Chapter 19-Treat You Better

53.7K 6.3K 325
                                    

Happy reading 🌻🌻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading 🌻🌻

Aria membuka mata dengan kelegaan yang masih membuncah. Ditatapnya lengan Satriya yang kembali melingkar di perutnya, seperti biasanya. Dulu dia pikir, wajah Satriya saat tersenyum dengan kerutan di sekitar matanya adalah favoritnya. Tapi ternyata rambut berantakan tanpa gel dengan beberapa riap anak rambut jatuh di dahi Satriya saat tidur juga berhasil menjadi favoritnya.

Aria nggak bohong semalam saat berkata lengan Satriya terasa berat. Seperti pagi ini. Dia berusaha menyingkirkan lengan suaminya. Satriya hanya bergumam pelan ketika Aria memindahkan lengannya dan meraih ponselnya.

Aria terkejut melihat jam di ponselnya. Dia kesiangan. Memang kamar mereka dilengkapi dengan gorden tebal yang menutup sempurna blokiran sinar matahari yang masuk. Sepertinya dia harus mempertimbangkan untuk mengganti gorden agar apabila matahari mulai bersinar, dia bisa langsung terbangun.

Aria buru-buru melakukan rutinitas paginya kemudian turun ke dapur. Dapur sudah rapi karena Satriya benar-benar membereskan perlengkapan makan malam kemarin. Hanya beberapa barang yang diletakkan berbeda dari biasanya.

Awalnya karena sudah terlambat, Aria bermaksud membuat roti bakar tetapi stok roti tawarnya ternyata habis. Lagipula, semalam Satriya hanya makan mie instan. Dia tak sampai hati membuat suaminya hanya sarapan roti saja pagi ini.

"Bee, kesiangan, ya?" suara Satriya masih terdengar serak. Suara khas bangun tidur.

"Iya. Belum masak, Sat," ujar Aria, "Nugget aja mau, nggak?"

Satriya mengambil air minum dari dispenser, "Sarapan di luar aja ntar."

"Oh yaudah. Aku sarapan di kantor aja ntar," ujar Aria, "Aku mandi dulu, deh. Kamu jadi mau ke kantor dulu?"

Satriya mencekal lengan Aria dan mencium pucuk kepala Aria, "Sarapannya sama kamu, lah. Izin bentar sama Pak Brian atau Bianca."

Masalahnya, mereka memiliki definisi sarapan di luar yang berbeda. Bagi Aria, sarapan di luar berarti soto atau gudeg. Tetapi, bagi Satriya, sarapan di luar favoritnya tentu saja di restoran hotel. Restoran hotel Tentrem dan Eastparc adalah favorit Satriya untuk sarapan.

Aria bergidik, "Mending izin sama Pak Brian daripada sama Mbak Bianca. Dia tuh kayak yang nggak suka banget sama aku. Padahal aku nggak ngapa-ngapain, loh. Kerjaanku juga beres, ya kurang-kurang dikit wajarlah. Boleh dituker sama Mas Evan aja nggak, sih, Sat?"

Satriya menjitak pelan kepala istrinya, "Sekalian aja minta tuker sama Indra. Levelnya sama, kan?"

Aria terkekeh, "Iya juga. Indra, kan, baik banget sama aku. Terbaik pokoknya."

Satriya berdecak, "Nggak usah mimpi. Lagian, Bianca oke, tuh, kinerjanya. Profesional. Cepat. Ringkas. Ramah juga kok, Bee."

"Sama kamu iya. Sama aku, aku nyalain spotify pelan aja dia udah komplain. Lagu pilihanku nggak oke, lah. Padahal Shawn Mendes. Aku pake high heels yang runcing, dikomentari, langkahnya berisik. Pake sneaker onitsuka yang kamu beliin itu, dikomentarin nggak resmi. Gitu deh, Sat, remeh temeh gitu tapi bikin kesel," ujar Aria.

God Gives Me YouWhere stories live. Discover now