🍓34🍓

13.2K 1.8K 352
                                    

Heh, tukang spam komen pada kemana nih? Kok sepi banget chapter kemarin tuh. Sedih banget 😣😣

Btw aku bilang, enggak apa-apa kalau kalian enggak baca part di Karya Karsa, jangan memaksakan. Partnya enggak bakalan mempengaruhi alur Wattpad ya.

Lalu, cerita ini enggak jadi terbit ya🙏🙏😣 sedih banget karena satu dan lain hal yang ada di dalam diri aku.

Up date lagi tanggal 14-15 Agustus.

Spam komen yok🍓🍓🍓 stroberinya manaaaaaa

______________

KITA mau ke mana sih, Mas?” tanya Anya sembari menatap Arlan dari cermin, kini, rambutnya tengah ditata oleh Miss Nita.

Arlan melirik sesaat, sembari membenarkan kerah baju. “Kepo.”

“Ih, ya kepo dong.” Anya manyun. Sore ini, ia dibuat terkejut kala, Arlan mendatangkan Miss Nita ke apartemen. Lalu menyuruh wanita setengah baya itu untuk mendandaninya. “Mau kasih kejutan ya?” Anya cengengesan kemudian. Raut dan moodnya berubah dengan sangat cepat.

Di belakang, Miss Nita ikut tersenyum, gemas. Sementara tangannya masih sibuk mengcurly rambut halus dan cokelat milik Anya.

Arlan berdecak, melirik Anya sedikit malas. Ia beranjak untuk mengambil salah satu jam tangan di laci koleksinya tanpa mempedulikan pertanyaan barusan.

Seharusnya, Anya anteng saja didandani. Tanpa banyak bicara, tanpa menebak-nebak.

“Miss …” panggil Anya berbisik.

Miss Nita mendongak, sebelah alisnya terangkat naik.

“Ada apa sih, sekarang? Mau ke acara?” tanya Anya pelan.

Miss Nita menggeleng. “Saya enggak tau, coba tanyain lagi ke Pak Arlan.”

Anya menggeleng. “Dia kayaknya lagi enggak mood ditanya-tanya. Padahal saya udah penasaran banget. Enggak biasanya loh, Mas Arlan kayak gini. Karena kalau mau ke acara, pasti suka bilang dulu. Biar saya bisa nyiapin mental.”

“Jaga-jaga saja, sebaiknya Anda tetap menyiapkan mental untuk menghadapi Pak Arlan. Moodnya emang lagi agak buruk.” Miss Nita menyimpan catok rambut di meja rias. Menatap Anya di cermin sembari menyisir pelan rambut wanita itu dengan jari-jemari, sebelum mengambil sejumput dari arah sisi depan lalu mengikatnya dan menyemprotkan hair spray.

Malam ini, tampilan Anya sudah seperti bidadari. Memakai dress putih sebetis, berlengan balon dan menutupi sepanjang tangannya. Make up yang sedikit lebih menonjol di area mata, bibir berwarna coral yang lembut, pipi kemerah-merahan semu, rambut yang setengah terikat. Telinganya terpasangi anting-anting berbentuk bunga yang melekat. Terlihat begitu cantik.

Bahkan, sedari tadi, Arlan tak bisa melepaskan tatapannya. Ia memperhatikan Anya dari sofa yang kini diduduki.

“Pak Arlan, Nyonya Anya sudah siap.”

🍓🍓🍓

“Kenapa harus merem segala sih, Mas?” ungkap Anya kala Arlan membantunya keluar dari mobil.

“Kamu kok banyak tanya?” gerutu Arlan sembari merangkul pundak Anya. Sesekali, ia memastikan agar mata gadis itu masih tertutup rapat, takut Anya tidak kooperatif, mengintip-ngintip kejutan yang akan Arlan berikan malam ini.

Sebenarnya bisa saja Arlan menghalangi mata Anya dengan selembar kain. Tapi, ia tak ingin merusak riasan cantik itu. Arlan … mungkin masih ingin menatap Anya dan make up-nya sedikit lebih lama. Sampai ia puas.

A MARRIAGE PROPOSAL (END)Where stories live. Discover now