[*]

43 8 0
                                    

Setelah mendapatkan kain piña untuk presentasi besok, Ava memutuskan tinggal cukup lama di toko kain kiloan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapatkan kain piña untuk presentasi besok, Ava memutuskan tinggal cukup lama di toko kain kiloan itu. Berkeliling, melihat-lihat stok yang ada di sana, dan end up membeli empat meter kain. Mungkin dijahit jadi dress, atau mungkin hanya disimpan di lemari sampai nanti dia terpikir akan dipakai untuk apa.

Saat bermaksud keluar pintu, wajah Ava berubah muram begitu menyadari kalau di luar sedang hujan deras. Tanpa pikir panjang, dia memesan GrabCar yang nanti akan mengantarnya ke rumah Kizi. Mobil yang dia tunggu datang sekitar dua puluh menit kemudian. Tukang parkir toko kain berbaik hati membukakan pintu GrabCar untuknya. Ava melangkah masuk, nggak lupa mengucapkan terima kasih pada tukang parkir itu ditambah bonus senyuman. Pintu terbanting menutup dan cewek itu duduk dengan nyaman di kursi belakang. Sopir GrabCar berkumis tipis itu mengecilkan musik yang berkumandang dari speaker mobil. Cowok itu menatap Ava melalui kaca spion, kemudian bertanya apa mereka bisa berangkat sekarang.

"Bisa, Pak," kata Ava sebelum perhatiannya tertuju sepenuhnya ke layar handphone.

Di tengah perjalanan, matanya beralih ke luar jendela. Hujan tak ada tanda-tanda akan mereda, malah bisa dibilang makin deras. Butiran-butiran kecil air yang menghujani kaca membuat segalanya tampak lebih berkilauan. Telinganya kemudian menangkap potongan lagu "Rain" yang dibawakan Madonna—pas banget dengan mood sore itu.


♪ "Rain...

Feel it on my finger tips

Hear it on my window pane;

Your love's coming down like

Rain...." ♬


Tanpa disadari, bibirnya ikut bernyanyi tanpa suara sementara matanya menerawang ke pemandangan di balik kaca. Dari sini jalanan tampak indah dan misterius, dan terasa penuh kejutan. Entah kenapa, Ava merasa dirinya juga butuh sedikit kejutan.

BRAKKK!

Kepala Ava membentur keras sandaran kursi di depannya, tapi bukan itu yang membuatnya kaget. Mobil yang dia tumpangi tiba-tiba saja berhenti di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti, Pak?"

Sopirnya tampak gelisah. "Euh, anu, Mbak.... Mobil saya mogok."

"Yakin, Pak, mogok? Bukan karena ban bocor atau apa."

Cowok itu menggeleng. "Mesinnya mati. Dua tahun lalu juga pernah kayak gini juga, waktu bawa penumpang ke Jagakarsa."

Mata Ava mengerjap nggak percaya. Sempat terpikir untuk menyuruh sopirnya untuk mengulangi ucapannya barusan seandainya cowok itu nggak meneruskan ucapannya dengan, "Kayaknya nggak ada pilihan lain, terpaksa mbaknya turun di sini."

WHAT?!

"Nggak usah bayar, Mbak—karena ini murni kesalahan saya." Cowok itu mematikan radio sepenuhnya. "Mbaknya juga bisa nunggu di sini sampe Grab yang baru dateng. Saya juga sekalian mau nunggu karyawan bengkel langganan supaya nyamperin kemari."

KALAJENGKINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang