Selamat tinggal

4.4K 580 111
                                    

Happy Reading🐨

"Cantiknya Zian, temenin Zian aja ya!"
_

ZianMahesa_

🌺🌺🌺🌫️🌫️🌫️🌺🌺🌺


   Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, namun cowok dengan kemeja putih itu masih setia terjaga sambil mengenggam erat tangan istrinya.

Setelah mengurus semua urusan pemakaman Papanya besok, Zian langsung menemui Diandra, wanita itu masih setia memejamkan matanya.

Hati Zian terasa begitu sakit, kala mengetahui Diandra mengalami keguguran dan kelumpuhan akibat kecelakaan yang menimpa wanita itu.

"Cantiknya Zian bangun yaa...." gumam Zian, cowok itu menatap sendu ke arah Diandra yang kini tengah memejamkan mata dengan damainya.

Zian sadar, semua orang pasti mengalami musibah dalam diri mereka masing-masing. Tapi Zian juga yakin, bahwa Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan hambanya.

"Maafin gue Ndra, maafin gue yang udah gagal buat jaga lo...." lirih Zian.

"Gue emang cowok bodoh Ndra...."

Cowok itu mengacak rambutnya frustasi, Kejadian pahit yang harus dirinya terima kali ini cukup berat dan menyiksanya.

"Lo pasti sembuh kan Ndra? lo bakal selalu nemenin gue kan?"

"Diandra, janji sama gue ya? janji sama gue kalau lo nggak akan ninggalin gue kayak Papa?" lirih Zian.

Setelahnya, cowok itu mulai membaringkan kepalanya di samping tangan Diandra. Kemudian, tangan kanan Zian bergerak menggapai jari mungil Diandra.

Zian memainkan dan menatap sendu jari mungil itu. Cowok itu tersenyum getir, kala mengingat jari mungil yang sekarang hanya terbaring lemah itu biasanya selalu usil, entah itu mencubit, menampol, atau bahkan mencakar tubuh Zian.

"Daindra cepet bangun ya, Zian sayang sama Diandra....."

🌺🌺🌫️🌫️🌫️🌺🌺

Suana duka menyelimuti pemakaman Papa Zian hari ini. Semua teman serta rekan bisnis Wawan Putra juga hadir, mengantarkan Wawan Putra di peristirahatan terakhirnya.

Suara isakan tangis dari keluarga besar Wawan Putra menambahkan kesan pilu yang teramat menyakitkan bagi siapapun yang mendengarnya.

Kematian Wawan Putra dengan cara yang tragis, benar-benar membuat semua orang seakan tak percaya.

Wawan Putra adalah pria yang di kenal dengan sifat ramah dan dermawannya. Sangat aneh sekali, bila pria itu ternyata memiliki musuh.

Zian Mahesawan Putra, sedari tadi hanya diam terduduk lemas di samping pusara Papanya yang masih basah. Cowok dengan kemeja hitam itu menatap kosong ke arah nisan yang bertuliskan nama Papanya. Tangisan yang sedari tadi ingin pecah terus berusaha dirinya tahan.

Kenangan demi kenangan dengan Papanya terus berputar di pikiran Zian saat ini. Kepergian tanpa adanya kata pamit memang sangat menyakitkan, terlebih lagi kepergian itu untuk selamanya.

Seakan kehilangan arah dan tujuan, begitulah yang Zian alami saat ini. Tak ada lagi panutan serta nasehat dari Papanya yang akan Zian ikuti, semuanya sudah berakhir.

Edgar, pria paruh baya itu merangkul bahu menantunya, berniat untuk menguatkan cowok itu.

Selama mengenal Zian, Edgar benar-benar dibuat takjub dengan cowok itu. Zian memang bukan anak baik, namun perihal patuh pada orang tua, Zian bisa di bilang sangat patuh. Apapun akan Zian lakukan demi orang tuanya, termasuk masuk pesantren waktu itu.

"Kamu yang ikhlas ya nak! saya yakin, Papamu pasti bahagia di sana," tutur Edgar.

"Setiap manusia pasti kembali ke pelukan Tuhan nak, kita sebagai manusia hanya bisa menerima takdir yang sudah di tentukan untuk kita"

Badan Zian semakin bergetar mendengarnya, perlahan setetes air mata pun mulai menetes dari mata cowok itu.

Tak ada terlintas di pikiran Zian, bahwa Papanya akan pergi secepat ini. Banyak sekali mimpi yang ingin Zian capai agar bisa membanggakan Papanya.

Namun nyatanya takdir berkata lain, Papanya sudah lebih dulu pergi sebelum Zian mewujudkannya.

"Aku belum bisa ikhlas pa...." lirih Zian jujur. Tangan cowok itu mencengkeram kuat nisan sang Papa, menyalurkan semua emosi yang Zian rasakan saat ini.

Perlahan, Dinda ikut terduduk di samping Zian, wanita paruh baya dengan wajah pucat serta mata sembab itu mengelus pelan pundak Zian.

"Mama tau, Zian kuat. Kita ikhlasin Papa ya nak, biar papa tenang di sana," lirih wanita itu dengan nada gemetar.

Zian yang mendengar ucapan sang Mama hanya menggeleng, bohong jika Zian bisa mengikhlaskan kepergian papanya begitu saja. Terlebih lagi Papanya meninggal karena terkena tembakan di dadanya.

Jujur saja, kejadian ini benar-benar membuat tumbuhnya dendam di hati Zian. Melihat keluarganya teluka, benar-benar membuat amarah Zian meluap. Cowok itu berjanji, akan membalas semua perbuatan seseorang yang telah membuat hidup keluarganya hancur seperti sekarang.

🌺🌺🌺🌺🌫️🌫️🌫️🌺🌺🌺

Setelah pemakaman Papanya, Zian langsung bergegas kembali ke rumah sakit. Zian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan kota yang begitu ramai siang ini.

Langkah cepat dirinya ambil setelah sampai di rumah sakit, cowok itu ingin segera bertemu dengan Diandra.

Namun, langkah Zian terhenti, kala mendengar tangisan histeris dari wanita kesayangannya. Zian yakin, pasti Diandra sudah mengetahui semuanya.

"DIANDRA NGGAK MAU MAHH!"

"DIANDRA NGGAK MAU KAYAK GINI!"

Dada Zian semakin sesak, kala mendengar tangisan pilu dari wanita itu.

Diandra yang selama ini terkenal dengan kecerian, kekonyolan, serta kecerewetannya kini terlihat begitu rapuh.

Dengan pelan, Zian kemudian membuka pintu ruang rawat Diandra. Namun baru saja hendak melangkah, ucapan lirih dari mulut Diandra membuat langkah kaki Zian langsung terhenti.

"Diandra nggak mau ketemu Zian Mah...." lirih Diandra sambil menangis di pelukan mamanya.

  🌺🌺🌺🌫️🌫️🌫️🌺🌺🌺

Next ga ni??

ZIAN MAHESAWhere stories live. Discover now