Chapter 17

177 22 3
                                    

Assalamualaikum, Saudara Seiman
Islam is beautiful religion.
———————

Di dalam sebuah bangunan serba hijau-putih berkubah yang memiliki gerbang sarana masuk yang tak terlalu menjulang dibersamai dengan sebuah proses yang tentu sangat tidak mudah dan harus melewati banyak pertimbangan, akhirnya dengan sebuah kemantapan cahaya yang Allah beri untuk pertama kalinya Nagine dan Sevina menginjakkan kaki di tempat suci ini.

Sebuah tempat yang tidak bisa dimasuki sembarang orang karena kesuciannya selalu dijaga dan membuatnya terjaga. Dengan perasaan yang bercampur menjadi satu kini di hadapan anak-ibu itu sudah ada seorang ustaz yang biasanya menjadi imam Masjid yang mereka tempati ini. Masjid yang sama saat Nagine belajar meniru gerakan salat ketika menunggu Habiba kala itu.

Sebagai orang yang menjadi saksi dua insan yang hendak melafalkan syahadat tentu saja Aya dan Habiba—gadis itu Nagine beritahu melalui telepon kemarin—juga merasa tidak tenang. Mereka juga merasakan ketegangan yang Nagine dan Sevina rasakan. Namun, perasaan tak sabar lebih dari segalanya.

“Sebelum masuk Islam saya ingin memastikan beberapa hal.”

Ustaz Hanafi—ustaz yang membantu Nagine dan Sevina membaca syahadat—membuka suaranya setelah suasana hening beberapa saat.

“Apa saja Pak Ustaz?” tanya Sevina. Wanita itu tak kalah tak sabar dengan sang anak.

“Seperti yang kalian tau, memantapkan sebuah pilihan untuk masuk ke dalam agama yang kalian nilai baru ini bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Ini butuh proses yang memerlukan banyak pertimbangan. Jadi, apa alasan kalian memantapkan pilihan ini?”

“Allah.” Dua calon muallaf itu memberikan jawaban dengan serempak. “Kami ingin masuk Islam karena Allah.”

“Tolong yakinkan saya dengan jawaban yang kalian berikan,” ujar Ustaz Hanafi. Ia juga harus mempertimbangkan alasan yang diberikan keduanya. Pria itu harus tahu kalau Nagine dan Sevina ingin masuk Islam benar-benar karena Allah.

“Di agama yang saya anut. Kami diperbolehkan untuk meminum bir, anggur, atau minuman lain yang beralkohol. Intinya seperti sebuah tradisi yang ternyata jadi sebuah kebiasaan buruk apabila berulang kali dilakukan. Kemarin malam, saya tak sadar jika meminum alkohol lebih dari dua gelas yang panjangnya seperti telunjuk saya ini.” Sevina mengacungkan telunjuknya. Wanita itu kemudian melanjutkan bicaranya. “Itu cukup memabukkan dan membuat saya kehilangan keseimbangan. Saya muntah-muntah di sepanjang jalan menuju rumah. Saya jalan kaki dari toko menuju rumah, for your information saya minum di toko. Melakukan perayaan kecil bersama pegawai lain karena hari ini toko sangat ramai. Namun, yang bikin saya membeku dan berniat untuk masuk Islam adalah suara yang saya sendiri tidak tahu di mana asalnya. Ini terdengar tidak masuk akal sebenarnya, tapi saya ingat betul ada yang bilang, ‘Setiap yang memabukkan adalah haram’ dan pikiran saya langsung tertuju di Agama Islam yang saya ketahui sangat benar-benar melarang untuk meminum-minuman beralkohol seperti ini.”

“Tidak hanya sampai di situ. Saya juga seakan-akan mendengar seseorang melantunkan sebuah bacaan yang firasat saya mungkin itu dari Al-Qur’an. Saking terngiang-ngiang di otak, saya sampai hafal. Kurang lebih bacaannya seperti ini, ‘Ya ayyuhallazina amanu innamal-khamru wal-maisiru wal-ansabu wal-azlamu rijsum min ‘amalisy-syaithani fajtanibuhu la’allakum tuflihun’ ya kurang lebih seperti itu. Maaf kalau salah, tapi yang saya ingat hanya itu.”

Jangan menduga apa pun mengenai reaksi Nagine, Aya, Ustaz Hanafi dan dua rekannya saat ini. Mereka semua mengakui keagungan Allah tanpa tapi. Jantung mereka berdebar-debar karena saking kerennya cara Allah membuat orang-orang terpilih merasakan keimanan kepada-Nya. Nagine dan Sevina adalah dua orang yang beruntung.

Berkali-kali Ustaz Hanafi memuji nama Allah. Bibir pria itu bahkan basah dengan kalimat-kalimat baik untuk Allah. Rasa kagum kian bertambah karen saat Sevina mampu melafalkan penggalan dari Surah Al-Maidah ayat ke 90 tanpa merubah artinya karena cacat dalam membaca. Seketika ia merasa bersyukur karena menjadi salah satu orang yang mengantarkan wanita istimewa itu untuk bergabung ke agama yang ia anut sejak lahir.

“Apa Ibu tau apa arti dari ayat tersebut?” tanya Ustaz Hanafi yang digelengi oleh Sevina. Semua orang di sana menyimak menanti penjelasan itu.

“Namanya surah Al-Maidah ayat 90. Surah dari Al-Qur’an. Arti dari penggalan ayat itu adalah: wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.

Air mata yang entah sejak kapan terbelenggu dalam kelopak, kini jatuh begitu deras. Tidak hanya Sevina, orang-orang yang menyimak penjelasan singkat Ustaz Hanafi juga menitihkan air mata. Ini merupakan salah satu keajaiban Allah. Mereka tahu bahwa orang mabuk seperti tak cukup sampai mengingat apa yang ia dengar. Namun, kasus Sevina ini berbeda. Allah benar-benar menunjukkan kuasa-Nya. Anak-ibu itu makin tidak sabar untuk memeluk Islam.

Kini pertanyaan yang sama dialihkan oleh Nagine. Alasan yang ia berikan sama seperti dia menjelaskan ke Aya kemarin. Karena Allah, bukan karena manusia. Karena Islam adalah agama yang ia yakini agama haq di sisi Allah. Tidak ada yang bisa menyamai-Nya. Nagine benar-benar meyakini itu.

“Nagine dan ibu Sevina. Islam itu agama yang banyak larangannya. Ibadahnya bukan seminggu sekali, bukan sehari sekali, tapi sehari lima kali. Itu ibadah. Belum as-sunah Rasulullah. Islam, dari awal bangun tidur hingga tidur lagi memiliki adab. Apa kalian yakin dengan keputusan kalian? Apa sanggup untuk tidak lalai?”

“Apa pun itu. Saya sudah siap beriman kepada Allah,” jawab keduanya serempak, bahkan anak-ibu itu sampai terkejut karena tak menyangka dengan kekompakan ini.

“Setelah membaca syahadat, kalian harus mandi besar. Nanti Ustazah Fira akan membantu menuntun kalian, dan setelah menjadi saudara seiman kami, kalian harus betul-betul menjalankan kewajiban sebagai seorang muslimah. Salah satunya menutup aurat dengan sempurna.”

Nagine dan Sevina bahkan kini tengah mengangguk antusias. Mereka merasa nyaman dengan pakaian yang lebih tertutup dari biasanya, meskipun Sevina hanya mengenakan daster lengan panjang sampai mata kaki yang dilapisi cardigan hitam juga dibalut dengan scarf yang bisa digunakan untuk menutupi rambut sampai dada. Sementara Nagine seperti yang ia katakan pada Aya kemarin. Dia memakai dress yang panjangnya juga sampai melebihi mata kaki, lalu ia menutup kepalanya mengenakan atasan mukena putih pemberian dari hamba Allah.

“Ikuti saya membaca syahadat, ya?” keduanya mengangguk.

“Asyhadu.”

“Asyhadu.”

“An-la ilaha.”

“An-la ilaha.”

“Illallah.”

“Illallah.”

“Wa Ayshadu Anna.”

“Wa Asyhadu Anna.”

“Muhammada Rasulullah.”

“Muhammada Rasulullah.”

“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Ustaz Hanafi tersenyum, lalu berkata, “Assalamualaikum saudara seiman.”

———————
To be continued.

Alhamdulillah. Selamat Mama Sevina & Nagine.

All rights reserved. Tag my wattpad account if you want to share anything about this stories.

Indonesia, 24 Juli 2022 | Jangan lupa prioritaskan Al-Qur’an.

Only 9 Years | lo.gi.na [END]Where stories live. Discover now