Hesitant

1K 92 1
                                    

Big berjalan dengan sedikit limpung menuju Bibi Ink yang senang tiasa menjadi perawat para bodyguard di keluarga utama.

"Apa yang terjadi Big? Apa kau menginginkan vitaminmu lebih cepat hari ini?" Tanya Bibi Ink tepat saat Big sudah berada di hadapannya.

"Tidak Bi, aku merasa sangat pusing sekarang dan juga badanku mulai terasa panas. Padahal tadi aku bisa menahannya dengan baik, tapi saat Tuan Kinn menyuruhku beristirahat tubuhku langsung sakit dan aku vampir tidak bisa bertahan." Ucap Big dengan memijat pelan pelipisnya.

"Auh Big, kau tidak boleh sakit. Tuan Kinn akan di amuk habis-habisan sama Khun nu." Balas Bibi Ink yang seketika langsung menutup mulutnya menatap Big cemas.

"Tepat sekali, tadi Khun nu sudah memarahi Tuan Kinn, tapi aku tidak paham apa permasalahannya. Bi Ink bolehkah aku meminta obat demam saja, aku benar-benar sudah tidak kuat." Ucap Big yang wajahnya sudah mulai memucat.

"Ini, ambilah dan jangan lupa minum air putih ya." Balas Bi Ink sambil memberikan kotak kecil yang berisikan obat demam yang Big minta.

"Terimakasih bi." Ucap Big dan berlalu meninggalkan Bi Ink menuju kamarnya.

🤫🤫🤫

Khun yang mendengarkan Arm dengan jengah hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar. Ia kini sudah duduk selama dua jam bersama para petinggi lainnya di ruangan rapat perusahaan yang cukup luas miliki Theerapanyakul. 

Khun memang tidak memiliki niat sama sekali untuk bekerja, tapi jika ia tidak bekerja ayahnya tidak akan memberikannya restu. Salahkan kedua adiknya yang jatuh cinta pada laki-laki, dan tidak bisa memberikan ayahnya penerus. Alhasil ia menjadi satu-satunya harapan ayahnya, tapi saat ia harus berterus terang mengatakan mengenai orang yang ia cintai kepada Tuan Korn, ayahnya menjadi cukup keras padanya.

Tuan Korn tidak bisa keras kepada Kinn, karena kekasihnya adalah Porsche, pemimpin keluarga minor, yang artinya mereka adalah pasangan yang cukup ideal. Untuk Kim, pria itu sangat sat set sat set, bahkan setelah pernikahan Kinn dan Porsche, Kim sudah lebih dulu membawa Chay tinggal bersamanya di rumahnya tanpa mengatakan apapun kepada semua orang.

"APA???" Ucap Khun dengan panik saat Pol membisikkan sesuatu di telinganya.

Semua mata kini tertuju kepada Khun yang terlihat tengah menahan amarahnya.

"BANG*AT." Lanjut Khun dan langsung meninggalkan ruang rapat begitu saja tanpa memperdulikan semua orang yang tengah menatapnya kebingungan.

"Khun nuuu." 

🤫🤫🤫

"AI KINNNN." Panggil Khun penuh amarah.

"Maaf Khun nu, Tuan Kinn sedang keluar bersama Tuan Porsche." Ucap salah satu bodyguard Kinn dengan takut-takut kepada Khun.

"Sial. Dimana dia?" Balas Khun sambil bertanya dan melihat keseliling ruangan mencari seseorang yang ia maksud.

"Sedang beristirahat Khun nu." Jawab bodyguard itu sabar mengerti siapa yang dicari oleh Khun.

"BUKAN KINN!" Hardik Khun dengan amarahnya.

"Tuan Kinn sudah meminta Big istirahat setelah tadi pagi anda memarahinya." Ucap bodyguard itu masih dengan sabar menghadapi Khun.

Khun yang mendengarkan hal itu langsung pergi meninggalkan ruangan Kinn, ia berjalan dengan tergesa-gesa menuju satu ruangan yang sangat ia hapal letaknya.

"Apa kau yakin dia sedang tertidur?" Tanya Khun Pelan saat tangannya sudah bersiap membuka pintu yang berada didepannya.

"Iya Khun nu, aku sudah mengecek cctvnya." Angguk Arm mantap sambil memperlihatkan tabletnya yang menampilkan Big yang tengah tertidur damai.

Khun membuka pintu secara perlahan lalu menghampiri Big dengan raut khawatirnya.

Ia benar-benar khawatir kini. Big yang terlihat cukup pucat dengan tubuh yang panas dan terlihat menggigil kini menjadi pemandangannya.

Ia mengelus lembut kerutan di kening Big yang menandakan bahwa pria itu tengah menahan rasa sakitnya.

"Big." Panggil Khun pelan yang tentu saja tidak mendapatkan balasan apapun kecuali deru nafas yang terengah.

"Buka mulutmu sedikit Big!" Perintah Khun pelan dan seketika langsung mencium lembut Big.

Khun mencium Big dengan lembut dan sedikit menekan, memaksa masuk pada bibir mungil yang terbuka kecil itu, memastikan bahwa ia mengabsen setiap sudut yang ada di dalam bibir hangat itu.

"Tahan sebentar oke, sakitnya akan berkurang dan besok kau sudah akan membaik." Ucap Khun saat ia sudah melepaskan tautan bibirnya.

"Hmm..."

🤫🤫🤫

"Big.."

"Buka mulutmu sedikit Big!"

Big tidak tau apa yang kini sedang terjadi padanya, kata-kata yang baru saja terngiang di benaknya tidak tau kapan ia dengar. 

Hanya saja ia merasakan sesuatu yang aneh saat perintah itu ia dengar.

Sesuatu yang lembut dan kenyal menyentuh bibirnya dan memaksa masuk kedalam mulutnya dengan penuh dengan kelembutan.

Big tidak tau apakah ia hanya bermimpi atau bagaimana, obat yang ia minum tadi membuat kesadarannya hilang 98%.

Tapi ia meyakinkan dirinya bahwa ia hanya bermimpi setelah kata-kata terakhir yang ia dengar sebelum pintu kamarnya tertutup adalah "Tahan sebentar oke, sakitnya akan berkurang dan besok kau sudah akan membaik." yang cukup jelas ia dengar dan dapat ia tebak suara siapa itu.

Seseorang yang sangat tidak mungkin melakukan hal itu padanya. 

Seseorang yang mustahil.

Khun nu. 

Tankhun Theerapanyakul.

The Silent Love [END]Where stories live. Discover now