau beli cilok dulu seperti biasa. Dari tadi perutnya terasa lapar dan wajib mengganjalnya dengan cilok. Itu sudah menjadi hal wajib.

Latihan eskul Taekwondo biasa dilakukan di auditorium sekolah. Tempatnya luas dan bisa menampung cukup banyak orang. Lebih leluasa dalam melakukan berbagai macam gerakan sesuai arahan pelatih. Tambahan, di sana juga tidak panas karena ada blower.

Suasana sekitar sekolahan perlahan mulai sepi. Para siswa telah pulang lebih dulu ke rumah masing-masing. Hanya beberapa siswa saja yang tinggal karena memang ada keperluan di sekolah.

SMA Bintang Cahaya terbilang asri. Tidak hanya didominasi gedung-gedung kelas saja yang bertingkat, melainkan pepohonan rindang kerap tumbuh di sekitarnya.

Murisa terus berjalan cepat ke arah gerbang sekolah. Belum sampai depan gerbang, ia menghentikan langkahnya.

Dalam keadaan bergeming, Murisa menatap lurus ke arah mobil jazz warna merah yang terparkir tepat di seberang SMA Bintang Cahaya.

Kedua matanya seakan tersihir oleh seseorang yang tengah berdiri di samping kanan mobil dengan memakai pakaian glamour dan mewah. Seperti sedang menunggu sesuatu.

Ditambah pemandangan berikutnya adalah Tasya berjalan sendiri dari arah lain mendekati mobil itu. Tanpa banyak berbincang kedua orang itu masuk ke dalam mobil. Setelahnya, mobil melaju cepat meninggalkan SMA Bintang Cahaya.

Tubuh Murisa bergetar hebat. Tanpa sadar kedua tangannya ikut mengepal. Ada emosi yang seketika merasuki jiwanya. Entahlah, padahal sudah lama ia memendam itu.

Apa yang dia lihat sore ini, Murisa akan coba lupakan seiring berjalannya waktu. Dia hanya tidak mau kenangan lama menguap kembali. Merusak tatanan masa depan yang ia buat sedemikian rupa.

***

Tidak seperti Minggu lalu. Kali ini, Murisa berhasil mendapatkan cilok langganannya. Bulatan berjumlah lumayan terbalut saus kacang favoritnya memang menggoda selera bagi siapa saja yang melihat. Apalagi saat masih panas dan keluar dari panci.

THE SHINING MOON ✔️ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang