04

2K 171 6
                                    

"Kakak butuh adek, jadi jangan pulang yah!" Pinta Meen ingin Perth tetap di sisinya, lagipula dia ingin memperkenalkan Perth kepada orang tuanya.

Kali ini Perth yang menghela nafas, dia dilema. Dia terima susah, tidak dia terima malah berat. Kan ceritanya dia marah.

Meen menjulurkan tangannya, ingin Perth meraihnya.

Greph!
Sekarang huluran tangan Meen sudah Perth raih, dia bahkan sudah duduk dalam dekapan Meen. Dia duduk menyamping, dan itu sungguh intim.

"Bukannya kaki kakak sakit?" Ucap Perth takut posisi ini memperlama proses penyembuhan kaki Meen.

Meen hanya tersenyum, kemudian dia kecup sayang pipi tembem Perth, dia raih tangan kiri Perth dan dia kecup.

"Kakak minta maaf, jadi berhentilah marah, hembn!" Ucap Meen apa adanya nan memelas tampangnya.

Perth mengerjap-ngerjapkan matanya, baru kali ini dia melihat ekspresi memelas dari pacarnya.

Greph!
Sekarang Perth sudah merebahkan kepalanya di dada bidang Meen, menggenggam erat bahu Meen dan sebisa mungkin menahan air matanya supaya tak jatuh berderai.

Tubuh Meen selalu sukses menghangatkan dirinya, pria yang selalu bisa membuat dia nyaman.

Meen mengusap kepala belakang Perth, dia merasa Perth ada masalah mengingat Perth hemat kata dari biasanya bahkan amat sensitif.

"Adek kenapa? Lagi ada masalah yah?"

Perth tidak bicara, dia hanya menangis. Rasanya susah sekali bagi dia tuk berkata perihal masalah yang dia hadapi. Terutama perihal mamanya.

Air mata Perth membuat dada Meen basah. lalu Meen merasa ada hal penting yang dia lewatkan ketika bersandiwara tuk memberikan Perth kejutan.

Dan Meen tahu, betapa susahnya membuat Perth bercerita mengingat Perth suka memendam perasaan.

Meen mengusap punggung Perth, rangkulannya semakin erat. Dia bingung harus berkata apa untuk menghentikan air mata Perth.

Karena Meen tidak tahu lagi harus melakukan apa, akhirnya Meen bernyanyi tuk menghibur Perth. Sekalipun dia kurang yakin perihal kemampuan bernyanyinya.

Perth tertegun ketika mendengar Meen bernyanyi, ibu jari tangan Meen terus bergerak mengusap air mata Perth.

Iris gelap Perth menatap lurus kearah Meen yang terus bernyanyi, Meen menyanyikan lagu John Legend, All Of Me!

Perth mendengar sampai habis Meen bernyanyi sekalipun nyanyian itu terdengar aneh, tapi bolehlah daripada tidak.

"Adek segala-galanya bagi kakak, jadi jangan pernah sungkan untuk bercerita, bahkan lebih dari itupun boleh!" Jelas Meen di saat dia sudah selesai bernyanyi. Perth sendiri sudah berhenti menangis. Dia senang nyanyian jeleknya mampu membuat air mata Perth berhenti mengalir. Walaupun hal ini membuat rencana surprise dia gagal.

Mata Perth terpejam ketika Meen mencium mata basahnya.

Skinship yang Meen berikan selalu membuat Perth merasa dimanja padahal pada kenyataannya ini memang salah satu cara Meen untuk memanjakan Perth.

"Siapa yang mengajari kakak bernyanyi?"

"Ping!" Jawab Meen singkat nan jujur.

Alis mata Perth nyaris bertemu, dia sungguh tidak suka mendengar tentang Ping terlontar dari mulut Meen. Cemburu dia, takut Ping merebut Meen.

"Kenapa kakak belajar dari dia? Kan adek bisa mengajari kakak bernyanyi bahkan bermain musik!"

"Niatnya kakak mau bikin surprise. Dan jika kakak belajar dari adek, tidak jadi surprise dong!" Terang Meen berharap Perth berhenti cemburu dengan Ping. Dia ingin Perth dan Ping berteman baik.

Mendekatlah, Dan Peluk Aku! - The End Where stories live. Discover now