23

916 104 7
                                    

Di malam kamis ini, Anan harus merelakan waktu istirahatnya untuk menemani sahabatnya pergi minuman keras di diskotik berbintang langganan mereka. Sahabatnya itu baru saja mengetahui dalang dibalik penculikan Perth. Dia bercerita panjang lebar termasuk rasa kecewanya kepada mamanya. Dan dia juga bingung untuk menindaklanjuti kasus ini lebih jauh. Sebab walau bagaimanapun Namtan itu wanita yang sudah mengandung dia 9 bulan lamanya, dia lahirkan serta dia besarkan.

"Menurut mu apa yang harus ku lakukan di saat aku sudah berjanji kepada daddyku kalau aku akan membunuh mamaku jika mama terbukti bersalah." Cerita Ja butuh masukan untuk mendapatkan pencerahan mengenai masalah yang dia hadapi.

Anan menghela nafas, dia juga bingung karena ini menyangkut nyawa.

"Memangnya kamu bisa membunuh wanita yang sudah melahirkan mu?" Anan malah bertanya balik kepada Ja yang langsung menggeleng.

"Segitu takutnya yah kamu dengan daddymu sampi kamu stress dengan janji tersebut?"

Ja diam sambil meneguk minumannya.

"Apa kamu membenci Perth, adik tirimu?" Anan mengganti pertanyaannya.

Kali ini Ja menggeleng, matanya sudah memerah efek mabuk.

"Tapi aku iri, iri kenapa Daddy sangat menyayangi nya!" Sambung Ja sambil memainkan gelas minumannya, memori lamanya berputar tuk mengingat betapa kerasnya perjuangan dia tuk menarik perhatian Krist.

Anan hanya manggut-manggut miris dengan Ja.

Malam semakin larut, dan mereka masih jua meneguk minuman keras. Beruntung Anan orang yang memiliki batas toleransi alkohol yang cukup tinggi. Sehingga dia tidak terlalu mabuk hanya sedikit pusing, sedangkan kamulah berbicara tidak jelas.

Setelah menelpon seseorang untuk menjemput Ja pulang, Anan menghubungi Mean tuk menjemput dia. Dia sedikit mabuk, dan itu terlihat dari berjalan dia yang sempoyongan.

Anan juga merasakan kepalanya sangat pusing, dia juga mulai merasa mual - mual dan ingin muntah. Dia berusaha berjalan dengan benar agar dirinya tidak terjatuh tersungkur menuju apotik tuk membeli obat pereda pengar. Sungguh yang dia inginkan saat ini hanya cepat - cepat sampai rumah agar bisa berbaring enak di kasur empuk miliknya.

Blamnnn!
Sekarang Anan sudah berada di dalam mobil, dia bahkan tidak peduli Mean mencium pipinya, dia sungguh pusing dan juga mengantuk.

"Kali ini ada masalah apa lagi Ja mengajakmu minum?" Tanya Mean sudah mulai melajukan mobil sport merahnya.

"Seperti biasa!" Jawab Anan terkesan singkat, sengaja tidak dia bilang masalah sebenarnya karena sampai saat ini keluarga Shukumpantanasan belum tahu mengenai Perth yang hilang. Andaikan mereka tahu, pasti gempar satu negeri. Membayangkan nya saja sudah membuat Anan merinding.

Meen mengangguk mengerti, dia percaya saja. Karena begitu besarnya ras percaya dia kepada Anan apalagi cinta Mean untuk Anan, amat besar.

⏩⏩

Dari luar ruangan ini Meen sudah mencium aroma parfum yang baginya amat menyengat.

Dan jidatnya langsung berkerut begitu melihat Perth, Perth tidak menyadari kedatangan Meen, dia masih sibuk merombak besar-besaran jadwal bulan ini. Memang terdengar sepele pekerjaannya, namun Perth harus menghubungi beberapa rekan bisnis maupun calon bisnis Meen untuk mengatur kembali jadwal meeting mereka.

Meja kerja Perth tepat berada di samping pintu masuk kantor Meen.

"Aku memang memintamu mengganti parfum tapi kenapa kau menggantinya dengan aroma yang lebih parah!" Bentak Meen sakit kepala mencium aroma parfum Perth.

Mendekatlah, Dan Peluk Aku! - The End Onde histórias criam vida. Descubra agora