Chapter 7 - Home Sweet Home

59.6K 6.1K 187
                                    

Happy reading 🌻🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🌻🌻

Aria duduk bersila di tempat tidur dan mengaplikasikan skin care rutinnya perlahan-lahan. Aria membuka matanya dan menatap kamar yang ditempati bersama Satriya dengan puas. Dia tersenyum teringat pujian Irina tentang dekorasi rumahnya. Kamar ini juga menjadi salah satu favoritnya. Alih-alih terkesan mewah, dengan lantai kayu dan karpet, master bedroom mereka lebih tampak hangat. Seluruh perabotan terbuat dari kayu ekspos dan ornamen rotan.

Aria mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur sebelum bersiap tidur. Separuh pikirannya terbang mengingat kejadian malam kemarin.

Ibu mertuanya dan Monita berhasil menyelenggarakan acara makan malam keluarga yang sederhana tetapi sederhana versi nyonya besar Pramudya. Kedua adik Satriya, Wangsa dan Bhre, benar-benar datang ke Jogja untuk makan malam, dan paginya kembali ke Jakarta bersama dengan Wisnu, Irina dan Monita.

Taman samping rumah mereka disulap menjadi lokasi pesta kebun. Banyak bunga segar kesukaan Aria yang menguarkan keharuman yang semerbak. Belum lagi tata lampu dengan lampion yang digantung-gantung dan tersebar cantik di seantero taman. Sebuah meja panjang lesehan dengan bantal-bantal berwarna shocking pink ditata dengan cantik dan manis. Begitu juga dengan bunga yang digantung dan berwarna senada dengan dekorasi keseluruhan. Hangat dan sekali lagi, membuat hati Aria menghangat sekaligus berdosa seketika.

Melihat keluarga Tante Santi minus Rendy, anak sulung Tante Santi, yang tinggal di Jakarta, keluarga Satriya lengkap, serta satu keluarga Om Danar, adik ayah mertuanya yang tinggal di Jogja, yang mengucapkan doa serta menampakkan wajah-wajah bahagia tadi malam, menghantui Aria. Dia merasa bersalah karena menjalani kehidupan pernikahan bersama Satriya dengan rahasia dan kadang berpura-pura baik-baik saja. Padahal tidak.

Hari ini mereka masih berangkat dan pulang kantor bersama. Tetapi, esok hari, Aria yakin mereka akan kembali kepada kehidupan masing-masing seperti sebelumnya. Dia meraba hatinya dan menghela napas panjang.

Suara langkah kaki menaiki tangga. Aria membuka matanya ketika Satriya masuk dalam kamar dan meletakkan laptop di atas rak sebelum masuk kamar mandi.

"Udah sholat, Sat?" Aria mengingatkan. Salah satu yang selalu dipesan oleh ibu mertuanya, "Mas Satriya diingatkan sholatnya ya Mbak."

"Sholat apa? Maghrib udah," jawab Satriya cuek.

Aria berdecak, "Yakali udah jam sembilan malem, aku nanyain sholat maghrib. Dulu pasti kamu kalo pelajaran ngaji, cabut terus deh."

Satriya keluar dari kamar mandi, menyambar laptopnya dan bersandar di tempat tidur, "Isya tuh sampe nanti mau shubuh. Ini baru dua jam setelah adzan. Udah deh, jangan berubah kayak ibu gitu dong. Ntar kamu nggak gemesin lagi kalo mirip ibu," ejek Satriya yang langsung dihantam bantal oleh Aria.

Satriya tergelak sambil membuka laptopnya.

"Kamu mau ngapain?" tanya Aria horor.

"Kerja dong, Bee," jawab Satriya yang membuat Aria keki, "Memangnya beli mobil baru bisa bayar pake daun?"

God Gives Me YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang