39. Jangan Berubah

202 40 31
                                    

Colaboration with abangcendol

***

Apa yang Jeongyeon lakukan di bawah sana?

Sudah jelas ini Jeongyeon, memangnya apa lagi? Jihyo sudah sangat hafal dengan semua kelakuan gadis itu. Biasanya kalau masih jam belajar gini, antara dia tertidur di atas bukunya, melamun gak jelas, gak dengerin penjelasan guru di depan, atau bolos ke rooftop buat ngerokok.

Tapi sepertinya itu sudah tak berlaku lagi untuk sekarang. Jeongyeon yang sekarang sudah sangat berbeda dengan yang dulu. Lebih tepatnya Jihyo gak yakin apakah gadis itu masih seperti dulu atau tidak karena sudah lama ini ia tak lagi bertemu dengan Jeongyeon.

Terhitung sudah lebih dari sebulan Jihyo tidak bertemu dengan orang itu. Bahkan tak ada satu kata pun yang tertukar dari mereka. Tentu saja tidak, kan yang menyuruhnya untuk tidak mendekat adalah dirinya sendiri.

Memang sih, awal dari semua ini terasa sangat menyenangkan. Hidup Jihyo menjadi jauh lebih tenang dan damai. Ia tidak perlu setiap hari mengeluarkan emosi atau telinganya yang menjadi panas mendengar ocehan orang itu atau menghabiskan suaranya untuk meneriaki orang itu. Ia kembali ke kehidupannya yang menyenangkan.

Tapi dimana ada kelebihan, pasti ada kekurangan sebagai kompensasinya. Ketidakhadiran Jeongyeon cukup membuat perbedaan di kehidupan sehari-harinya dan itu terasa berbeda. Itu sangat wajar mengingat Jeongyeon yang tadinya mengganggunya setiap hari, menjahilinya, menggodanya, semua hal ia lakukan pasti ada hubungannya dengan orang itu. Tapi sekarang tidak lagi. Jihyo pikir ia hanya tak terbiasa saja dan bentar lagi mungkin akan kebiasa, tapi sampai sekarang rasa tak terbiasa itu masih saja berlanjut.

Jihyo menghela nafasnya menatap langit-langit kelas. Sekarang disini lah ia, bingung dengan keberadaan Jeongyeon yang sekarang. Seperti yang dikatakan tadi, Jeongyeon telah berubah. Ditambah, taruhan ini yang mengharuskan Jeongyeon untuk menjauh membuatnya semakin penasaran. Rasanya ia ingin menghampirinya untuk berbicara dengannya, tapi ia sama sekali tak memiliki alasan untuk itu.

"oy"

Jihyo tersentak di tempat duduknya saat ada yang menyenggolnya. Ia melihat ke samping melihat Nayeon yang sudah berdiri, begitu juga dua teman Jepangnya.

"lah masih aja bengong, ayo" ucap Nayeon.

"lah? mau ke mana?" bingung Jihyo.

"ya kantin lah, ini kan dah bel" ucap Sana.

"bengong mulu sih lu ampe bel aja gak denger" Mina menimpali.

"makanya Ji kalo makan gorengan jangan ngutang, jadi kepikiran kan?" ucap Sana lagi.

"yeuh itu mah lu kali, dah ah ayo" Jihyo akhirnya berdiri lalu mereka berempat berjalan menuju kantin.

Dalam hati Jihyo menghela nafasnya. Pikiran tentang Jeongyeon sudah menguasai pikirannya beberapa hari ini. Bukan karena Jihyo merindukannya atau bagaimana, tapi ketidakadaan informasi tentang gadis rambut pendek itu yang membuatnya bingung dan resah.

Mereka seperti biasa berjalan beriringan sambil mengobrol kecil menuju kantin. Sesampainya disana keadaan kantin sudah cukup ramai. Tapi mereka tenang karena mereka tahu kalau meja biasa mereka tidak pernah diduduki orang lain.

"Nayeon!"

Mereka semua menoleh ke samping melihat teman IPS mereka yang masih memakai pakaian olahraga datang dan penuh dengan keringat.

"jangan deket-deket! kamu pasti bau" ucap Nayeon saat Dahyun datang ingin memeluknya dan itu membuat Dahyun merengut.

"kek dia pernah gak bau aja, mandi aja jarang" ucap Chaeyoung yang baru datang.

Above | JeonghyoWhere stories live. Discover now