10

6.5K 1.7K 235
                                    


Sarah memasuki ruang tamu kediaman Lucia dan Carl. Ini pertama kali perempuan cantik itu mengunjungi kediaman orang tua kekasihnya. Ia melangkah penuh percaya diri. Sebenarnya merasa sedikit aneh, karena biasanya makan malam pertama bersama keluarga kekasih dilakukan di sebuah restoran ternama. Tapi kali ini gadis itu berusaha memahami kebiasaan dikeluarga Adrian. Jemarinya digenggam erat oleh pria berbadan tegap disampingnya. Membuatnya merasa sedikit lebih tenang meski sebenarnya gugup. Meski begitu tetap berusaha menegakkan kepala. Hingga kemudian saat memasuki ruang tamu kedua orang yang harus ditemuinya sudah menungggu.

"Mi, Pi, ini Sarah." Adrian langsung memperkenalkan.

Sang empunya rumah segera berdiri dan menghampiri. "Hai, saya Lucia maminya Adri. Ini Carl, papinya." Perempuan cantik itu mengulurkan tangan. Sarah menyambut dengan sopan sambil sedikit membungkukkan badan.

"Saya Sarah tan."

"Silahkan duduk."

Kedua orang yang ditemui Sarah terlihat ramah hingga rasa gugup itu akhirnya perlahan hilang.

"Tante senang akhirnya bisa ketemu kamu. Ternyata cantik sekali ya, aslinya. Selama ini kami cuma lihat kamu di TV."

"Jelas, laki-laki Tjakra tidak akan pernah salah memilih pasangan." balas Carl.

Kini semua tertawa. Percakapan mulai mengalir. Tidak ada pertanyaan yang ditakutkan muncul dari kedua orang tua Adrian. Hanya seputar pekerjaan Sarah yang membuat mereka kagum. Juga bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucu saat bekerja. Sarah tahu kalau sang empunya rumah juga sangat educated. Apalagi Carl yang dikenal sebagai bankir bertangan dingin. Ia pernah membaca profilnya di beberapa media.

Hingga kemudian terdengar suara kendaraan berhenti. Tak lama seorang yang telah lama ditunggu oleh Sarah muncul. Sesosok perempuan berambut hitam yang diikat satu, berkulit putih muncul dengan wajah lelah. Mata keduanya bertemu. Alana tersenyum ramah, lalu mengulurkan tangan.

"Selamat malam Mbak, saya Alana. Maaf terlambat karena menggantikan teman di klinik."

"Saya Sarah."

"Iya, Mami cerita kalau akan ada tamu. Saya tinggal sebentar ya, mau bersih-bersih dulu."

"Kami tunggu kamu untuk makan malam, Lan." ucap Lucia.

"Baik Mi."

Langkah Alana diikuti oleh tatapan mata Sarah. Perempuan itu berusaha menilai adik ipar kekasihnya. Hal tersebut tertangkap oleh netra Lucia. Ia tahu bahwa kekasih Adrian tidak terlalu menyukai kehadiran Alana. Namun, sebagai nyonya rumah ia segera berusaha menetralkan suasana dengan kembali mengajak Sarah berbincang. Hanya butuh lima belas menit bagi Alana untuk mandi dan berdandan. Cukup cepat, bisik Sarah dalam hati.

Segera mereka pindah ke ruang makan. Alana membantu melayani. Suasana tetap terlihat santai. Perbincangan berlanjut kali ini seputar orang tua Sarah. Alana yang lebih banyak diam kemudian mengeluarkan buah dan beberapa makanan penutup lain. Dengan cekatan perempuan itu melaksanakan tugasnya. Ia tidak terlalu tertarik untuk ikut berbincang selain merasa lelah, juga canggung.

"Kamu tugas di rumah sakit mana Lana?" tanya Sarah akhirnya.

"Di Mitra Persada Mbak."

"Dokter spesialis?"

"Belum, masih umum." balas Alana sambil tersenyum malu.

'Kenapa belum ambil spesialis? Sudah boleh, kan?"

"Nanti saja, belum kepikiran."

"Sebaiknya jangan ditunda. Setahuku butuh waktu lama untuk bisa selesai. Mumpung kamu masih muda."

TENTANG RASAWhere stories live. Discover now